Sutomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
fix
ZukmanID (bicara | kontrib)
Menambahkan kisah pendidikan perguruan tinggi Sutomo, dan menambahkan referensi tentang kematian Sutomo.
Baris 32:
| last =Frederick | first =William H. | authorlink = | coauthors = | title =In Memoriam: Sutomo | journal =Indonesia | volume =33 | issue = | pages =127–128 | publisher =Cornell University outheast Asia Program | date =April 1982 | url =http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1107016901 | doi = | id =seap.indo/1107016901 | accessdate =
| format = }}
</ref><ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717503/sebelum-wafat-bung-tomo-bertanya-hal-ini-kepada-istrinya Sebelum Wafat, Bung Tomo Bertanya Hal Ini Kepada Istrinya]
</ref> lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai '''Bung Tomo''', adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara [[NICA]], yang berakhir dengan pertempuran [[10 November]] [[1945]] yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
 
Baris 39 ⟶ 40:
Ibunya berdarah campuran [[Jawa Tengah]], [[Sunda]], dan [[Suku Madura|Madura]]. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota [[Sarekat Islam]], sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit [[Singer]].
 
Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di [[MULO]], Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan, iadalam menyelesaikanbuku ''Bung pendidikanTomo Suamiku: Biar Rakyat yang Menilai Kepahlawananmu'' dan beberapa buku lain disebutkan bahwa Sutomo pernah mengenyam Leidse Scrift Onderwiys Hoogere Burgerschool ([[Hogereburgerschool|HBS]]-nya), lewatpendidikan menengah setingkat SMP dan SMA selama lima tahun. Tapi korespondensiistrinya, namunSulistina, mengatakan Bung Tomo tidaktak pernah resmilulus HBS. Inilah sebabnya Sutomo kerap diejek karena dianggap bukan kalangan intelektual. Karena gusar dengan ledekan tersebut, Sutomo lalu nekat menemui Profesor Doktor Djokosoetono, Dekan Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia]]. Sulistina bercerita, Sutomo akhirnya mendapat kesempatan mengikuti ujian ''colloquium doctum''—tes masuk perguruan tinggi tanpa memandang ijazah yang dimiliki—bersama tiga orang lain. Setelah diuji oleh dosen penguji, diputuskan akhirnya Sutomo lulus dan diterima di Universitas Indonesia. Jadilah Sutomo kuliah pada 1959 saat dirinya berusia 39 tahun.<ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717425/ajaib-bung-tomo-hanya-lulusan-sd-tapi-bisa-kuliah Ajaib, Bung Tomo Hanya Lulusan SD tapi Bisa Kuliah]
</ref> Namun, meski sudah berstatus sebagai mahasiswa, kuliah Sutomo jauh dari mulus, karena dia tak melepas kegiatannya sebagai aktivis. Baru pada tahun 1968 atau sembilan tahun setelah kuliah, Sutomo bisa memasuki masa prayudisium, yang artinya waktu untuk menyusun skripsi. Menurut istri Sutomo, Sulistina, suaminya sebenarnya sudah menyelesaikan skripsi. Sayang, skripsi itu tak pernah diuji. Sampai akhir hayatnya, toga tak pernah tersemat di kepala Sutomo.<ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717451/skripsi-selesai-bung-tomo-tak-lulus-dari-ui Skripsi Selesai, Bung Tomo Tak Lulus dari UI]
</ref>
 
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan [[Jepang]] pada [[1942]], peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.