Anekdot: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 10121557 oleh 114.124.26.241 (bicara)
Irvan Cahyo N (bicara | kontrib)
Penambahan contoh anekdot terkenal
Baris 45:
Bila digunakan dalam [[iklan]] atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara anekdot sering disebut dengan [[testimoni]] dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi. {{Citation needed|date=July 2008}}
Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh yang khusus.
 
== Contoh Anekdot ==
Anekdot memang tidak sepopuler [[puisi]] maupun [[pantun]]. Namun anekdot terkadang berisi humor, kritik, dan pendapat yang terkesan tegas, nyata, namun tetap menggelitik dan menghibur. Salah satu anekdot yang paling terkenal adalah anekdot "Hukum Peradilan"
 
'''Anekdot Hukum Peradilan'''
 
Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang
 
pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan
 
pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu
 
yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai.
 
Kuda beserta dagangannya hanyut.
 
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara
 
jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk
 
mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu
 
orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
 
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat
 
Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
 
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu.
 
Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu.
 
Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim "Yang Mulia
 
Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?" Yang Mulia Hakim
 
menjawab, "Kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu
 
ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta
 
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang
 
Pedati." Si Tukang Kayu membela diri, "Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya,
 
salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek." Yang Mulia Hakim berpikir,
 
"Benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan
 
tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan. " Lalu, hakim berkata
 
kepada pengawalnya, "Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk
 
mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
 
Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. "Yang Mulia Hakim,
 
apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?" kata si Penjual Kayu. Sang
 
Hakim menjawab, "Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus
 
kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan
 
seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati. " Si Penjual Kayu menjawab,
 
"Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
 
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek
 
kepada si Tukang Kayu itu." Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. "Hai pengawal
 
bawa si Pembantu ke hadapanku!" Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
 
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun
 
bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang
 
kesalahan si Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya
 
sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia
 
tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si
 
Pembantu harus dihukum dam memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,
 
"Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!"
 
Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, "Hai, Pengawal
 
apakah hukuman sudah dilaksanakan?" Si Pengawal menjawab, "Belum, Yang Mulia, sulit sekali
 
untuk melaksanakannya." Sang Hakim bertanya, "Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa
 
memenjarakan dan menyita uang orang?" Si Pengawal menjawab, "Sulit, Yang Mulia. Si
 
Pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu
 
sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita." Sang Hakim marah besar, "Kamu
 
bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan
 
punya uang!". Kemudian,si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain yang
 
berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
 
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada hakim,
 
"Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara?" Dengan
 
entengnya sang Hakim menjawab,"Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaaang!!!"
 
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke
 
penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan
 
pengadilan tersebut, "Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian,
 
peradilan ini sudah adil?" Masyarakat yang ada serempak menjawab, "Adiiiiilll!!!!"
 
== Lihat juga ==