Perjanjian Lama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 406:
|}<references group=T />
 
== Komposisi ==
== Teks-teks Perjanjian Lama ==
Kelima kitab pertama – [[Kitab Kejadian|Kejadian]], [[Kitab Keluaran|Keluaran]], [[Kitab Imamat|Imamat]], [[Kitab Bilangan|Bilangan]], dan [[Kitab Ulangan|Ulangan]] – merupakan kitab [[Taurat]], mengisahkan bangsa Israel dari [[penciptaan menurut Kitab Kejadian]] sampai dengan kematian [[Musa]]. Beberapa akademisi saat ini ragu bahwa kitab-kitab tersebut memperoleh bentuknya seperti yang sekarang pada [[Yehud Medinata|periode Persia (538–332 SM)]], dan bahwa para penulisnya adalah kaum elit dari mereka yang kembali dari pembuangan yang kemudian mengendalikan [[Bait Kedua|Bait Suci pada saat itu]].{{Sfn | Blenkinsopp | 1998 | p = 184}} Namun penemuan fragmen-fragmen Alkitab Ibrani pada tahun 2004 di [[Ketef Hinnom]] dengan tarikh abad ke-7 [[SM]], yang berarti sebelum [[pembuangan ke Babilonia]] (Babel), menunjukkan bahwa setidaknya beberapa elemen dari Taurat telah ada sebelum pembuangan Babel.<ref>{{en}} Davila, James, [http://paleojudaica.blogspot.com/2004_09_26_archive.html#109644758320238769 "MORE ON THE KETEF HINNOM AMULETS in Ha'aretz]," ''Paleojudaica'', Sept. 2004.</ref><ref>{{en}} Barkay, Gabriel, et al., [http://links.jstor.org/sici?sici=1094-2076%28200312%2966%3A4%3C162%3ATCOKHU%3E2.0.CO%3B2-L&size=LARGE&origin=JSTOR-enlargePage "The Challenges of Ketef Hinnom: Using Advanced Technologies to Recover the Earliest Biblical Texts and their Context"], ''Near Eastern Archaeology'', 66/4 (Dec. 2003): 162-171.</ref><ref>{{en}} [http://www.nytimes.com/2004/09/28/science/28scro.html?_r=2&8dpc=&pagewanted=all&position=&oref=slogin& Solving a Riddle Written in Silver]</ref><ref>{{en}} [http://www.bpnews.net/17741 'Silver scrolls' are oldest O.T. scripture, archaeologist says]</ref>
=== Teks Masoret ===
Teks tulisan tangan Perjanjian Lama kuno yang utuh sekarang ini adalah [[Kodeks]] B19 yang saat ini berada di Perpustakaan di [[St. Petersburg]]. Teks ini dikenal dengan nama Kodeks [[Leningradensis]], yang juga dikenal dengan nama Kodeks [[Petropolitanus]], ditulis pada [[tahun 1008]] di [[Kairo]] dan merupakan teks tulisan tangan terbaik, sehingga para ilmuan Alkitab banyak mengacu kepada teks ini.
 
Kemudian [[Kitab Yosua|Yosua]], [[Hakim-hakim]], [[Kitab Samuel|Samuel]], dan [[Kitab Raja-raja|Raja-raja]], memuat sejarah Israel sejak dari [[Kitab Yosua|Penaklukan Kanaan]] sampai dengan [[Pengepungan Yerusalem (587 SM)]]. Ada suatu konsensus luas di kalangan akademisi bahwa kitab-kitab ini asalnya adalah sebuah karya tunggal (yang dikenal sebagai "sejarah [[Deuteronomis]]tik") selama masa pembuangan Babel pada abad ke-6 SM.{{Sfn | Rogerson | 2003 | pp = 153–54}} Kedua [[Kitab Tawarikh]] meliputi banyak materi yang sama seperti dalam Taurat dan sejarah Deuteronomistik, dan mungkin berasal dari abad ke-4 SM.{{Sfn | Coggins | 2003 | p = 282}}
Kodeks Leningradensis berasal dari tradisi penulisan teks Alkitab Ibrani yang sangat rumit, yaitu berasal dari para Masoret dari [[abad ke-8]] sampai [[ke-10 M]] di [[Tiberias]] di pantai danau [[Genesaret]]. Oleh karena itu orang menyebut teks yang berasal dari tradisi penulisan ini sebagai teks Masoret. Terdapat dua keluarga Yahudi dalam tradisi penulisan ini, yaitu [[Ben Asyer]] dan [[Ben Naftali]]. Pada dasarnya huruf-huruf [[Ibrani]] adalah konsonan semua. Hal ini juga berlaku kepada teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama yang ditulis dengan huruf konsonan semua disebut teks konsonan. Pembacaan teks konsonan ini didasarkan pada tradisi pembacaan kitab suci yang turun temurun. [[Kodeks Aleppo]], yang merupakan teks konsonan, yang menjadi teks dasar, diberi tanda vokal (vokalisasi) oleh [[Harun ben Asyer]], lalu hasil dari vokalisasi yang dilakukan oleh Harun ben Asyer disalin lagi oleh Samuel ben Yakub. Kodeks Leningradensis yang telah disebutkan di atas adalah hasil salinan yang dikerjakan oleh [[Samuel ben Yakub]].
 
Kitab-kitab Tawarikh berkaitan dengan kitab-kitab [[Ezra–Nehemia|Ezra dan Nehemia]], yang mungkin terselesaikan pada abad ke-3 SM.{{Sfn | Grabbe | 2003 | pp = 213–14}} Perjanjian Lama Ortodoks dan Katolik memuat dua (Katolik) sampai empat (Ortodoks) [[Kitab Makabe]], yang ditulis pada abad ke-2 dan ke-1 SM.
Yang menjadi pendorong pemberian tanda vokal pada teks konsonan [[Ibrani]] yang dilakukan oleh Ben Asyer dan Ben Naftali adalah Sekte Kareer ("Para Pengikut Kitab Suci"), yang pada [[abad ke-8]] berkembang di daerah [[Babilonia]]. Sekte ini mengabaikan penafsiran rabi-rabi Yahudi yang didasarkan pada tradisi [[Talmud]], dan mereka lebih mengarahkan pengajaran mereka hanya pada Kitab Suci. Sehingga pada waktu itu berkembang pemikiran, bahwa jika tradisi pembacaan ini terputus dan hilang, maka anak-cucu mereka tidak dapat membaca Kitab Suci lagi serta tidak dapat memahaminya, karena teks Kitab Sucinya adalah berbentuk konsonan. Kebutuhan yang mendesak ini juga dipikirkan oleh para Masoret yang adalah para rabi (bukan berasal dari [[Sekte Kareer]]!), sehingga dua keluarga yang telah disebutkan di atas mengerjakan vokalisasi teks konsonan.
 
Kitab-kitab sejarah membentuk sekitar setengah dari keseluruhan isi Perjanjian Lama. Sisanya berupa kitab-kitab dari berbagai [[nabi]] – [[Kitab Yesaya|Yesaya]], [[Kitab Yeremia|Yeremia]], [[Kitab Yehezkiel|Yehezkiel]], [[Kitab Daniel|Daniel]], dan dua belas "[[nabi-nabi kecil]]" – yang ditulis antara abad ke-8 dan ke-6 SM, kecuali [[Kitab Yunus]] dan [[Kitab Daniel|Daniel]] yang mana dituliskan jauh di kemudian hari.{{Sfn | Miller | 1987 | pp = 10–11}} Kitab-kitab "hikmat" atau "kebijaksanaan" dan yang lainnya – [[Kitab Ayub|Ayub]], [[Kitab Amsal|Amsal]], dan seterusnya – bertarikh antara abad ke-5 SM dan abad ke-2 atau ke-1 SM, dengan pengecualian beberapa dari [[Kitab Mazmur]].{{Sfn | Crenshaw | 2010 | p = 5}}
=== Teks Pentateukh atau Taurat Samaria ===
{{main|Taurat Samaria}}
Tradisi penyalinan teks kitab suci yang dilakukan oleh orang-orang [[Yahudi]] tersebut di atas yang biasa disebut teks masoret bukanlah satu-satunya tradisi penyalinan teks kitab suci Ibrani. Di samping tradisi penyalinan ini terdapat juga tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang [[Samaria]]. Tradisi penyalinan yang dilakukan oleh orang-orang Samaria ini dimulai sejak keterpisahan ([[skisma]]) jemaat Yahudi dan [[Samaria]] pada tahun yang tidak diketahui lagi, tetapi yang pasti pada zaman setelah pembuangan suku-suku Israel. Orang-orang Samaria adalah penduduk yang tinggal di wilayah [[Israel]] utara setelah pada [[tahun 722 SM]] ditaklukkan oleh bangsa [[Asyur]]. Mereka adalah campuran antara Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di daerah tersebut. Mereka hanya mengakui Pentateukh atau [[Taurat]] sebagai Kitab Suci mereka. Teks tulisan tangan yang tertua dari tradisi ini yang masih ada berasal dari [[abad ke-12 M]] yang sekarang ini berada di Perpustakaan [[Universitas Leipzig]].
 
=== TeksTema [[Qumran]] ===
[[Allah dalam Kekristenan|Allah]] secara konsisten digambarkan sebagai suatu sosok yang menciptakan atau [[Penciptaan menurut Kitab Kejadian|mengadakan keteraturan]] dunia ini dan memandu sejarahnya. Meskipun Allah dalam Perjanjian Lama tidak secara konsisten ditampilkan sebagai [[monoteisme|satu-satunya Allah yang ada]], Ia selalu digambarkan sebagai [[monolatrisme|satu-satunya Allah yang disembah]] bangsa Israel; baik umat Yahudi maupun Kristen selalu menafsirkan Alkitab sebagai suatu penegasan akan akan keesaan Allah yang Mahakuasa.{{Sfn | Barton | 2001 | p = 9}}
Antara tahun [[1947]] dan [[1956]] ditemukan fragmen-fragmen teks Perjanjian Lama dalam bentuk lebih dari 190 gulungan dari dalam 11 gua di [[Qumran]], yang terletak di pantai [[Laut Mati]], yaitu sekitar 15 km sebelah selatan dari kota [[Yerikho]]. Dimulai dari ketidak sengajaan pada tahun 1947, yaitu ketika seorang gembala muda dari suku Badui, yang mencoba untuk mencari dombanya yang hilang di sekitar gua-gua di Qumran, dan ketika dia mencoba untuk mencari dombanya di sebuah gua, dia secara tidak sengaja menemukan gulungan-gulungan kitab. Penemuan ini merupakan penemuan pertama gulungan-gulungan kitab Qumran, dan sejak saat itu para [[arkeolog]] meneliti di Qumran dan menemukan gulungan-gulungan kitab yang lainnya. Sebagian besar fragmen tersebut berasal dari abad ke-2 SM dan ke-1 SM, namun ada juga sebagian kecil yang berasal dari abad ke-3 SM. Setiap bagian dari kitab-kitab Perjanjian Lama (kecuali kitab [[Kitab Ester|Ester]]) ditemukan di Qumran. (Lihat [[Naskah Laut Mati]])
[https://archive.is/20091027003300/www.geocities.com/andreasagussantoso/qumran.JPG Gambar 1: Qumran]
 
Perjanjian Lama menekankan hubungan khusus antara Allah dengan [[bangsa pilihan]]-Nya, Israel, namun mencakup petunjuk-petunjuk bagi kaum [[proselit]] juga. Hubungan ini diungkapkan dalam [[Perjanjian (Alkitab)|perjanjian]] antara keduanya, yang mana diterima oleh [[Musa]]. Hukum-hukum dalam kitab seperti [[Kitab Keluaran|Keluaran]] dan terutama [[Kitab Ulangan|Ulangan]] merupakan istilah-istilah dari perjanjian itu sendiri: bangsa Israel bersumpah setia kepada [[YHWH|Allah]], dan Allah bersumpah untuk menjadi pendukung dan pelindung khusus bangsa Israel.{{Sfn | Barton | 2001 | p = 9}}
=== Teks Yunani ===
Tradisi penerjemahan Alkitab Ibrani ke [[Yunani]] juga merupakan sumber yang sangat penting, yang disebut [[Septuaginta]]. Nama ini berasal dari [[bahasa Latin]] yang berarti "tujuh puluh" dan biasanya disingkat dengan huruf [[romawi]] LXX. [[Legenda]] tentang Septuaginta ini didasarkan pada [[Surat Aristeas]] pada abad ke-1 SM: [[Demetrius]] dari Phaleron, ketua Perpustakaan di [[Alexandria]], mengusulkan kepada Raja [[Ptolemaios II Philadelphos]] (285-246 SM) untuk memasukkan kitab Taurat Yahudi ke dalam Perpustakaan [[Alexandria]]. Untuk melaksanakan proyek ini, maka 72 tua-tua Yahudi (enam dari masing-masing suku Israel/ 6 x 12 = 72), dikirim oleh Imam Besar [[Eliezer]] ke Alexandria untuk menerjemahkan kitab Taurat, dan penerjemahan itu memakan waktu selama 72 hari dan hasil dari penerjemahan ini digunakan oleh jemaat Yahudi yang saat itu berada di Diaspora Mesir. Legenda ini didasarkan pada motif mujizat munculnya Septuaginta. Namun dari legenda ini kita dapat memperoleh informasi, bahwa kitab Taurat dalam bahasa Yunani pada awalnya dipergunakan oleh jemaat Yahudi yang berada di [[Diaspora]] [[Mesir]] yang tidak bisa berbahasa Ibrani lagi, yaitu pada pertengahan abad ke-3 SM. Satu abad setelah itu, yaitu sekitar pertengahan abad ke-2 SM, seluruh Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Hal ini didasarkan pada Prolog [[kitab Sirakh]] (sekitar 132 SM), bahwa "Taurat, para Nabi, dan kitab-kitab lain" (mengacu kepada tiga bagian dari kitab Ibrani, yaitu [[Torah]], [[Nebi'im]] dan [[Ketubim]]) telah diterjemahkan dalam "bahasa lain" (tentunya dalam hal ini bahasa Yunani).
 
Tema-tema berikutnya dalam Perjanjian Lama meliputi [[keselamatan (teologi)|keselamatan]], [[penebusan (teologi)|penebusan]], [[penghakiman ilahi]], ketaatan dan ketidaktaatan, [[iman]] dan kesetiaan, dan lainnya. Dalam kesemuanya itu terdapat suatu penekanan kuat pada [[etika]] dan [[pemurnian ritual|kemurnian ritual]], yang mana keduanya merupakan tuntutan Allah, meskipun beberapa penulis hikmah dan nabi tampaknya mempertanyakan hal ini, dengan alasan bahwa Allah lebih menekankan [[keadilan sosial]] daripada kemurnian, dan mungkin dipandang tidak peduli sama sekali mengenai kemurnian. Hukum moral Perjanjian Lama memerintahkan keadilan, campur tangan demi mereka yang lemah, dan kewajiban dari mereka yang berkuasa untuk menegakkan keadilan dengan benar. Hukum tersebut melarang [[pembunuhan]], [[penyuapan]] dan [[korupsi]], perdagangan yang tidak adil, dan banyak [[perbuatan zina|pelanggaran seksual]]. Semua moralitas ditelusuri kembali sumbernya kepada Allah, yang mana merupakan sumber segala kebaikan.{{Sfn | Barton | 2001 | p = 10}}
Tradisi Septuaginta sangat berbeda dengan tradisi Masoret, baik dari sisi bahasa maupun teksnya. Nampaknya teks Ibrani yang digunakan oleh para penerjemah adalah teks yang berbeda dengan teks dari [[Teks Masoret|tradisi Masoret]]. Hal ini didasarkan pada bukti: bahwa (1) Septuaginta memuat beberapa kitab di luar kitab Ibrani, (2) bahwa kitab [[Daniel]] dan [[Ester]] di Septuaginta lebih panjang dari versi kitab Ibrani, dan juga kitab Yeremia versi Septuaginta lebih pendek dari versi kitab Ibrani, secara khusus perbedaan bentuk teks antara teks Ibrani yang digunakan oleh Septuaginta dan teks Ibrani Masoret akan nampak jika kita membandingkannya secara mendetail dari kitab [[Daniel]].
 
[[Masalah kejahatan]] banyak berperan dalam keseluruhan bagian Perjanjian Lama. Masalah yang dihadapi para penulis Perjanjian Lama adalah bahwa sosok Allah yang baik harus memiliki alasan yang adil dan tepat untuk mengizinkan terjadinya bencana (yang terutama, tetapi tidak hanya, berarti [[pembuangan Babel]]) atas umat-Nya. Tema tersebut diperlihatkan, dengan banyak variasi, dalam kitab-kitab yang berbeda seperti Raja-raja dan Tawarikh, para nabi seperti Yehezkiel dan Yeremia, dan dalam kitab-kitab hikmat seperti Ayub dan Pengkhotbah.{{Sfn | Barton | 2001 | p = 10}}
Pada awalnya tradisi Septuaginta menjadi teks yang sangat penting bagi orang Yahudi pada waktu itu. Namun setelah [[konsili Yamnia]] (sekitar 95 M) tradisi ini menduduki peranan yang tidak penting lagi. Hal ini mungkin karena teks Septuaginta menjadi pegangan penting bagi orang Kristen mula-mula, dan teks ini mendapat tandingan dari terjemahan Yunani yang baru, yaitu [[Aquila]] (130 M), [[Theodotion]] (abad ke-2 M) dan [[Symmakus]] (abad ke-3 M). Namun tradisi ini mendapat tempat yang sangat penting dalam tradisi Kristen. Kemudian Septuaginta direvisi oleh para ahli Kristen:
 
== Dari kitab suci sampai kanon: pembentukan Perjanjian Lama ==
# oleh [[Origenes]] (antara 232-254 di Kaisarea dalam edisi teks kritik Septuaginta),
{{Main|Kitab-kitab dalam Alkitab|Kanon Alkitab}}
# oleh Uskup Mesir Hesikhius (meninggal sekitar 310),
[[File:Texts of the OT.svg|thumb|450px|Keterkaitan antara berbagai naskah kuno yang penting dari Perjanjian Lama, menurut ''[[Encyclopaedia Biblica]]'' (1903). Beberapa naskah ditunjukkan dengan [[siglum]]nya. LXX di sini menandakan [[Septuaginta]] yang asli.]]
# oleh Tua-Tua Lukian di Antiokhia (meninggal sekitar 311).
 
=== Perjanjian Lama Yunani, Latin, dan Protestan ===
Menurut keterangan [[Hieronimus]], orang Kristen di Alexandria dan Mesir menggunakan Septuaginta versi Hesikhius; sedangkan orang Kristen di [[Konstantinopel]] sampai Antiokhia menggunakan Septuaginta versi Lukian Sang Martir; dan di samping itu orang Kristen di [[Palestina]] menggunakan Septuaginta versi Origenes.
{{lihat pula|Perkembangan kanon Alkitab Ibrani|Perkembangan kanon Perjanjian Lama}}
 
Proses pemilihan kitab-kitab yang membentuk suatu kanon dan Alkitab merupakan suatu proses yang panjang, dan kompleksitasnya dapat menjelaskan banyaknya Perjanjian Lama yang berlainan pada saat ini. Timothy H. Lim, seorang guru besar Alkitab Ibrani dan Yudaisme Bait Kedua di [[Universitas Edinburgh]], mengidentifikasi Perjanjian Lama sebagai "suatu kumpulan teks-teks otoritatif yang kiranya dari sumber ilahi, yang melalui suatu proses insani penulisan dan penyuntingan."<ref name="Lim 2005 41" /> Ia menyatakan bahwa kitab tersebut bukanlah suatu buku ajaib yang ditulis secara [[harfiah]] oleh [[Allah dalam Yudaisme|Allah]] dan diteruskan ke manusia. Pada sekitar abad ke-5 SM, kaum Yahudi memandang kelima kitab [[Taurat]] (Pentateukh Perjanjian Lama) memiliki status otoritatif atau berwibawa; pada abad ke-2 SM kitab-kitab para nabi ([[Nevi'im]]) memiliki suatu status yang sama, walaupun tidak pada tingkat penghormatan yang setara dengan Taurat; selain semua kitab tersebut, kitab-kitab suci Yahudi tidak tetap, karena masing-masing kelompok yang berbeda melihat kewibawaan dalam kitab-kitab yang berbeda.{{Sfn | Brettler | 2005 | p = 274}}
Kemudian berdasarkan Septuaginta diterjemahan Alkitab Perjanjian Lama dalam beberapa bahasa lain, yaitu pada abad ke-3 M ke dalam [[bahasa Koptik]], salah satu dialek bahasa Mesir; lalu pada abad ke-4 M ke dalam [[bahasa Ethiopia]]; di samping itu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Gotik oleh Uskup Gotik Ulfias. Berdasarkan versi Origenes Alkitab Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia pada sekitar tahun 440 M.
 
==== [[Targum]]Alkitab Yunani ====
{{lihat pula|Septuaginta|Teks Masoret}}
Ketika bahasa Ibrani bukan lagi menjadi bahasa pengantar di Palestina, banyak orang yang tidak mengerti isi kitab suci, karena kitab suci tertulis dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu diambil inisiatif, bahwa dalam ibadah di [[Sinagoga]], setelah dibacakannya kitab suci dalam bahasa Ibrani, teks Ibrani tersebut diterjemahkan (dalam tradisi lisan) ke dalam bahasa Aram. Terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Aram dalam tradisi lisan tersebut (targum, jamak: targumim) baru mulai sekitar tahun 300 M ditulis oleh ahli-ahli kitab suci. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan penerjemahan dan ketidak-tentuan, karena penerjemahannya sendiri lebih berdasarkan interpretasi. Namun di sisi lain, dalam kritik teks, Targum kadang juga menjadi penting untuk diperhatikan, karena dia merupakan terjemahan dari teks yang lebih tua dari teks Masoret. Terdapat dua Targum yang terkenal dan penting, yaitu Targum Palestina dan Targum [[Babilonia]].
 
Kitab-kitab suci pertama kali diterjemahkan ke dalam [[bahasa Yunani]] antara tahun 280–130 SM, di [[Iskandariyah|Aleksandria]].{{Sfn | Gentry | 2008 | p = 302}} Terjemahan-terjemahan Yunani awal ini – konon ditugaskan oleh [[Ptolemaios II Philadelphos]] – disebut [[Septuaginta]] (artinya "Tujuh puluh"), suatu sebutan yang berasal dari jumlah penerjemah yang diduga terlibat di dalamnya (maka singkatannya "LXX"). Septuaginta ini menjadi dasar dari Perjanjian Lama dalam [[Gereja Ortodoks Timur]].{{Sfn | Würthwein | 1995}}
=== Peshitta ===
[[Peshitta]] merupakan terjemahan [[Perjanjian Lama]] dalam [[bahasa Suryani]] atau [[bahasa Aram]] menurut tradisi Kristen. Penerjemahannya sangat bergantung dengan Targum, sehingga kedudukannya dalam kritik teks tidaklah menduduki tempat yang penting. Selain bergantung dengan [[Targum]], [[Peshitta]] juga menggunakan [[LXX]].
 
Terdapat banyak variasi dalam isinya dibandingkan dengan [[Teks Masoret]] dan mencakup sejumlah kitab yang tidak lagi dianggap kanonik dalam tradisi tertentu: 1–2 [[Esdras]], [[Kitab Yudit|Yudit]], [[Kitab Tobit|Tobit]], 3–4 [[Kitab Makabe|Makabe]], [[Kitab Kebijaksanaan Salomo|Kitab Kebijaksanaan]], [[Sirakh]], dan [[Kitab Barukh|Barukh]].{{Sfn | Jones | 2001 | p = 216}} Para [[Kritik teks (Alkitab)|kritikus Alkitab]] zaman modern awal biasanya menjelaskan variasi-variasi ini sebagai perubahan yang disengaja oleh para cendekiawan dari Aleksandria, tetapi keilmuan terbaru memandang bahwa hal tersebut disebabkan oleh perbedaan teks-teks sumber awal dengan yang digunakan kemudian oleh [[kaum Masoret]] dalam pekerjaan mereka.
=== Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin ===
Sampai sekitar tahun 250 M bahasa Yunani merupakan bahasa pengantar resmi di seluruh kerajaan Romawi. Namun di beberapa provinsi, misalnya di [[Afrika Utara]], bahasa Latin masih menjadi bahasa pergaulan masyarakat, sehingga dibutuhkan penerjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin untuk masyarakat yang berdiam di provinsi-provinsi tersebut. Terjemahan-terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin tersebut mulai muncul pada awal abad ke-2 M. Tradisi penerjemahan yang tertua adalah terjemahan dari Afrika, dan yang lebih muda adalah terjemahan dari bahasa [[Italia]]. Terjemahan-terjemahan Latin ini disebut dengan nama "Vetus Latina" atau oleh orang Galia-Selatan disebut dengan nama "Itala" (versio Itala). Penerjemahan-penerjemahan ini berdasarkan teks LXX.
 
Septuaginta awalnya digunakan oleh kaum Yahudi dalam periode [[Helenisasi]] secara menyeluruh, sehingga pengetahuan mereka tentang [[Bahasa Yunani Koine|bahasa Yunani]] menjadi lebih baik dibandingkan dengan bahasa Ibrani mereka. Makin meningkatnya jumlah orang non Yahudi yang memeluk Kekristenan menciptakan suatu kebutuhan akan penerjemahan Kitab Suci Ibrani ke dalam bahasa Yunani dan [[bahasa Latin|Latin]]. Tiga penerjemah awal yang paling diakui adalah [[Akwila dari Sinope]], [[Symmakus (penerjemah)|Symmakus]], dan [[Theodotion]]; dalam [[Heksapla]] karyanya, [[Origen]] menempatkan edisi teks Ibrani di sebelah [[Secunda (Heksapla)|salinannya dalam alfabet Yunani]] dan empat terjemahan paralel: karya-karya Akwila, Symmakus, Theodotion, dan Septuaginta. Yang disebut "edisi kelima" dan "keenam" merupakan dua terjemahan Yunani lainnya yang diduga secara ajaib ditemukan oleh para pelajar di luar kota [[Yerikho]] dan [[Nikopolis]]: keduanya ini lalu ditambahkan ke dalam Oktapla karya Origen.<ref>{{en}} Cave, William. ''[http://books.google.no/books?id=-L5UAAAAYAAJ&pg=PA406 A complete history of the lives, acts, and martyrdoms of the holy apostles, and the two evangelists, St. Mark and Luke]'', Vol. II. Wiatt (Philadelphia), 1810. Accessed 6 Feb 2013.</ref>
[[Paus Damasus]] (366-384) memutuskan untuk merevisi Alkitab latin dan hasil dari perevisian ini akan menjadi teks resmi gereja Katolik. Untuk mewujudkannya, dia memerintahkan kepada [[Hieronimum|Sophronius Eusebius Hieronimus]] (347-419) untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa latin atau sedikitnya merevisi teks-teks latin yang sudah ada. Hieronimus menyelesaikan penerjemahannya pada tahun 406. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa latin tersebut disebut [[Vulgata]]. Pada tahun 801 Vulgata kembali direvisi oleh [[Abt Alkuin]].
 
Pada tahun 331, [[Constantinus I dan Kristen|Kaisar Konstantinus I]] menugaskan [[Eusebius dari Kaisarea]] untuk memberikan [[Lima Puluh Alkitab Konstantinus|lima puluh Alkitab]] untuk [[Gereja Ortodoks Konstantinopel|Gereja Konstantinopel]]. [[Athanasius]]<ref>''Apol. Const. 4''</ref> mencatat para ahli kitab [[Pusat awal Kekristenan#Aleksandria|Aleksandria]] sedang mempersiapkan Alkitab-Alkitab untuk Kaisar [[Konstans]] pada sekitar tahun 340. Hanya sedikit hal lainnya yang diketahui, kendati ada banyak spekulasi seputar hal tersebut. Sebagai contoh, ada dugaan bahwa hal ini mungkin mendorong adanya pendaftaran kanon, dan bahwa [[Kodeks Vaticanus]] dan [[Kodeks Sinaiticus]] merupakan beberapa contoh dari Alkitab-Alkitab ini. Bersama dengan [[Peshitta]] dan [[Kodeks Alexandrinus]], semuanya ini merupakan Alkitab-Alkitab Kristen paling awal yang masih ada hingga sekarang.<ref>''The Canon Debate'', pp. 414–15, for the entire paragraph</ref> Tidak ditemukan bukti dalam [[Konsili Nicea I#Kanon Alkitab|kanon-kanon Konsili Nicea Pertama mengenai adanya suatu penetapan kanon Alkitab]]; namun [[Hieronimus]] (347–420), dalam ''Prologue to Judith'', membuat klaim bahwa [[Kitab Yudit]] "ditetapkan oleh Konsili Nicea untuk dimasukkan dalam keseluruhan Kitab Suci".<ref>{{CathEncy|wstitle=Book of Judith}} Canonicity: "..."the Synod of Nicaea is said to have accounted it as Sacred Scripture" (Praef. in Lib.). It is true that no such declaration is to be found in the Canons of Nicaea, and it is uncertain whether St. Jerome is referring to the use made of the book in the discussions of the council, or whether he was misled by some spurious canons attributed to that council".</ref>
Melalui keputusan pada [[Konsili Vatikan II]], Vulgata direvisi kembali dan revisi tersebut selesai pada tahun 1979. Hasil revisi Vulgata tersebut disebut [[Nova Vulgata]].
 
==== Alkitab Latin ====
== [[Kanon]]isasi Perjanjian Lama ==
*{{lihat [[pula|Deuterokanonika]]|Vulgata}}
 
Dalam [[Kekristenan Barat]] atau Kekristenan di [[Kekaisaran Romawi Barat|bagian barat Kekaisaran Romawi]], bahasa Latin menggantikan bahasa Yunani sebagai bahasa umum dari umat Kristen awal, dan sekitar tahun 400 M [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] [[Paus Damasus I|Damasus I]] menugaskan [[Hieronimus]], seorang cendekiawan terkemuka saat itu, untuk memperbarui Alkitab Latin untuk menggantikan [[Vetus Latina]]. Karya Hieronimus disebut [[Vulgata]] (artinya: bahasa umum), dan ia menerjemahkan sebagian besar Perjanjian Lama dari teks Ibrani, sebab ia berpendapat bahwa teks Ibrani lebih unggul untuk mengoreksi Septuaginta baik dalam hal [[teologi]]s maupun [[filologi]]s.<ref>{{en}} Rebenich, S., ''Jerome'' (Routledge, 2013), p. 58. ISBN 9781134638444</ref> Vulgata karyanya kemudian menjadi Alkitab standar yang digunakan dalam [[Kekristenan Barat|Gereja Barat]], terutama sebagai [[Vulgata Sixto-Clementina]], sedangkan [[Kekristenan Timur|Gereja-gereja Timur]] masih terus menggunakan Septuaginta hingga sekarang.{{Sfn | Würthwein | 1995 | pp = 91–99}}
Umat Yahudi mengakui 39 kitab (atau menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel ([[1 Samuel]] dan [[2 Samuel]]); kedua kitab Raja-raja ([[1 Raja-raja]] dan [[2 Raja-raja]]); kedua kitab Tawarikh ([[1 Tawarikh]] dan [[2 Tawarikh]]); kitab [[Kitab Ezra|Ezra]] dan kitab [[Kitab Nehemia|Nehemia]]; dan 12 kitab nabi-nabi kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab [[Kitab Rut|Rut]] digabungkan dengan kitab [[Hakim-Hakim]]; dan kitab [[Kitab Ratapan|Ratapan]] digabungkan dengan kitab [[Kitab Nabi Yeremia|Yeremia]]) yang ditulis dalam bahasa [[Ibrani]] (veritas hebraica) sebagai [[kanon]].
 
Namun Hieronimus, dalam [[Vulgata#Prolog-prolog|prolog-prolog Vulgata]], mendeskripsikan beberapa bagian dari kitab-kitab dalam Septuaginta yang tidak gunakan oleh kaum Ibrani sebagai non [[kanon Alkitab|kanonik]] (ia menyebutnya ''[[apokrifa Alkitab|apokrifa]]'');<ref>{{la}} [http://www.thelatinlibrary.com/bible/prologi.shtml ''Prologues of St. Jerome'', Latin text]</ref> untuk [[Kitab Barukh]], ia menyebutnya dalam ''Prologue to Jeremiah'' dan mencatat bahwa kitab tersebut tidak dibaca ataupun dimiliki oleh orang-orang Ibrani, tetapi tidak secara eksplisit menyebutnya apokrif atau "tidak terdapat dalam kanon".<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.bombaxo.com/blog/?p=233 |title=Jerome’s Prologue to Jeremiah |author=Kevin P. Edgecomb}}</ref> [[Sinode Hippo]] (tahun 393), yang kemudian disusul dengan [[Konsili Kartago]] (tahun 397 dan 419), mungkin merupakan konsili pertama yang secara eksplisit menerima kanon pertama yang meliputi kitab-kitab yang tidak terdapat dalam [[Alkitab Ibrani]]; konsili-konsili tersebut berada di bawah pengaruh yang cukup besar dari [[Agustinus dari Hippo|Agustinus]], yang menganggap seolah-olah kanon telah ditutup sejak saat itu.<ref>{{en}} Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in ''The Canon Debate''. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) p. 320; F. F. Bruce, ''The Canon of Scripture'' (Intervarsity Press, 1988) p. 230; cf. Augustine, ''De Civitate Dei'' 22.8</ref> Pada abad ke-16, para reformis [[Protestan]] berpihak pada Hieronimus; dan meskipun sebagian besar [[Alkitab Protestan]] saat ini hanya memuat kitab-kitab Perjanjian Lama yang terdapat dalam Alkitab Yahudi, pengurutan kitab-kitabnya mengikuti Alkitab Yunani.{{Sfn | Barton | 1997 | pp = 80–81}}
Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon menurut tradisi terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam sebuah [[konsili]] yang diadakan di [[Yamnia]] (sekarang ini bernama [[Yabne]], terletak di dekat pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya [[Israel]]. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting). Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang Yahudi dewasa ini masih tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di [[konsili Yamnia]]. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.
 
[[Tahta Roma|Roma]] kemudian secara resmi menetapkan suatu kanon, yaitu [[Kanon Trente]], yang mana dapat dianggap mengikuti hasil dari konsili-konsilinya Agustinus atau [[Konsili Roma]],{{Efn | "2 Kitab Esdras" yang dimaksud Agustinus mungkin [[1 Esdras]] dan [[Ezra–Nehemia]] sebagaimana terdapat dalam [[Septuaginta]] dan kanon Ortodoks, atau [[Kitab Ezra|Ezra]] dan [[Kitab Nehemia|Nehemia]] sebagaimana terdapat dalam [[Vulgata]] dan kanon Katolik.}} dan menyertakan sebagian besar, namun tidak semua, kitab dari Septuaginta ([[1 Esdras|3 Ezra]] dan 3–4 [[Kitab Makabe|Makabe]] tidak dimasukkan).{{Sfn | Soggin | 1987 | p = 19}} Kalangan [[Anglikan]], setelah [[Perang Saudara Inggris]], mengambil suatu posisi kompromis yaitu dengan memulihkan kembali [[39 Artikel Gereja Anglikan|39 Artikel]] dan mempertahankan kitab-kitab tambahan yang dikeluarkan oleh [[Pengakuan Iman Westminster]], tetapi hanya untuk studi pribadi dan pembacaan di gereja; sedangkan kalangan [[Lutheran]] mempertahankannya untuk studi pribadi, dan dikelompokkan dalam suatu lampiran yang disebut sebagai [[Apokrifa Alkitab]].{{Sfn | Barton | 1997 | pp = 80–81}}
Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang didasarkan pada kitab-kitab Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman Yesus dan jemaat Kristen perdana) diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai wibawa di kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan setelah kanonisasi di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat Yahudi.
 
=== Versi-versi lainnya ===
Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh Hieronimus dalam menyusun Vulgata. [[Gereja Katolik]] mengakui tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab. Jumlah ini 7 kitab lebih banyak dari tradisi Protestan, yaitu: [[Kitab Tobit]], [[Kitab Yudit|Yudit]], [[Kitab 1 Makabe|1]] dan [[Kitab 2 Makabe|2 Makabe]], [[Kitab Kebijaksanaan Salomo|Kebijaksanaan Salomo]], [[Kitab Yesus Sirakh|Yesus Sirakh]], [[Surat Barukh]], dan Tambahan-tambahan pada Kitab [[Tambahan Ester|Ester]], [[Tambahan Daniel|Daniel]], dan [[Tambahan Tawarikh|Tawarikh]]). Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai “[[Deuterokanonika]]”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagai [[Protokanonika]]. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan dahulu disebut “Apokrif”. Menurut [[Luther]] kitab-kitab ini baik dan berguna untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci.
Versi Ibrani, Yunani, dan Latin dari Alkitab Ibrani merupakan versi-versi Perjanjian Lama yang paling dikenal baik, namun ada juga versi lainnya. Pada kurun waktu yang kurang lebih sama dengan proses pembuatan Septuaginta, berbagai terjemahan sedang dibuat ke dalam [[bahasa Aram]] (Aramaik), bahasa kaum Yahudi yang tinggal di [[Palestina]] dan [[Timur Dekat]], serta kemungkinan besar merupakan [[bahasa Aram Yesus|bahasa yang digunakan Yesus]]. Terjemahan-terjemahan ini disebut [[Targum]] Aramaik, dari sebuah kata yang berarti "terjemahan", dan digunakan untuk membantu jemaat Yahudi agar dapat memahami kitab suci mereka.{{Sfn | Würthwein | 1995 | pp = 79–90, 100–4}}
 
Untuk umat Kristen Aram, ada suatu terjemahan dalam [[bahasa Suryani]] (Suriah) dari Alkitab Ibrani yang disebut [[Peshitta]]; selain itu ada juga versi-versi dalam [[bahasa Koptik]] (bahasa sehari-hari di Mesir pada abad-abad awal Kekristenan, turunan dari bahasa Mesir kuno), [[Bahasa Ge'ez|bahasa Ethiopik]] (untuk digunakan dalam gereja Ethiopia, salah satu gereja Kristen tertua), [[bahasa Armenia]] (Armenia merupakan yang pertama mengadopsi Kekristenan sebagai agama resminya), dan [[bahasa Arab]].{{Sfn | Würthwein | 1995 | pp = 79–90, 100–4}}
 
== Teks-teks Perjanjian Lama dan teologi Kristen ==
{{utama|Pandangan Kristen tentang Perjanjian Lama}}
 
Kekristenan didasarkan pada klaim bahwa [[Yesus sebagai tokoh dalam sejarah|Yesus dalam sejarah]] juga adalah [[Kristus]], sebagaimana diungkapkan dalam [[Pengakuan Petrus]]. Klaim ini pada akhirnya didasarkan pada pemahaman kaum Yahudi akan makna istilah Ibrani dari [[mesias]], yang mana, sama seperti istilah Yunani dari "Kristus", artinya "yang diurapi". Dalam Kitab-kitab Suci Ibrani, hal tersebut menggambarkan seorang raja yang diurapi dengan minyak saat ia naik takhta: ia menjadi "Yang Diurapi TUHAN". Pada zaman [[Yesus]], beberapa kalangan Yahudi berharap bahwa seorang keturunan Daud berdasarkan darah dan daging (sang "[[Garis Daud|Anak Daud]]") akan datang untuk mendirikan suatu kerajaan Yahudi yang nyata di Yerusalem, bukan di [[Provinsi Yudea|provinsi Romawi]].{{Sfn | Farmer | 1991 | pp = 570–71}}
 
Kalangan lainnya menekankan sang [[Anak Manusia (Kristen)|Anak Manusia]], seorang sosok yang jelas dari dunia lain yang akan menampakkan diri sebagai seorang [[Pengadilan Terakhir|hakim pada akhir zaman]]; dan beberapa kalangan menyelaraskan keduanya dengan mengharapkan suatu kerajaan mesianik duniawi yang akan berlangsung selama satu periode dan diikuti dengan era dunia yang lain atau [[dunia yang akan datang]]. Beberapa kalangan berpikir bahwa Mesias telah hadir, tetapi belum dikenali karena [[dosa]]-dosa Israel; beberapa lainnya berpikir bahwa Mesias akan diumumkan oleh seorang pembuka jalan atau pendahulu, barangkali [[Elia]] (sebagaiman dijanjikan oleh nabi [[Maleakhi]], yang mana kitabnya sekarang mengakhiri Perjanjian Lama dan mendahului laporan [[Injil Markus]] tentang [[Yohanes Pembaptis]]). Tidak ada satu pun memprediksi Mesias yang menderita dan wafat bagi [[Dosa (Kristen)|dosa-dosa]] semua orang.{{Sfn | Farmer | 1991 | pp = 570–71}} Cerita wafatnya Yesus oleh karena itu melibatkan suatu pergeseran yang mendasar dalam makna dari tradisi Perjanjian Lama.{{Sfn | Juel | 2000 | pp = 236–39}}
 
Istilah "Perjanjian Lama" mencerminkan pemahaman Kekristenan tentang dirinya sebagai [[Supersesionisme|penggenapan]] nubuat [[Yeremia]] tentang suatu Perjanjian Baru untuk menggantikan perjanjian yang ada antara Allah dan Israel ([[Yeremia 31]]:31).{{Sfn | Jones | 2001 | p = 215}} Bagaimanapun penekanannya telah bergeser dari pemahaman Yudaisme mengenai perjanjian sebagai suatu perjanjian abadi antara Allah dengan bangsa Israel menjadi suatu perjanjian antara Allah dengan semua orang di "dalam Kristus".{{Sfn | Herion | 2000 | pp = 291–92}}
 
== Lihat pula ==
* [[Alkitab]]
* [[Alkitab Ibrani]]
* [[Deuterokanonika]]
* [[Perjanjian Baru]]
{{main|* [[Taurat Samaria}}]]
* [[Timur Tengah Kuno]]
* [[Eneateukh]]