Kanon Alkitab: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
Semua kanon tersebut telah dikembangkan selama berabad-abad dan melalui proses diskusi yang rumit,<ref name="End">Van den End (2009). ''Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm 40-42.</ref> lalu kesepakatan dibuat oleh otoritas-otoritas keagamaan dari keyakinan mereka masing-masing. Umat menganggap kitab-kitab kanonik diinspirasikan oleh [[Allah]] atau mengungkapkan sejarah yang berwibawa tentang hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Kitab-kitab seperti "Injil Kristen–Yahudi" telah dikeluarkan seluruhnya dari kanon; namun banyak [[Antilegomena|kitab yang diperdebatkan]], yang dianggap non-kanonik atau bahkan [[apokrif]] oleh beberapa kalangan, dipandang sebagai [[apokrifa Alkitab]] atau [[Deuterokanonika]] atau sepenuhnya kanonik oleh kalangan lainnya.
Ada perbedaan-perbedaan antara [[Tanakh]] Yahudi dan kanon [[Alkitab]] [[Kristen]], dan antara berbagai kanon dalam [[denominasi Kristen]] yang berbeda. Perbedaan kriteria dan proses kanonisasi menentukan apa yang dianggap berbagai komunitas tersebut sebagai kitab suci yang terinspirasi. Dalam beberapa kasus di mana terdapat beragam tingkatan inspirasi kitab suci, sungguh bijak untuk membahas teks-teks yang hanya memiliki status ditinggikan di dalam suatu tradisi tertentu.
== Kanon Yahudi ==
Baris 49:
== Kanon Alkitab Kristen ==
{{Christianity}}
{{utama|Kanon Alkitab Kristen|Perkembangan kanon Alkitab Kristen}}
=== Gereja perdana ===
==== Komunitas Kristen tertua ====
Meskipun [[Gereja perdana]] menggunakan [[Perjanjian Lama]] berdasarkan kanon [[Septuaginta]] (LXX),<ref>{{en}} McDonald & Sanders's 2002 ''The Canon Debate'', page 259: "the so-called Septuagint was not in itself formally closed." — attributed to Albert Sundberg's 1964 Harvard dissertation.</ref> mungkin sebagaimana ditemukan dalam [[Perkembangan kanon Perjanjian Lama#Daftar Bryennios|Daftar Bryennios]] atau daftarnya [[Melito dari Sardis|Melito]], para [[Keduabelas Rasul|Rasul]] tidak mewariskan suatu set ketetapan tentang kitab-kitab suci baru; sebaliknya, [[Perjanjian Baru]] berkembang dari waktu ke waktu.
Tulisan-tulisan terkait para rasul telah tersebar di kalangan komunitas-komunitas Kristen paling awal. [[Surat-surat Paulus]] beredar dalam bentuk-bentuk yang sudah terkumpulkan pada akhir abad ke-1 M. [[Yustinus Martir]], pada awal abad ke-2, menyebutkan tentang "memoar para Rasul", yang mana umat Kristen ({{lang-gr|Χριστιανός}}) menyebutnya "injil", dan secara otoritatif dianggap setara dengan Perjanjian Lama.<ref>{{en}} Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in ''The Canon Debate''. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) pp. 302–303; cf. Justin Martyr, ''[[First Apology]]'' 67.3.</ref>
==== Daftarnya Marsion ====
[[Marsion|Marsion dari Sinope]] merupakan seorang pemimpin Kristen pertama dalam catatan sejarah (meski kemudian dipandang [[ajaran sesat|sesat]]) yang mengusulkan dan mengutarakan suatu kanon Kristen yang unik ({{circa}} 140 M).<ref>{{en}} [[Bruce Metzger]]'s ''The canon of the New Testament'', 1997, Oxford University Press, page 98: "The question whether the Church's canon preceded or followed Marcion's canon continues to be debated. ...Harnack...John Knox..."</ref> Daftarnya memuat 10 surat dari [[Rasul Paulus]], serta sebuah versi [[Injil Lukas]] yang saat ini dikenal sebagai [[Injil Marsion]]. Dengan demikian ia telah membentuk suatu cara tertentu dalam memandang teks-teks keagamaan, yang hingga kini menetap dalam pemikiran Kristen.<ref name = "Harnack">{{en}} {{cite book |last=von Harnack |first=Adolf |url=http://www.ccel.org/ccel/harnack/origin_nt.v.vi.html |title=Origin of the New Testament |year=1914}}</ref>
Setelah Marsion, umat Kristen mulai memisahkan teks-teks yang selaras dengan "kanon" (tongkat pengukur) dari pemikiran [[teologi]]s yang dapat diterima dan teks-teks yang memicu penyesatan. Hal ini memainkan peranan utama dalam menuntaskan struktur dari kumpulan karya-karya yang disebut Alkitab. Ada pendapat bahwa desakan awal bagi proyek kanonisasi dari kalangan [[Kristen proto-ortodoks]] berawal dari perlawanan terhadap kanon yang diusulkan oleh Marsion.<ref name="Harnack"/>
==== Bapa Apostolik ====
Sebuah kanon empat injil (''Tetramorf'') dinyatakan oleh [[Ireneus]] dalam kutipan berikut: "Adalah tidak mungkin jumlah Injil dapat lebih banyak atau lebih sedikit dari yang ada. Sebab ada empat penjuru bumi di mana kita hidup, dan ada empat mata angin utama, sementara Gereja tersebar di seluruh dunia, serta 'pilar dan dasar' dari Gereja adalah Injil dan Roh kehidupan. Maka sudah sepatutnya Gereja memiliki empat pilar yang memberi nafas keabadian di setiap penjuru, dan memberi hidup kembali pada manusia... Oleh karenanya Injil selaras dengan hal-hal ini... Sebab makhluk hidup memiliki empat aspek dan Injil memiliki empat aspek... Karena itu semua orang yang menghancurkan bentuk Injil ini adalah sia-sia, tidak terpelajar, dan juga lancang; [yaitu] mereka yang menyatakan aspek-aspek Injil lebih banyak, atau, di pihak lain, lebih sedikit dari yang telah disebutkan sebelumnya."<ref>{{en}} (Adv. Haer., iii. x. 8 & 9) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in ''The Canon Debate''. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) pp. 301; cf. Irenaeus, ''[[Melawan Ajaran Sesat|Adversus Haereses]]'' 3.11.8</ref>
[[File:P46.jpg|thumb|left|250px|Selembar folio dari [[Papirus 46|P46]]; sebuah koleksi awal abad ke-3 dari [[Surat-surat Paulus]].]]
Pada awal abad ke-3, teolog Kristen seperti [[Origenes|Origen dari Aleksandria]] mungkin telah menggunakan (atau setidaknya telah akrab dengan) 27 kitab yang sama dengan yang terdapat dalam edisi-edisi Perjanjian Baru modern, meskipun masih ada pertentangan atas kanonisitas beberapa tulisan tersebut (lihat pula [[Antilegomena]]).<ref>{{en}} Mark A. Noll, ''Turning Points'', (Baker Academic, 1997) pp 36–37</ref> Demikian pula dari sekitar abad ke-2, [[fragmen Muratori]] menunjukkan bahwa ada satu set tulisan-tulisan Kristen yang agak mirip dengan apa yang sekarang menjadi Perjanjian Baru, yang mana mencakup keempat Injil dan menentang keberatan atasnya.<ref>{{en}} H. J. De Jonge, "The New Testament Canon," in ''The Biblical Canons''. eds. de Jonge & J. M. Auwers (Leuven University Press, 2003) p. 315</ref> Jadi, sementara ada suatu ukuran yang baik tentang perdebatan dalam Gereja perdana atas kanon Perjanjian Baru, tulisan-tulisan penting tersebut telah diterima oleh hampir semua kalangan Kristen pada pertengahan abad ke-3.<ref>{{en}} ''The Cambridge History of the Bible'' (volume 1) eds. P. R. Ackroyd and C. F. Evans (Cambridge University Press, 1970) p. 308</ref>
=== Gereja Timur ===
==== Bapa Aleksandria ====
[[Origen]] dari [[Aleksandria, Mesir|Aleksandria]] (184/5-253/4), salah seorang cendekiawan mula-mula yang terlibat dalam kodifikasi kanon Alkitab, memiliki latar belakang pendidikan yang baik dalam teologi Kristen maupun filsafat [[paganisme]], namun secara [[anumerta]] dikutuk dalam [[Konsili Konstantinopel II]] tahun [[553]]. Kanon yang diajukan Origen mencakup semua kitab dalam kanon Katolik saat ini kecuali empat kitab: [[Surat Yakobus]], [[Surat Petrus yang Kedua]], [[Surat Yohanes yang Kedua]] dan [[Surat Yohanes yang Ketiga|Ketiga]].<ref>{{en}} Prat, Ferdinand. [http://www.newadvent.org/cathen/11306b.htm "Origen and Origenism"] The Catholic Encyclopedia. Vol. 11. New York: Robert Appleton Company, 1911. 31 July 2008According to [http://www.ccel.org/ccel/schaff/npnf201.iii.xi.xxv.html Eusebius' Church History 6.25]: a 22 book OT [though Eusebius doesn't name Minor Prophets, presumably just an oversight?] + 1 DeuteroCanon ["And outside these are the [[Books of the Maccabees|Maccabees]], which are entitled S<ph?>ar beth sabanai el."] + 4 Gospels but on the Apostle "Paul ... did not so much as write to all the churches that he taught; and even to those to which he wrote he sent but a few lines."</ref>
Ia juga memasukkan [[Gembala Hermas]] yang mana kemudian ditolak. [[Bruce M. Metzger]], seorang akademisi keagamaan, menjelaskan upaya yang dilakukan Origen dengan mengatakan, "Proses kanonisasi yang direpresentasikan oleh Origen dilanjutkan dengan cara seleksi, beranjak dari banyak kandidat untuk disertakan lebih sedikit."<ref>{{en}} Bruce Manning Metzger, "The canon of the New Testament: its origin, development, and significance", p. 141.</ref> Hal ini merupakan upaya besar pertama untuk menyusun berbagai surat dan kitab tertentu sebagai ajaran yang terinspirasi dan berwibawa bagi Gereja perdana pada saat itu, meskipun tidak ada kejelasan apakah Origen menganggap daftarnya berwibawa bagi dirinya sendiri.
Dalam surat Paskah yang ditulisnya pada tahun 367, [[Patriark]] [[Athanasius dari Aleksandria]] memberikan sebuah daftar kitab yang persis sama dengan apa yang menjadi 27 kitab [[protokanonik]] Perjanjian Baru,<ref name="Lindberg 2006 15">{{en}} {{Cite book|title=A Brief History of Christianity |first=Carter|last=Lindberg|page=15|year=2006|publisher=Blackwell Publishing|isbn=1-4051-1078-3}}</ref> dan menggunakan ungkapan "yang dikanonisasi" (''kanonizomena'') berkenaan dengan kitab-kitab tersebut.<ref>{{en}} David Brakke, "Canon Formation and Social Conflict in Fourth Century Egypt: Athanasius of Alexandria's Thirty Ninth Festal Letter," in ''Harvard Theological Review'' 87 (1994) pp. 395–419.</ref> Athanasius juga memasukkan [[Kitab Barukh]] dan [[Surat Nabi Yeremia]] dalam kanon Perjanjian Lama yang diajukannya. Namun ia mengeluarkan [[Kitab Ester]] dari kanon ini.
==== Kanon Timur ====
[[Kekristenan Timur|Gereja-gereja Timur]] secara umum memiliki firasat yang lebih lemah dibandingkan dengan Barat berkenaan dengan kebutuhan untuk membuat suatu gambaran yang jelas terkait kanon Alkitab. Mereka lebih sadar akan adanya tingkatan kualitas rohaniah di antara kitab-kitab yang mereka terima (misalnya klasifikasi dari [[Eusebius]]; lihat pula [[Antilegomena]]) dan lebih jarang menegaskan bahwa kitab-kitab yang mereka tolak tidak memiliki kualitas rohaniah sama sekali. Sebagai contoh [[Konsili Quinisextum]] tahun 692, yang mana ditolak oleh [[Paus Sergius I]]<ref>{{en}} Andrew J. Ekonomou (2007), ''[http://books.google.com/books?id=zomZk6DbFTIC&pg=PA222&dq=Ekonomou+%22captive+in+matters+of+religion%22&hl=en&sa=X&ei=Gw2cUI-xKsOzhAeNoIBo&redir_esc=y#v=onepage&q=Ekonomou%20%22captive%20in%20matters%20of%20religion%22&f=false Byzantine Rome and the Greek Popes]'', Lexington Books, ISBN 978-0-73911977-8, p. 222.</ref> (lihat pula [[Pentarki]]), mengesahkan kanonisitas daftar-daftar tulisan berikut ini: [[Kanon Para Rasul]] ({{circa}} 385), [[Konsili Laodikia]] ({{circa}} 363), [[Konsili Kartago]] yang Ketiga ({{circa}} 397), dan [[Surat Paskah]] Athanasius yang ke-39 (367).<ref>{{en}} {{citation |chapter-url=http://www.newadvent.org/fathers/3814.htm |chapter=Council in Trullo |title=Nicene and Post-Nicene Fathers, Second Series, Vol. 14 |editor=Philip Schaff, Henry Wace}}</ref> Dan selanjutnya daftar-daftar ini tidak disepakati. Demikian pula kanon-kanon Perjanjian Baru dari [[Gereja Ortodoks Suriah|Gereja Suriah]], [[Gereja Apostolik Armenia|Armenia]], [[Gereja Ortodoks Georgia|Georgia]], [[Gereja Ortodoks Koptik Aleksandria|Koptik Mesir]], dan [[Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia|Ethiopia]] memiliki beberapa perbedaan kecil antara satu dengan yang lainnya.<ref>{{en}} {{cite book |last=Metzger |first=Bruce M. |title=The Canon of the New Testament: Its Origin, Development, and Significance |publisher=Clarendon Press |location=Oxford |year=1987}}</ref> [[Wahyu kepada Yohanes]] dikatakan sebagai salah satu kitab yang paling tidak pasti; kitab tersebut diterjemahkan ke dalam [[bahasa Georgia]] sampai dengan abad ke-10, dan tidak pernah dimasukkan dalam [[leksionari]] resmi [[Gereja Ortodoks Timur]] sejak [[Kekaisaran Bizantium|zaman Bizantium]] hingga saat ini.
== Kanonisasi ==
|