Teungku Chik Pante Kulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Ulama Aceh menggunakan HotCat
mengatur gaya bahasa
Baris 2:
 
== Riwayat Hidup ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Handgeschreven boek in Acehs schrift TMnr 2454-4a.jpg|thumb|[[Hikayat Prang Sabi]], karya sastra perang yang mampu mendorong perlawanan tiada henti rakyat Aceh melawan [[Belanda]]]]
 
Setelah belajar [[al-Qur’an]] dan ilmu-ilmu agama [[Islam]] dalam bahasa [[Jawi]] ([[Melayu]]), dia melanjutkan pelajarannya pada Dayah Tiro yang dipimpin oleh Teungku Haji Chik Muhammad Amin Dayah Cut, seorang tokoh ulama Tiro yang baru pulang dari menunaikan ibadah [[haji]] di [[Mekah]], dan sangat besar pengaruhnya di [[Aceh]]. Setelah belajar beberapa tahun di Dayah Tiro sehingga mahir [[bahasa Arab]] dan menamatkan beberapa macam [[kitab]] ilmu pengetahuan, makaia mendapat gelar ''Teungku di Rangkang'' (asisten dosen). Kemudian dengan izin gurunya Teungku Haji Chik Muhammad Amin, dia yang telah bergelar ''Teungku di Rangkang'' (asisten dosen)ia melanjutkan studinya ke [[Mekah]] sambil menunaikan rukun Islam kelima ibadah haji. Di Mekah diaia memperdalam ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu lainnya, seperti [[sejarah]], [[logika]], [[falsafah]], [[sastra]] dan sebagainya. Di samping belajar, ia juga mengadakan hubungan dengan pemimpin-pemimpin Islam yang datang dari berbagai penjuru dunia.
 
Kebangkitan [[Dunia Islam]] yang dikumandangkan oleh gerakan Wahabi di bawah pimpinan ulama besar [[Muhammad bin Abdul Wahhab]] dan gerakan pembaharuan yang dicanangkan oleh [[Jamaluddin al-Afghani]], telah meninggalkan pengaruh yang sangat mendalam dalam jiwa Muhammad Pante Kulu yang sudah menanjak dewasajiwanya. Sebagai seorang yang berjiwa seni, diaIa sangat gemar membaca buku-buku syair [[Arab]], terutama karya penyair perang di zaman rasul, seperti [[Hassan bin Tsabit]], [[Abdullah bin Malik]] dan [[Ka'ab bin Zubair]]. Syair-syair mereka itu membimbing jiwa pemuda Muhammad, sehingga akhirnya dia menjadi penyair perang terbesar dalam sejarah dan namanya diabadikan sebagai penyair perang.

Di samping membaca kitab syair (diwaanusy-syi'r), diaia juga sangat gemar mempelajari sejarah pahlawan-pahlawan Islam yang kenamaan, seperti [[Khalid bin Walid]], [[Umar bin Khaththab]], [[Hamzah]], [[Usamah bin Zaid bin Haritsah]], [[Tariq bin Ziyad]] dan lain-lainnya. Hal ini akan memberi arah kepada [[Hikayat Prang Sabi]] yang akan dikarangnya nanti. Setelah empat tahun bermukim di Mekah, diaia telah menjadi ulama besar yang berhak memakai gelaran SyaykhSyaikh di pangkal namanya, sehingga menjadi Teungku Chik (Guru Besar).<ref name="idem">[http://www.acehbooks.org/pdf/ACEH_02062.pdf idem]</ref>
 
== Perang Aceh ==