Suku Dayak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syuhada Rasyid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Syuhada Rasyid (bicara | kontrib)
k Suntingan Kecil
Baris 50:
|related=[[Banjar]], [[Kutai]], [[Sambas]]|region8 = Brunei Darussalam|pop8 = 50.898}}
 
Berdasarkan'''Suku bukti-buktiDayak''' arkeologisadalah nama yang ditemukanoleh dipenduduk [[Guapesisir Niah]]pulau ([[Sarawak]])Borneo dandiberi [[Gua Babi]] ([[Kalimantan Selatan]]),kepada penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-ciri Austro-Melanesia, dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar dibandingkan dengan penghuni Kalimantan masa kini</ref>pedalaman yang mendiami Pulau [[Kalimantan]] ([[Brunei]], [[Malaysia]] yang terdiri dari [[Sabah]] dan [[Sarawak]], serta [[Indonesia]] yang terdiri dari [[Kalimantan Barat]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Tengah]], [[Kalimantan Utara]], dan [[Kalimantan Selatan]]). Ada 3 suku asli Kalimantan yaitu [[rumpun Dayak|Dayak]], [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Kutai|Kutai.]]<ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=mF6bdlj8qrYC&lpg=PA186&dq=banjar%20sumatera%20utara&pg=PA188#v=onepage&q=banjar%20sumatera%20utara&f=true|first = Syamsuddin|last = Haris|pages = 188|title = Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI|publisher = Yayasan Obor Indonesia|year = 2004|isbn = 979-98014-1-9}}ISBN 978-979-98014-1-8</ref> Menurut sensus [[Badan Pusat Statistik]] [[Republik Indonesia]] tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu [[suku Banjar]], [[Rumpun Dayak|suku Dayak]] Indonesia (268405 Sub suku bangsa), [[suku Banjar]], dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
'''Suku Dayak'''<ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/discoverethnic.html Ethnicity and territory in the late colonial imagination]</ref><ref>{{cite book|pages = 19|url = http://books.google.co.id/books?id=58r5K9h8jS8C&lpg=PA32&dq=Gouvernement%20Borneo&pg=PA19#v=onepage&q&f=false|title = Innermost Bornéo: studies in Dayak cultures|first = Bernard|last = Sellato|publisher = NUS Press|year = 2002|isbn = 2914936028}}ISBN 978-2-914936-02-6</ref><ref name="Joseph Barnard Davis">{{cite book|first=[[Joseph Barnard Davis|Joseph Barnard]] | last=Davis |title=Thesaurus craniorum: Catalogue of the skulls of the various races of man, in the collection of Joseph Barnard Davis | url=http://books.google.com/books?id=6UovAAAAYAAJ&dq=bandjermassing&hl=id&pg=PA289#v=onepage&q=bandjermassing&f=false |publisher=Printed for the subscribers | year=1867}}</ref><ref name="Malayan miscellanies">{{cite book|author=Malayan miscellanies | url=http://books.google.co.id/books?id=fBYIAAAAQAAJ&dq=dayak%20Malayan%20miscellanies&pg=RA1-PA51#v=onepage&q&f=false |title=Malayan miscellanies | publisher=Malayan miscellanies | year=1820}}</ref><ref name="Kathy MacKinnon">{{cite book|first = [[Kathy MacKinnon|Kathy]]|last = MacKinnon|url = http://books.google.co.id/books?id=70iB6Tf62OkC&lpg=PA358&dq=dayak%20The%20ecology%20of%20Kalimantan&pg=PA358#v=onepage&q=dayak%20The%20ecology%20of%20Kalimantan&f=false|title = The ecology of Kalimantan|publisher = Oxford University Press|year = 1996|isbn = 9780945971733}}ISBN 0-945971-73-7</ref><ref name="East India Company">{{cite book|author=[[East India Company]]|url=http://books.google.co.id/books?id=yFisQ6cm4hcC&dq=lawai%20rivier&pg=PA118#v=onepage&q&f=false |title=The Asiatic journal and monthly miscellany|volume=12 | publisher=Wm. H. Allen & Co | year=1821}}</ref> ([[Ejaan Lama]]: Dajak atau Dyak<ref>{{cite book|pages=171 |url=http://books.google.co.id/books?id=LpgbAQAAIAAJ&dq=Dyak&pg=RA2-PA177#v=onepage&q=Dyak&f=false |title=Calcutta review|volume=48-49|author=University of Calcutta|publisher=University of Calcutta|year=1869}}</ref><ref>{{cite book|pages=121 |url=http://books.google.co.id/books?id=MIBNAAAAYAAJ&dq=Dyak&pg=PA121#v=onepage&q=Dyak&f=false |title=The London review of politics, society, literature, art, & science|volume=11|publisher=J.K. Sharpe (1865)}}</ref><ref>{{cite book|pages=1110 |url=http://books.google.co.id/books?id=8XsLAQAAIAAJ&dq=Dyak&pg=PA1110#v=onepage&q=Dyak&f=false |title=Uncivilized races of men in all countries of the world: being a comprehensive account of their manners and customs, and of their physical, social, mental, moral and religious characteristics|volume=2|first=John George |last=Wood|publisher=J. B. Burr & co.|year=1870}}</ref><ref>{{cite journal|pages=80|url=http://books.google.co.id/books?id=OYMFAAAAQAAJ&dq=Dyak&pg=RA2-PA80#v=onepage&q=Dyak&f=false |title=The London Saturday journal (1841)}}</ref>) adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman<ref>? Kata "dayak" serumpun dengan misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang (di) atas, orang hulu".
 
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di [[Gua Niah]] ([[Sarawak]]) dan [[Gua Babi]] ([[Kalimantan Selatan]]), penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-ciri Austro-Melanesia, dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar dibandingkan dengan penghuni Kalimantan masa kini</ref> yang mendiami Pulau [[Kalimantan]] ([[Brunei]], [[Malaysia]] yang terdiri dari [[Sabah]] dan [[Sarawak]], serta [[Indonesia]] yang terdiri dari [[Kalimantan Barat]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Tengah]], dan [[Kalimantan Selatan]]). Ada 3 suku asli Kalimantan yaitu [[rumpun Dayak|Dayak]], [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Kutai|Kutai]]<ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=mF6bdlj8qrYC&lpg=PA186&dq=banjar%20sumatera%20utara&pg=PA188#v=onepage&q=banjar%20sumatera%20utara&f=true|first = Syamsuddin|last = Haris|pages = 188|title = Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI|publisher = Yayasan Obor Indonesia|year = 2004|isbn = 979-98014-1-9}}ISBN 978-979-98014-1-8</ref> Menurut sensus [[Badan Pusat Statistik]] [[Republik Indonesia]] tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu [[suku Banjar]], [[Rumpun Dayak|suku Dayak]] Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
 
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni [[rumpun Klemantan]] alias Kalimantan, [[rumpun Iban]], [[rumpun Apokayan]] yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, [[rumpun Murut]], [[rumpun Ot Danum-Ngaju]] dan [[rumpun Punan]]. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:<ref>[http://www.ethnologue.com/map/ID_k__ Indonesia, Kalimantan ]</ref>
 
* "[[Rumpun bahasa Barito Raya|Barito Raya]] (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok [[bahasa Madagaskar]], dan Sama-Bajau termasuk satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu [[Suku Paser]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/greater-barito</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04.html</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s02.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Dayak Darat|Dayak Darat]]" (13 bahasa)<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/land-dayak</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s05.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Borneo Utara|Borneo Utara]]" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu [[Suku Tidung]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/north-borneo</ref>
* "[[Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]]" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/tamanic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s04.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Melayik|Melayik]]" dituturkan: [[Dayak Meratus]]/Bukit (alias Banjar [[arkhais]]Bukit), [[Dayak Iban]] (dan Saq Senganan), [[Dayak Keninjal]], [[Dayak Bamayoh]] (Malayic Dayak), [[Dayak Kendayan]] (Kanayatn). Beberapa suku asal Kalimantan beradat Melayu yang terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku yang berdiri sendiri yaitu [[Suku Banjar]], [[Suku Kutai]], [[Suku Berau]], [[Suku Sambas]], dan [[Suku Kedayan]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/malayic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s03.html</ref><ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=wsWX4TTfFAEC&lpg=PA47&dq=Insular%20Southeast%20Asia%20banjar%20kutai%20lakes%20malay&pg=PA47#v=onepage&q&f=false|pages = 47|title = Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer|first = Fritz|last = Schulze|coauthors = Holger Warnk|publisher = Otto Harrassowitz Verlag|year = 2006|isbn = 3447054778}}
ISBN 9783447054775</ref>
 
== Etimologi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dajak vrouwen verkopen vruchten vanaf een vlot op de Barito-rivier bij Bandjermasin Zuid-Borneo TMnr 10005854.jpg|thumb|250 px|right| Masyarakat Dayak Barito beragama Islam yang dikenali sebagai [[suku Bakumpai]] di [[sungai Barito]] tempo dulu.]]
Istilah "Dayak" paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau Kalimantan/Borneo.<ref>King, 1993:29</ref><ref>{{cite book|pages = 99|url = http://books.google.co.id/books?id=9I62BcuPxfYC&lpg=PA99&dq=Dyak&pg=PA99#v=onepage&q=Dyak&f=false|title = Creation myths of the world: an encyclopedia|volume = 1|first = David Adams|last = Leeming|edition = 2|publisher = ABC-CLIO|year = 2010|isbn = 1598841742}}ISBN 978-1-59884-174-9</ref> Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan Suku[[suku Banjar|Banjar]] dan Suku[[suku Kutai|Kutai]]. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata ''daya'' dari [[bahasa Kenyah]], yang berarti hulu [[sungai]] atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata ''aja'', sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. <ref>King, 1993:30</ref><ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=zAqMXcWcb-MC&lpg=PA7&dq=kalimantan%20tenggara&pg=PA8#v=onepage&q=kalimantan%20tenggara&f=false|pages = 8|title = Identitas Dayak|publisher = PT LKiS Pelangi Aksara|first = Yekti|last = Maunati|isbn = 979949298X}}ISBN 978-979-9492-98-2</ref>
 
Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah DayaDayak (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu).<ref>{{cite book|pages=338 |url=http://books.google.co.id/books?id=rj4KAQAAMAAJ&dq=Benjar&pg=PA338#v=onepage&q=Benjar&f=false |title=London encyclopaedia; or, Universal dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising a popular view of the present state of knowledge|volume=4|first=Thomas |last=Tegg|publisher=Printed for Thomas Tegg|year=1829}}</ref> Jadi semula istilah orang Daya (orang darat) ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan Dayak Laut (rumpun Iban). Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah [[sungai Kahayan]]) dan [[Biaju Kecil]] (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi [[Dayak Besar]] dan [[Kabupaten Kapuas|Dayak Kecil]], selanjutnya oleh pihak kolonial Belanda hanya kedua daerah inilah yang kemudian secara administratif disebut [[Tanah Dayak]]. Sejak masa itulah istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah “Dayak” dipakai meluas yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang berbeda-beda bahasanya<ref>{{cite book|pages=261 |url=http://books.google.co.id/books?id=GRE3AAAAMAAJ&dq=Banjer-masin&pg=PA261#v=onepage&q=Banjer-masin&f=false |title=Foreign missionary chronicle|publisher=s.n. (1838)}}</ref>, khususnya non-Muslim atau non-Melayu.<ref>King, 1993.</ref> Pada akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan.<ref>Rousseau, 1990</ref> Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, seorang ilmuwan [[Belanda]], adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah Dayak dalam pengertian di atas pada tahun [[1895]].
 
Arti dari kata ‘Dayak’ itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Commans (1987), misalnya, menulis bahwa menurut sebagian pengarang, ‘Dayak’ berarti manusia, sementara pengarang lainnya menyatakan bahwa kata itu berarti pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yang paling tepat adalah orang yang tinggal di hulu sungai.<ref>Commans, 1987: 6</ref> Dengan nama serupa, Lahajir ''et al''. melaporkan bahwa [[suku Dayak Iban|orang-orangDayak Iban]] menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang [[suku Dayak Tunjung|Dayak Tunjung]] dan [[suku Dayak Benuaq|Dayak Benuaq]] mengartikannya sebagai hulu sungai. Mereka juga menyatakan bahwa sebagian orang mengklaim bahwa istilah Dayak menunjuk pada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang-orang Kalimantan, yaitu kuat, gagah, berani dan ulet.<ref>Lahajir ''et al''., 1993:4</ref> Lahajir ''et al''. mencatat bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penuduk asli Kalimantan dalam literatur, yaitu ''Daya'', ''Dyak'', ''Daya'', dan ''Dayak''. Penduduk asli itu sendiri pada umumnya tidak mengenal istilah-istilah ini, akan tetapi orang-orang di luar lingkup merekalah yang menyebut mereka sebagai ‘Dayak’.<ref>Lahajir ''et al''., 1993:3</ref>
 
== Asal mula ==
Baris 97 ⟶ 94:
 
== Dayak pada masa kini ==
[[Berkas:Dayak KanayatnSukudayakkenyah.jpg|thumb|200px200x200px|TradisiTarian dari suku Dayak KanayatnKenyah.]]
Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: [[Apokayan]] ([[Kenyah-Kayan-Bahau]]), [[Ot Danum-Ngaju]], [[Iban]], [[Murut]], [[Klemantan]] dan [[Punan]]. Rumpun [[Dayak Punan]] merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, [[mandauMandau]], sumpit[[Sumpit (senjata)|Sumpit]], beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun [[Ot Danum-Ngaju]] biasanya disebut [[lewu]]/[[lebu]] dan pada Dayak lain sering disebut [[banua]]/[[benua (Kalimantan)|benua]]/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
 
=== Tradisi Penguburan ===
Baris 159 ⟶ 156:
Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan berlaku hukum adat Dayak. Wilayah-wilayah di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Banjar/Melayu seperti suku Banjar, Melayu-Senganan, Kedayan, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan. Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan. Pada masa kolonial, orang-orang [[bumiputera]] Kristen dan orang Dayak Kristen di perkotaan disamakan kedudukannya dengan orang Eropa dan tunduk kepada hukum golongan Eropa. Belakangan penyebaran agama Nasrani mampu menjangkau daerah-daerah Dayak terletak sangat jauh di pedalaman sehingga agama Nasrani dianut oleh hampir semua penduduk pedalaman dan diklaim sebagai agama orang Dayak.
 
Jika kita melihat sejarah pulau Borneo dari awal. Orang-orang dari Sriwijaya, orang ''Melayu'' yang mula-mula migrasi ke Kalimantan. Etnis Tionghoa [[Hui]] Muslim [[mazhab Hanafi|Hanafi]] menetap di Sambas sejak tahun 1407, karena pada masa [[Dinasti Ming]], bandar Sambas menjadi pelabuhan transit pada jalur perjalanan dari [[Champa]] ke [[Manila|Maynila]], Kiu kieng (Palembang) maupun ke [[Majapahit]].<ref name="Muljana">{{cite book|pages = 61|url = http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title = Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|first = Slamet|last = Muljana|publisher = PT LKiS Pelangi Aksara|year = 2005|isbn = 9798451163}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref> Banyak penjabat Dinasti Ming adalah orang [[Hui]] [[Muslim]] yang memiliki pengetahuan bahasa-bahasa asing misalnya [[bahasa Arab]].<ref>{{cite book|pages = 54|url = http://books.google.co.id/books?id=edH-asvoPu8C&lpg=PA51&dq=dinasti%20ming&pg=PA54#v=onepage&q=dinasti%20ming&f=false|title = Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara|first = Yuanzhi|last = Kong|editor = Hembing Wijayakusuma|publisher = Yayasan Obor Indonesia|year = 2000|isbn = 9794613614}}ISBN 978-979-461-361-0</ref> Laporan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Dinasti Ming yang mengunjungi Banjarmasin pada awal abad ke-16 mereka sangat khawatir mengenai aksi pemotongan kepala yang dilakukan orang-orang Biaju di saat para pedagang sedang tertidur di atas kapal. Agamawan Nasrani dan penjelajah Eropa yang tidak menetap telah datang di Kalimantan pada abad ke-14 dan semakin menonjol di awal abad ke-17 dengan kedatangan para pedagang Eropa. Upaya-upaya penyebaran agama Nasrani selalu mengalami kegagalan, karena pada dasarnya pada masa itu masyarakat Dayak memegang teguh kepercayaan leluhur (Kaharingan) dan curiga kepada orang asing, seringkali orang-orang asing terbunuh. Penduduk pesisir juga sangat sensitif terhadap orang asing karena takut terhadap serangan bajak laut dan kerajaan asing dari luar pulau yang hendak menjajah mereka. Penghancuran keraton Banjar di Kuin tahun 1612 oleh VOC Belanda dan serangan Mataram atas Sukadana tahun 1622 dan potensi serangan Makassar sangat mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Kalimantan. Sekitar tahun 1787, Belanda memperoleh sebagian besar Kalimantan dari Kesultanan Banjar dan Banten. Sekitar tahun 1835 barulah misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di wilayah-wilayah pemerintahan Hindia Belanda yang berdekatan dengan negara Kesultanan Banjar. Pada tanggal [[26 Juni]] [[1835]], Barnstein, [[penginjil]] pertama Kalimantan tiba di Banjarmasin dan mulai menyebarkan agama Kristen ke pedalaman Kalimantan Tengah. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris.<ref>{{cite book|pages=42 |url=http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&lpg=PA8&dq=Pulau%20KAlimantan&pg=PA9#v=onepage&q=Pulau%20KAlimantan&f=false |title=Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan Evanggelis sejak tahun 1835 |first=Fridolin |last= Ukur|publisher= BPK Gunung Mulia |year=2000 |isbn=9789799290588}} ISBN [http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&printsec=copyright#v=onepage&q&f=false 979-9290-58-9]</ref><ref>{{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=q_UDAAAAQAAJ&dq=banjermasin&pg=PA578#v=onepage&q&f=false |title=Evangelical magazine and missionary chronicle,|volume= 14 |pages=578|publisher= s.n|year=1836|author=Evangelical}}</ref><ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=ox_pTpB9AjQC&lpg=PA188&dq=kalimantan%20selatan&pg=PA188#v=onepage&q=kalimantan%20selatan&f=true|first = Th. van den|last = End|title = Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia|publisher = BPK Gunung Mulia|year = 1987|isbn = 979-415-188-2}}ISBN 978-979-415-188-4</ref><ref>{{cite book|pages=87|url=http://books.google.com/books?id=tZ8PAAAAIAAJ&dq=Banjirmasin&hl=id&pg=PA87#v=onepage&q&f=false |title=Foreign missionary chronicle|volume=5|publisher=Board of Foreign Missions and of the Board of Missions of the Presbyterian Church.}}</ref><ref>{{cite book|pages = 149|url = http://books.google.co.id/books?id=fnLQ4hmhYOsC&lpg=PA419&dq=Gouvernement%20of%20Borneo&pg=PA419#v=onepage&q=Gouvernement%20of%20Borneo&f=false|title = Catholics in Indonesia, 1808-1942: A modest recovery 1808-1903|first = Karel A.|last = Steenbrink|publisher = KITLV Press|year = 2003|isbn = 9067181412}}ISBN 978-90-6718-141-9</ref>
 
== Konflik ==
=== Keterlibatan ===
Dayak (istilah kolektif untuk masyarakat asli Kalimantan) telah mengalami peningkatan dalam konflik antar etnis. Di awal 1997 dan kemudian pada tahun 1999, bentrokan-bentrokan brutal terjadi antara orang-orang Dayak dan Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Puncak dari konflik ini terjadi di Sampit pada tahun 2001. Konflik-konflik ini pun kemudian menjadi topik pembicaraan di koran-koran di Indonesia. Sepanjang konflik tahun 1997, sejumlah besar penduduk Madura tewas dan ada juga yang diselamatkan oleh TNI dan sebagian orang dayak yang sudah dianggap keluarga. Muncul berbagai perkiraan resmi tentang jumlah korban tewas, mulai dari 1000 hingga 4.000 orang menurut sumber-sumber independen.<ref>MacDougall, 1999</ref> Pada tahun 1999, orang-orang Dayak, bersama dengan kelompok-kelompok [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Tionghoa-Indonesia|Cina]] memerangi para pendatang [[suku Madura|Madura]].<ref>Mac Dougall, 1999</ref> Menurut seorang tokoh masyarakat Dayak, konflik yang terjadi belakangan itu pada awalnya bukan antara orang-orang Dayak dan Madura, melainkan antara orang-orang Melayu dan Madura.<ref>lihat, misalnya Manuntung, 22 Maret 1999</ref>
 
Baris 176 ⟶ 172:
* [[Majelis Adat Dayak Nasional]]
* [[Daftar tokoh Dayak]]
* [[Institut Dayakologi|Penelitian Budaya Dayak]]
 
== Referensi ==