Salam (tumbuhan): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JThorneBOT (bicara | kontrib) k →Referensi: clean up, replaced: Rujukan → Referensi |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 38:
== Kegunaan ==
[[Berkas:Syzy polyan 070404-3396 sbrg.jpg|thumb|left|180px|Bunga salam yang bergerombol]]
Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di [[Asia Tenggara]], baik untuk masakan [[daging]], [[ikan]], [[sayur]] mayur, maupun [[nasi]]. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang.<ref name="de guzman&siemonsma_218-219">{{en}} de Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.). 1999. ''Plant Resources of South_East Asia 13: Spices''. PROSEA. Bogor. ISBN 979-8316-34-7. pp. 218-219.</ref> Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan [[laos]] alias lengkuas.
Kayunya berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. [[Kayu]] yang tergolong ke dalam kayu [[kelat]] (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung [[tanin]], kerap dimanfaatkan sebagai [[ubar]] (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari [[bambu]] dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Buah salam dimakan orang juga, meski hanya anak-anak yang menyukainya.<ref name=Heyne/>
Baris 45:
Secara tradisional, daun salam digunakan sebagai obat [[sakit]] [[perut]].<ref name=Heyne>{{id}} Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Republik Indonesia. Hlm 1521</ref> Daun salam juga dapat digunakan untuk menghentikan buang air besar yang berlebihan.<ref name=Kloppenburg>{{id}} Kloppenburg-Versteegh J. 1983. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanaman-tanaman di Indonesia dan Khasisatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta: Yayasan Dana Sejahtera</ref> Pohon salam bisa juga dimanfaatkan untuk mengatasi [[asam urat]], [[stroke]], [[kolesterol]] tinggi, melancarkan peredaran darah, radang [[lambung]], [[diare]], gatal-gatal, [[kencing manis]], dan lain-lain.<ref name=lalala>{{id}} [http://carahidup.um.ac.id/2009/07/daun-salam-cegah-asam-urat/ Daun Salam Cegah Asam Urat]</ref>
Penggunaan daun salam sebagai obat di atas disebabkan oleh kandungannya yakni pada daun salam kering terdapat sekitar 0,17% [[minyak esensial]], dengan komponen penting [[eugenol]] dan metil kavikol (''methyl chavicol'') di dalamnya. Ekstrak [[etanol]] dari daun menunjukkan efek anti[[jamur]] dan anti[[bakteri]], sedangkan ekstrak [[metanol]]nya merupakan anti[[cacing]], khususnya pada [[nematoda]] kayu [[pinus]] ''Bursaphelenchus xylophilus''.<ref name="de guzman&siemonsma_218-219"
Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan flavonoida. Bagian pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah daun, kulit batang, akar, dan buah.<ref name=lalala/>
Baris 51:
== Ekologi ==
Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari [[Burma]], [[Indocina]], [[Thailand]], [[Semenanjung Malaya]], [[Sumatra]], [[Kalimantan]] dan [[Jawa]]. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di [[hutan]]-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di [[Sabah]]) dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah.<ref name="de guzman&siemonsma_218-219"
== Budidaya ==
|