Don Richardson (misionaris): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Perbaikan
Baris 20:
'''Don Richardson''' (lahir di [[Kanada]] tahun [[1935]]) adalah seorang [[misionaris]] [[Kristen]] [[Kanada]], guru, penulis dan penyuara international yang bekerja orang pedalaman [[Western New Guinea]], [[Indonesia]].<ref>Tucker (1983), p. 476-478</ref> Dia adalah tamatan Prairie Bible Institute, suatu lembaga pendidikan kependetaan [[Kristen Protestan]], di [[Alberta]], Kanada. Lembaga ini didirikan [[1922]] dan kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan Kristen terbesar di Kanada, sangat menekankan penginjilan ke luar negeri. Carol Soderstrom dari [[Amerika Serikat]], seorang wanita yang adalah juga tamatan lembaga tadi, kemudian menjadi isteri Don Richardson. Richardson mengambil keputusan untuk menjadi penginjil bagi suku-suku terasing di Nieuw Guinea Belanda pada tahun [[1955]], suatu keputusan yang kemudian didukung isterinya. Sebagai persiapan tambahan bagi pekerjaannya pada masa depan, Don Richardson memelajari linguistik dan Carol ilmu keperawatan. Pada bulan [[Juli]] [[1962]], pasangan ini bersama Steven, putera mereka yang pertama, mulai tinggal dan bekerja sebagai keluarga penginjil di antara suku Sawi.
<!--
'''Don Richardson''' (born 1935) is a [[Canada|Canadian]] [[Christian]] [[missionary]], teacher, author and international speaker who worked among the tribal people of [[Western New Guinea]], [[Indonesia]].<ref>Tucker (1983), p. 476-478</ref> He argues in his writings that, hidden among tribal cultures, there are usually some practices or understandings, which he calls "redemptive analogies", which can be used to illustrate the meaning of the Christian [[Gospel]], contextualizing the [[Bible|biblical]] representation of the [[incarnation]] of [[Jesus]].
-->
==Karier sebagai misionaris==
 
Richardson kuliah di [[Prairie Bible Institute]] dan [[Summer Institute of Linguistics]]. Pada tahun [[1962]], ia dan istrinya, Carol, bersama bayi mereka yang berusia 7 bulan, pergi untuk bekerja di antara [[:en:Sawi people|suku bangsa Sawi]] yang saat itu termasuk ke dalam wilayah [[Dutch New Guinea]] di bawah pelayanan [[Regions Beyond Missionary Union]]. Orang Sawi terkenal sebagai suku pemburu kepala ("''[[Headhunting|headhunters]]''") yang bersifat [[kanibal]].<ref>Tucker (1983), p. 476</ref> Hidup di antara penduduk tersebut pada waktu itu berarti terisolasi dari dunia modern dan menghadapi bahaya penyakit [[malaria]], [[disenteri]], dan [[hepatitis]], selain juga bahaya kekerasan, karena suku itu suka berperang.
==Missionary career==
 
Di rumah yang mereka bangun di tengah hutan, keluarga Richardson memperlajari bahasa daerah Sawi yang sangat kompleks. Ada 19 ''tense'' untuk setiap kata kerja. Don segera menguasai dialek itu setelah belajar setiap hari selama 8-10 jam per hari.
Richardson studied at the [[Prairie Bible Institute]] and the [[Summer Institute of Linguistics]]. In 1962, he and his wife Carol and their seven-month-old baby went to work among the [[Sawi people|Sawi]] tribe of what was then [[Dutch New Guinea]] in the service of the [[Regions Beyond Missionary Union]]. The Sawi were known to be [[cannibal]]istic <ref>Tucker (1983), p. 476</ref> [[Headhunting|headhunters]]. Living with them in virtual isolation from the modern world involved exposure to [[malaria]], [[dysentery]], and [[hepatitis]], as well as the threat of violence.
 
Richardson berupaya agar penduduk desa dapat mengerti [[Yesus]] [[Kristus]] dari [[Alkitab]], tetapi ada halangan budaya untuk memahaminya sampai kemudian terjadi suatu peristiwa tak terduga yang membuat konsep "penebusan pengganti" ("''[[:en:substitutionary atonement|substitutionary atonement]]''") yang dilakukan [[Kristus]] bagi umat manusia menjadi sangat relevan bagi kehidupan orang Sawi.
In their new home in the jungle, the Richardsons set about learning the native [[Sawi language]] which was daunting in its complexity. There are 19 tenses for every verb. Don was soon able to become proficient in the dialect after a schedule of 8–10 hour daily learning sessions.
 
Sejarawan misionaris Ruth A. Tucker menulis: {{quote|text=Sembari belajar bahasa dan hidup di antara mereka, ia (Don) semakin menyadari jurang yang memisahkan pandangan hidup Kristennya dengan pandangan hidup orang Sawi: "Di mata mereka, Yudas, bukan Yesus, yang merupakan pahlawan Injil, Yesus hanya seorang yang kena tipu dan patut ditertawakan." Akhirnya, Richardson menemukan apa yang disebutnya sebagai Analogi Penebusan ("Redemptive Analogy") yang menunjuk kepada Pengejawantahan Kristus yang jauh lebih jelas daripada semua pembacaan Alkitab. Apa yang ditemukannya adalah konsep orang Sawi mengenai Anak Pendamaian ("Peace Child").<ref>Tucker (1983), p. 477</ref> }}
Richardson labored to show the villagers a way that they could comprehend Jesus from the Bible, but the cultural barriers to understanding and accepting this teaching seemed impossible until an unlikely event brought the concept of the [[substitutionary atonement]] of [[Christ]] into immediate relevance for the Sawi.
 
Tiga desa kesukuan selalu dalam peperangan satu sama lain. Karena tidak tahan melihat pertumpahan darah, keluarga Richardson mempertimbangkan untuk meninggalkan daerah itu. Selama ini Don sudah membantu penduduk memperbaiki cara hidup mereka dengan teknologi modern dan Carol merawat orang-orang sakit serta balita sehingga tingkat kematian menurun dengan peningkatan drastis mutu kesehatan mereka, selain juga mengajar orang-orang membaca dan menulis. Untuk menahan agar keluarga Richardson tidak pergi, orang-orang Sawi dari suku-suku yang berperang memutuskan rapat bersama dan berdamai di antara orang-orang yang saling membenci itu. Upacara pendamaian itu dilakukan dengan cara menukarkan seorang bayi di antara dua suku. Bayi itu diantarkan oleh pemimpin suku ke desa musuhnya dan memberikan anak itu untuk dibesarkan di suku musuh itu. Selama "anak pendamaian" itu hidup, maka kedua suku itu hidup dalam damai, dan tidak akan berperang satu sama lain. Melihat hal itu, Richardson menulis: "(menurut orang Sawi) jika seorang laki-laki mau memberikan anaknya sendiri kepada musuhnya, maka orang itu dapat dipercaya!" Dari gambaran yang unik ini tampaklah analogi atas pengorbanan Allah dengan memberikan Anak-Nya Yang Tunggal ke dunia ini untuk memperdamaikan. Orang Sawi mulai memahami pengajaran tentang Kristus yang menjelma ke dalam dunia menurut Injil setelah Richardson menjelaskan perihal kasih Allah dengan cara ini.
Missionary historian Ruth A. Tucker writes: {{quote|text=As he learned the language and lived with the people, he became more aware of the gulf that separated his Christian worldview from the worldview of the Sawi: "In their eyes, Judas, not Jesus, was the hero of the Gospels, Jesus was just the dupe to be laughed at." Eventually Richardson discovered what he referred to as a Redemptive Analogy that pointed to the Incarnate Christ far more clearly than any biblical passage alone could have done. What he discovered was the Sawi concept of the Peace Child.<ref>Tucker (1983), p. 477</ref> }}
 
Setelah peristiwa itu, banyak orang desa memeluk Kekristenan, terjemahan [[Perjanjian Baru]] dalam bahasa Sawi diterbitkan, dan hampir 2.500 pasien orang Sawi diobati oleh Carol. Bangunan berbentuk lingkaran terbesar di dunia yang dibangun hanya dari batang-batang pohon yang tidak dipotong tipis, didirikan pada tahun [[1972]] sebagai tempat pertemuan orang Kristen di wilayah suku Sawi.<ref>Tucker (1983), p. 478</ref>
Three tribal villages were in constant battle at this time. The Richardsons were considering leaving the area, so to keep them there, the Sawi people in the embattled villages came together and decided that they would make peace with their hated enemies. Ceremonies commenced in which young children were exchanged between opposing villages. One man in particular ran toward his enemy's camp and literally gave his son to his hated foe. Observing this, Richardson wrote: "if a man would actually give his own son to his enemies, that man could be trusted!" From this rare picture came the analogy of God's sacrifice of his own Son. The Sawi began to understand the teaching of the incarnation of Christ in the Gospel after Richardson explained God to them in this way.
 
Keluarga Richardson kemudian meninggalkan orang Sawi yang diurus oleh para penatua gereja dari kalangan mereka sendiri dan dibantu oleh para misionaris lain, untuk mulai bekerja di kalangan pemakai [[:en:Auyu language|bahasa Auyu]].
Following this event many villagers converted to Christianity, a translation of the [[New Testament]] in Sawi was published, and nearly 2,500 Sawi patients were treated by Carol. The world's largest circular building made strictly from un-milled poles was constructed in 1972 as a Christian meeting place by the Sawi.<ref>Tucker (1983), p. 478</ref>
 
The Richardsons then left the Sawi to be cared for by their own church elders and another missionary couple, while they went on to work on the analysis of the [[Auyu language]].
 
In 1977 Don and his wife returned to North America, where he became a "minister-at-large" for his mission (now called World Team). Don also began teaching at the [[U.S. Center for World Mission]] in Pasadena, becoming Director of Tribal Peoples' Studies. He was instrumental in launching the Perspectives on the World Christian Movement course under the auspices of USCWM. Richardson has continued to teach and travel broadly, speaking about "redemptive analogies" as a means to communicate the gospel message among tribal peoples and other cultures. His best-selling books have had a significant impact on [[missiology]] and ongoing Christian missionary work.
 
-->
 
Pada tahun 1977 Don dan Carol kembali ke [[Amerika Utara]], di mana ia menjadi seorang "minister-at-large" untuk misinya (sekarang disebut "World Team"). Don juga mulai mengajar di [[U.S. Center for World Mission]] di Pasadena, menjadi "Director of Tribal Peoples' Studies". Ia juga berperan penting dalam meluncurkan pelajaran "Perspectives on the World Christian Movement" di bawah pengawasan USCWM. Richardson juga terus mengajar dan pergi ke berbagai tempat, berbicara mengenai "redemptive analogies" sebagai cara mengkomunikasikan pesan Injil kepada suku-suku bangsa dan budaya lain. Buku-bukunya yang laris memberikan dampak signifikan bagi [[missiology]] dan pekerjaan misionaris Kristen selanjutnya.
 
==Karya==
Baris 51 ⟶ 48:
* {{cite book |last= Richardson |first= Don |title= ''Unhidden'' |url= http://books.google.com/books?id=Rm7xkRasz2cC |publisher= [[Xulon Press]] |year= 2009 |month= February |isbn= 978-1-60791-245-3}}
 
==CatatanReferensi==
{{reflist}}
 
==ReferensiPustaka==
* {{cite book | first = Ruth | last = Tucker | authorlink = Ruth A. Tucker | year = 1983 | title = From Jerusalem to Irian Jaya A Biographical History of Christian Missions | publisher = Zondervan | location = Grand Rapids, Michigan| isbn = 0-310-23937-0}}