Aku (puisi): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
jiji
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[File:Chairil Anwar.jpg|thumb|Chairil Anwar, penulis "Aku"]]
===== '''Aku''' adalah sebuah puisi karya [[Chairil Anwar]], karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari [[Angkatan '45]]. ''Aku'' memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya. =====
== Puisi ==
Kalau sampai waktuku
 
'Ku mau tak seorang kan merayu
===== '''Aku''' adalah sebuah puisi karya [[Chairil Anwar]], karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari [[Angkatan '45]]. ''Aku'' memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya. =====
 
Tidak juga kau
''<nowiki/>''
 
Tak perlu sedu sedan itu
 
Aku ini binatang jalang
 
Dari kumpulannya terbuang
 
Biar peluru menembus kulitku
 
Aku tetap meradang menerjang
 
Luka dan bisa kubawa berlari
 
Berlari
 
Hingga hilang pedih peri
h
 
Dan aku akan lebih tidak perduli
 
Aku mau hidup seribu tahun lagi
 
== Rilis ==
 
Anwar pertama kali membaca "'''AKU'''" di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli 1943. Hal ini kemudian dicetak dalam ''Pemandangan'' dengan judul "''Semangat''", sesuai dengan dokumenter sastra Indonesia, [[HB Jassin]], ini bertujuan untuk menghindari sensor dan untuk lebih mempromosikan gerakan kebebasan. "''AKU''" telah pergi untuk menjadi puisi Anwar yang paling terkenal .
Baris 10 ⟶ 36:
== Analisis ==
[[File:Chairil Anwar - Aku.jpg|thumb|"Aku" karya Anwar pada sebuah dinding di Belanda]]
Menurut seorang sarjana sastra Indonesia asal Timor, AG Hadzarmawit Netti, judul "Aku" menekankan sifat individualistis Anwar, sedangkan judul "''Semangat''" mencerminkan vitalitas. Netti menganalisis puisi itu sendiri sebagai mencerminkan kebutuhan Anwar untuk mengendalikan lingkungan dan tidak dibentuk oleh kekuatan luar, menekankan dua [[bait]] pertama. Menurut Netti, dengan mengendalikan lingkungannya, Anwar mampu melindungi kebebasan dan sifat individualistis. Netti melihat garis akhir sebagai cerminan kebanggaan Anwar di alam individualistis, akhirnya diduga bahwa Anwar akan setuju dengan filosofi [[Ayn Rand]] tentang [[objektivitas]].
Sarjana sastrawan Indonesia, [[Arief Budiman]] mencatat bahwa "Aku" mencerminkan pandangan Anwar, bahwa orang lain tidak harus peduli untuk dia karena ia tidak peduli terhadap sesama. Budiman juga mencatat bahwa bait ketiga dan keempat mencerminkan pandangan [[Friedrich Nietzsche]] bahwa penderitaan membuat orang kuat.
== Pranala luar ==
{{wikisource|Aku}}