Gregorius Budi Subanar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k penambahan pranala luar |
||
Baris 9:
'''Latar Belakang'''
Gregorius Budi Subanar, lahir di Yogyakarta, 2 Maret 1963. Pendidikan terakhir ditempuh di Universitas Gregoriana Roma. Ketua [https://www.usd.ac.id/fakultas/pascasarjana/mirdb/daftar.php?id=profilePROFILE  Sejarah Program Magister IImu Religi dan Budaya hampir mencapai umur 12 tahun. Sebagai salah satu perintis program studi lintas disiplin di bidang ilmu-ilmu social kemanusiaan, program ini ingin mencairkan kembali dialog keilmuan sosial-kemanusiaan yang cenderung terkotak-kotak. Pencairan kembali ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas komunikasi akademik dan keilmuan dalam dunia akademik yang selama ini terasing karena pengelolaan pengajaran ilmu sosial kemanusiaan yang terlalu mengandalkan basis disipliner. Sebagai bidang kajian, program ini mengambil budaya dan religi sebagai bidang kajiannya.  Kehadiran program semacam ini diharapkan bisa ikut mendorong terwujudnya budaya dan masyarakat Indonesia yang komunikatif-emansipatif sehingga bisa mempercepat proses demokrasi dan pembentukan masyarakatsipil di Indonesia.  Dalam perjalanannya yang hampir sepuluh tahun, program ini melihat bahwa komunikasi akademik yang lebih cair itu sudah menjadi keniscayaan dan oleh karena itu dibutuhkan oleh banyak orang. Namun dari sisi lain program ini juga menemukan bahwa untuk mencapainya orang membutuhkan landasan-Iandasan elementer yang tidak bisa dilewati begitu saja. Pengabaian pendasaran itu hanya akan melahirkan kajian lintas disiplin yang superfisial.  Supaya para lulusan benar-benar mempunyai etos akademik lintas disiplin, selama studi di program ini para mahasiswa disiapkan untuk memiliki pengetahuan memadai tentang beragam teori Iintas perspektiftentang budaya dan secara khusus tentang tempat religi dalam pembentukan budaya. Di sam ping pengetahuan teoretis, para mahasiswa juga disiapkan untuk memiliki ketrampilan penelitian di bidang bUdaya dan religi serta ketrampilan untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tertulis.  Dengan pengetahuan, ketrampilan, dan etos akademik tersebut, para mahasiswa diharapkan bisa menjadi sosok profesional yang mampu berperan aktif dalam pembentukan budaya dan masyarakat yang komunikatif-emansipatif dan tidak bersikap indiferen-fatalistik atas berbagai fenomena budaya yang menghambat demokrasi. Di sam ping itu mereka juga bisa menjadi calon intelektual publik dengan landasan epistemologis yang solid untuk menjalankan kajian lintas-disiplin tentang budaya dan religi.  Untuk merealisasikan tujuan tersebut, program ini menawarkan sejumlah mata kuliah dasar yang berfungsi untuk memberikan landasan solid dalam kajian lintas disiplin serta sejumlah mata kuliah inovatif yang diperlukan untuk melihat dan meneliti berbagai fenomena budaya mutakhir. Perkuliahan ini diampu oleh para dosen yang berkompeten. Di samping itu, program ini juga didukung oleh perpustakaan yang memadai (baik dari sisi jumlah maupun kemutakhiran koleksi), beraneka ragam kegiatan mahasiswa yang bisa melatih kemandirian dan kepercayaan diri baik secara intelektual maupun sosial, dan suasana kampus yang kondusif untuk membangun komunikasi yang dewasa di kalangan sivitas akademika. Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma.] Pernah mengajar di Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Karya-karyanya dalam bentuk buku, antara lain Kilasan Kisah Soegijapranata (2012); SOEGIJA Catatan Harian Seorang Pejuang Kemanusiaan (2012); “Merapi di Mata (Pena) Rama Mangun” dalam Buku Tapak Romo Kir Semangat Budaya Punya Harga Diri (2012); “Rokok: Dunia Ajaib yang Tidak Musnah” dalam Buku Kretek Jawa Gaya Hidup Lintas Budaya (2011). Juga menulis novel Hilangnya Halaman Rumahku (2012). Ia juga terlibat di Jogjakarta Asian Film Festival dan di Yayasan Masyarakat Karawitan Jawa<ref>http://borobudurwritersfestival.com/pembicara/</ref>.
== Referensi ==
|