Suku Dayak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syuhada Rasyid (bicara | kontrib)
k ~~~~~
Syuhada Rasyid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
{{ethnic group|
|group=Suku Dayak
داياك
|image=[[Berkas:Dayak.jpg|200px]]
|poptime= ±7,3 juta (2010)
Baris 22 ⟶ 21:
|ref2 =
|region3 = {{nbsp|8}}[[Kalimantan Tengah]]
|pop3 = 1.037.817
|ref3 =
|region4 = {{nbsp|8}}[[Kalimantan Timur]]
Baris 43 ⟶ 42:
| isbn = 9789839044548
| url = http://www.statistics.gov.my/portal/download_Population/files/census2010/Taburan_Penduduk_dan_Ciri-ciri_Asas_Demografi.pdf}}</ref>
|region7 = {{nbsp|8}}[[Malaysia]] ([[Sarawak]] dan [[Sabah]])
|pop7 = 3.357.579
|ref7 = <ref>http://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/bx.html</ref>
|langs=[[Rumpun bahasa Dayak Darat|Dayak]], [[Rumpun bahasa Barito Raya|Dayak Barito]], [[Rumpun bahasa Borneo Utara|Dayak Borneo Utara]], [[Bahasa Bahasa Banuaka|Dayak Banuaka]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[bahasa Inggris|Inggris]].
|rels=[[Kristen]] ([[Katolik]] dan [[Protestan]]), [[Islam]], [[Kaharingan]] dan [[Buddha]]
|related=[[Banjar]], [[Kutai]], [[Sambas]]|region8 = Brunei Darussalam|pop8 = 50.898}}
 
'''Suku Dayak'''<ref></ref>) adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni aslipedalaman<ref>? Kata "daya" serumpun dengan misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang (di) atas, orang hulu".

Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di [[Gua Niah]] ([[Sarawak]]) dan [[Gua Babi]] ([[Kalimantan Selatan]]), penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-ciri Austro-Melanesia, dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar dibandingkan dengan penghuni Kalimantan masa kini</ref> yang mendiami Pulau [[Kalimantan]] ([[Brunei]], [[Malaysia]] yang terdiri dari [[Sabah]] dan [[Sarawak]], serta [[Indonesia]] yang terdiri dari [[Kalimantan Barat]], [[Kalimantan Timur]], [[Kalimantan Tengah]], [[Kalimantan Utara]], dan [[Kalimantan Selatan]]). Ada 3 suku asli Kalimantan yaitu [[rumpun Dayak|Dayak]], [[suku Banjar|Banjar]], [[suku Kutai|Kutai.]]Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=2004|isbn=979-98014-1-9}}ISBN 978-979-98014-1-8</ref> Menurut sensus [[Badan Pusat Statistik]] [[Republik Indonesia]] tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu [[Rumpun Dayak|suku Dayak]] Indonesia (405 Subsub suku bangsa), [[suku Banjar]], dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
 
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni [[rumpun Klemantan]] alias Kalimantan, [[rumpun Iban]], [[rumpun Apokayan]] yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, [[rumpun Murut]], [[rumpun Ot Danum-Ngaju]] dan [[rumpun Punan]]. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:<ref>[http://www.ethnologue.com/map/ID_k__ Indonesia, Kalimantan ]</ref>
 
* "[[Rumpun bahasa Barito Raya|Barito Raya]] (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok [[bahasa Madagaskar]], dan Sama-Bajau termasuk satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu [[Suku Paser]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/greater-barito</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04.html</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s02.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Dayak Darat|Dayak Darat]]" (13 bahasa)<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/land-dayak</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s05.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Borneo Utara|Borneo Utara]]" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu [[Suku Tidung]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/north-borneo</ref>
* "[[Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan|Sulawesi Selatan]]" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/tamanic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s04.html</ref>
* "[[Rumpun bahasa Melayik|Melayik]]" dituturkan: [[Dayak Meratus]]/Bukit (Bukitalias Banjar [[arkhais]]), [[Dayak Iban]] (dan Saq Senganan), [[Dayak Keninjal]], [[Dayak Bamayoh]] (Malayic Dayak), [[Dayak Kendayan]] (Kanayatn). Beberapa suku asal Kalimantan beradat Melayu yang terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku yang berdiri sendiri yaitu [[Suku Banjar]], [[Suku Kutai]], [[Suku Berau]], [[Suku Sambas]], dan [[Suku Kedayan]].<ref>http://www.ethnologue.com/subgroups/malayic</ref><ref>http://press.anu.edu.au//austronesians/austronesians/mobile_devices/ch04s03.html</ref><ref>{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=wsWX4TTfFAEC&lpg=PA47&dq=Insular%20Southeast%20Asia%20banjar%20kutai%20lakes%20malay&pg=PA47#v=onepage&q&f=false|pages=47|title= Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer |first= Fritz |last=Schulze|coauthors=Holger Warnk|publisher=Otto Harrassowitz Verlag |year=2006 |isbn=3447054778}} ISBN 9783447054775</ref>
 
== Etimologi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Dajak vrouwen verkopen vruchten vanaf een vlot op de Barito-rivier bij Bandjermasin Zuid-Borneo TMnr 10005854.jpg|thumb|250 px|right| Masyarakat Dayak Barito beragama Islam yang dikenali sebagai [[suku Bakumpai]] di [[sungai Barito]] tempo dulu.]]
Istilah "Dayak" paling umum digunakan untuk menyebut orang-orang asli non-Muslim, non-Melayu yang tinggal di pulau Kalimantan/Borneoitu.<ref>King, 1993:29</ref><ref>{{cite book|pages = 99|url = http://books.google.co.id/books?id=9I62BcuPxfYC&lpg=PA99&dq=Dyak&pg=PA99#v=onepage&q=Dyak&f=false |title = Creation myths of the world: an encyclopedia |volume = 1|first = David Adams |last = Leeming|edition = 2|publisher = ABC-CLIO|year = 2010|isbn = 1598841742}}ISBN 978-1-59884-174-9</ref> Ini terutama berlaku di Malaysia, karena di Indonesia ada suku-suku Dayak yang Muslim namun tetap termasuk kategori Dayak walaupun beberapa diantaranya disebut dengan [[sukuSuku Banjar|Banjar]] dan [[sukuSuku Kutai|Kutai]]. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini. Menurut Lindblad, kata Dayak berasal dari kata ''daya'' dari [[bahasa Kenyah]], yang berarti hulu [[sungai]] atau pedalaman. King, lebih jauh menduga-duga bahwa Dayak mungkin juga berasal dari kata ''aja'', sebuah kata dari bahasa Melayu yang berarti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang berarti perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya.<ref>King, 1993:30</ref><ref>{{cite book|url = http://books.google.co.id/books?id=zAqMXcWcb-MC&lpg=PA7&dq=kalimantan%20tenggara&pg=PA8#v=onepage&q=kalimantan%20tenggara&f=false |pages = 8|title = Identitas Dayak|publisher = PT LKiS Pelangi Aksara|first = Yekti|last = Maunati|isbn = 979949298X}}ISBN 978-979-9492-98-2</ref>
 
Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah DayakDaya (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu).<ref>{{cite book|pages=338 |url=http://books.google.co.id/books?id=rj4KAQAAMAAJ&dq=Benjar&pg=PA338#v=onepage&q=Benjar&f=false |title=London encyclopaedia; or, Universal dictionary of science, art, literature and practical mechanics: comprising a popular view of the present state of knowledge|volume=4|first=Thomas |last=Tegg|publisher=Printed for Thomas Tegg|year=1829}}</ref> Jadi semula istilah orang Daya (orang darat) ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan Dayak Laut (rumpun Iban). Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk menggantikan istilah Biaju Besar (daerah [[sungai Kahayan]]) dan [[Biaju Kecil]] (daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi [[Dayak Besar]] dan [[Kabupaten Kapuas|Dayak Kecil]], selanjutnya oleh pihak kolonial Belanda hanya kedua daerah inilah yang kemudian secara administratif disebut [[Tanah Dayak]]. Sejak masa itulah istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun Ngaju-Ot Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah “Dayak” dipakai meluas yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang berbeda-beda bahasanya<ref>{{cite book|pages=261 |url=http://books.google.co.id/books?id=GRE3AAAAMAAJ&dq=Banjer-masin&pg=PA261#v=onepage&q=Banjer-masin&f=false |title=Foreign missionary chronicle|publisher=s.n. (1838)}}</ref>, khususnya non-Muslim atau non-Melayu.<ref>King, 1993.</ref> Pada akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan.<ref>Rousseau, 1990</ref> Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr. August Kaderland, seorang ilmuwan [[Belanda]], adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah Dayak dalam pengertian di atas pada tahun [[1895]].
 
Arti dari kata ‘Dayak’ itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Commans (1987), misalnya, menulis bahwa menurut sebagian pengarang, ‘Dayak’ berarti manusia, sementara pengarang lainnya menyatakan bahwa kata itu berarti pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yang paling tepat adalah orang yang tinggal di hulu sungai.<ref>Commans, 1987: 6</ref> Dengan nama serupa, Lahajir ''et al''. melaporkan bahwa [[suku Dayak Iban|Dayakorang-orang Iban]] menggunakan istilah Dayak dengan arti manusia, sementara orang-orang [[suku Dayak Tunjung|Dayak Tunjung]] dan [[suku Dayak Benuaq|Dayak Benuaq]] mengartikannya sebagai hulu sungai. Mereka juga menyatakan bahwa sebagian orang mengklaim bahwa istilah Dayak menunjuk pada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang-orang Kalimantan, yaitu kuat, gagah, berani dan ulet.<ref>Lahajir ''et al''., 1993:4</ref> Lahajir ''et al''. mencatat bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penuduk asli Kalimantan dalam literatur, yaitu ''Daya'', ''Dyak'', ''Daya'', dan ''Dayak''. Penduduk asli itu sendiri pada umumnya tidak mengenal istilah-istilah ini, akan tetapi orang-orang di luar lingkup merekalah yang menyebut mereka sebagai ‘Dayak’.<ref>Lahajir ''et al''., 1993:3</ref>
 
== Asal mula ==
Dari pegunungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.<ref>Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977-1978</ref> ''Tetek Tahtum'' menceritakan migrasi suku Dayak Ngaju dari daerah perhuluan sungai-sungai menuju daerah hilir sungai-sungai.
Secara umum kebanyakan penduduk kepulauan Nusantara adalah penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]]. Saat ini teori dominan adalah yang dikemukakan linguis seperti [[Peter Bellwood]] dan [[Blust]], yaitu bahwa tempat asal bahasa Austronesia adalah [[Taiwan]]. Sekitar 4 000 tahun lalu, sekelompok orang Austronesia mulai bermigrasi ke [[Filipina]]. Kira-kira 500 tahun kemudian, ada kelompok yang mulai bermigrasi ke selatan menuju kepulauan Indonesia sekarang, dan ke timur menuju Pasifik.
 
Namun orang Austronesia ini bukan penghuni pertama pulau Borneo. Antara 60.000 dan 70.000 tahun lalu, waktu permukaan laut 120 atau 150 meter lebih rendah dari sekarang dan kepulauan Indonesia berupa daratan (para [[geolog]] menyebut daratan ini "Sunda"), manusia sempat bermigrasi dari benua Asia menuju ke selatan dan sempat mencapai benua Australia yang saat itu tidak terlalu jauh dari daratan Asia.
 
Dari pegunungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan.<ref>Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977-1978</ref> ''Tetek Tahtum'' menceritakan migrasi suku Dayak Ngaju dari daerah perhuluan sungai-sungai menuju daerah hilir sungai-sungai.
 
Di daerah selatan Kalimantan Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak di daerah itu sering disebut ''Nansarunai Usak Jawa''<ref>[http://bahasamaanyan.blogspot.com/2008/08/nansarunai-usak-jawa.html Nansarunai Usak Jawa]</ref><ref>[http://melayuonline.com/ensiclopedy/?a=SnFULzgveVRteDdaM2dl=&l=usak-jawa Usak Jawa]</ref>, yakni kerajaan Nansarunai dari [[Dayak Maanyan]] yang dihancurkan oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun [[1309]]-[[1389]].<ref>Fridolin Ukur, 1971</ref> Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak Maanyan terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman ke wilayah suku Dayak Lawangan. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun [[1520]]).
 
Sebagian besar suku Dayak di wilayah selatan dan timur kalimantan yang memeluk [[Islam]] keluar dari suku Dayak dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai atau [[Suku Banjar|orang Banjar]] dan [[Suku Kutai]]. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman, bermukim di daerah-daerah [[Kayu Tangi]], [[Distrik Amuntai|Amuntai]], [[Distrik Margasari|Margasari]], [[Distrik Amandit|Batang Amandit]], [[Distrik Labuan Amas|Batang Labuan Amas]] dan [[Distrik balangan|Batang Balangan]]. Sebagian lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang pimpinan Banjar Hindu yang terkenal adalah [[Lambung Mangkurat]] menurut orang Dayak adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).<ref>{{cite book|pages =216 216|url = http://books.google.co.id/books?id=QyXg_GDYCdMC&lpg=PA216&dq=pangeran%20antasari&pg=PA216#v=onepage&q=pangeran%20antasari&f=false |title = Masihkah Indonesia|first = A. Budi |last = Susanto|publisher = Kanisius|year = 2007|isbn = 9792116575}}ISBN 978-979-21-1657-1</ref>
Di Kalimantan Timur, orang Suku Tonyoy-Benuaq yang memeluk Agama Islam menyebut dirinya sebagai [[Suku Kutai]].{{fact}}
Tidak hanya dari Nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa [[Tionghoa]] tercatat mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming yang tercatat dalam buku ''323 Sejarah Dinasti Ming'' (1368-1643). Dari manuskrip berhuruf hanzi disebutkan bahwa kota yang pertama dikunjungi adalah Banjarmasin dan disebutkan bahwa seorang Pangeran yang berdarah [[Biaju]] menjadi pengganti Sultan Hidayatullah I . Kunjungan tersebut pada masa [[Sultan Hidayatullah I]] dan penggantinya yaitu [[Sultan Mustain Billah]]. Hikayat Banjar memberitakan kunjungan tetapi tidak menetap oleh pedagang jung bangsa Tionghoa dan Eropa (disebut Walanda) di Kalimantan Selatan telah terjadi pada masa Kerajaan Banjar Hindu (abad XIV). Pedagang [[Orang Cina Parit|Tionghoa]] mulai menetap di kota Banjarmasin pada suatu tempat dekat pantai pada tahun 1736.<ref>http://eprints.lib.ui.ac.id/12976/1/82338-T6811-Politik%20dan-TOC.pdf</ref>
Baris 94 ⟶ 91:
 
== Dayak pada masa kini ==
[[Berkas:SukudayakkenyahDayak Kanayatn.jpg|thumb|200x200px200px|Tarian dariTradisi suku Dayak KenyahKanayatn.]]
Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: [[Apokayan]] ([[Kenyah-Kayan-Bahau]]), [[Ot Danum-Ngaju]], [[Iban]], [[Murut]], [[Klemantan]] dan [[Punan]]. Rumpun [[Dayak Punan]] merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, [[Mandaumandau]], [[Sumpit (senjata)|Sumpit]]sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun [[Ot Danum-Ngaju]] biasanya disebut [[lewu]]/[[lebu]] dan pada Dayak lain sering disebut [[banua]]/[[benua (Kalimantan)|benua]]/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
 
=== Tradisi Penguburan ===
Baris 137 ⟶ 134:
# Marabia
# Mambatur (Dayak Maanyan)
# [[Kwangkai]]<ref>Lathief. H., Upacara adat kwangkay Dayak Benuaq Ohong di Mancong. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996 - Social Science - 220 pages</ref><ref>http://catalogue.nla.gov.au/Record/1156006</ref><ref>www.youtube.com/watch?v=kThegt6b3CE</ref><ref>http://budimasnet.blogspot.com/2011/03/adat-kematian.html</ref>/Wara (Dayak [[Benuaq]])
 
== Agama ==
Baris 154 ⟶ 151:
Di Kalimantan Barat, agama Kristen ''diklaim'' sebagai agama orang Dayak (sehingga Dayak Muslim Kalbar terpaksa membentuk Dewan Adat Dayak Muslim tersendiri), tetapi hal ini tidak berlaku di propinsi lainnya sebab orang Dayak juga banyak yang memeluk agama Islam namun tetap menyebut dirinya sebagai suku Dayak.
 
Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan berlaku hukum adat Dayak. Wilayah-wilayah di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Banjar/Melayu seperti suku Banjar, Melayu-Senganan, Kedayan, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan. Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan. PadaDi masa kolonial, orang-orang [[bumiputera]] Kristen dan orang Dayak Kristen di perkotaan disamakan kedudukannya dengan orang Eropa dan tunduk kepada hukum golongan Eropa. Belakangan penyebaran agama Nasrani mampu menjangkau daerah-daerah Dayak terletak sangat jauh di pedalaman sehingga agama Nasrani dianut oleh hampir semua penduduk pedalaman dan diklaim sebagai agama orang Dayak.
 
Jika kita melihat sejarah pulau Borneo dari awal. Orang-orang dari Sriwijaya, orang ''Melayu'' yang mula-mula migrasi ke Kalimantan. Etnis Tionghoa [[Hui]] Muslim [[mazhab Hanafi|Hanafi]] menetap di Sambas sejak tahun 1407, karena pada masa [[Dinasti Ming]], bandar Sambas menjadi pelabuhan transit pada jalur perjalanan dari [[Champa]] ke [[Manila|Maynila]], Kiu kieng (Palembang) maupun ke [[Majapahit]].<ref name="Muljana">{{cite book|pages =61 61|url = http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title = Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|first =Slamet Slamet|last = Muljana|publisher = PT LKiS Pelangi Aksara|year = 2005|isbn = 9798451163}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref> Banyak penjabat Dinasti Ming adalah orang [[Hui]] [[Muslim]] yang memiliki pengetahuan bahasa-bahasa asing misalnya [[bahasa Arab]].<ref>{{cite book|pages =54 54|url = http://books.google.co.id/books?id=edH-asvoPu8C&lpg=PA51&dq=dinasti%20ming&pg=PA54#v=onepage&q=dinasti%20ming&f=false |title = Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara|first =Yuanzhi Yuanzhi|last = Kong|editor = Hembing Wijayakusuma|publisher = Yayasan Obor Indonesia|year = 2000|isbn = 9794613614}}ISBN 978-979-461-361-0</ref> Laporan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Dinasti Ming yang mengunjungi Banjarmasin pada awal abad ke-16 mereka sangat khawatir mengenai aksi pemotongan kepala yang dilakukan orang-orang Biaju di saat para pedagang sedang tertidur di atas kapal. Agamawan Nasrani dan penjelajah Eropa yang tidak menetap telah datang di Kalimantan pada abad ke-14 dan semakin menonjol di awal abad ke-17 dengan kedatangan para pedagang Eropa. Upaya-upaya penyebaran agama Nasrani selalu mengalami kegagalan, karena pada dasarnya pada masa itu masyarakat Dayak memegang teguh kepercayaan leluhur (Kaharingan) dan curiga kepada orang asing, seringkali orang-orang asing terbunuh. Penduduk pesisir juga sangat sensitif terhadap orang asing karena takut terhadap serangan bajak laut dan kerajaan asing dari luar pulau yang hendak menjajah mereka. Penghancuran keraton Banjar di Kuin tahun 1612 oleh VOC Belanda dan serangan Mataram atas Sukadana tahun 1622 dan potensi serangan Makassar sangat mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Kalimantan. Sekitar tahun 1787, Belanda memperoleh sebagian besar Kalimantan dari Kesultanan Banjar dan Banten. Sekitar tahun 1835 barulah misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di wilayah-wilayah pemerintahan Hindia Belanda yang berdekatan dengan negara Kesultanan Banjar. Pada tanggal [[26 Juni]] [[1835]], Barnstein, [[penginjil]] pertama Kalimantan tiba di Banjarmasin dan mulai menyebarkan agama Kristen ke pedalaman Kalimantan Tengah. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris.<ref>{{cite book|pages=42 |url=http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&lpg=PA8&dq=Pulau%20KAlimantan&pg=PA9#v=onepage&q=Pulau%20KAlimantan&f=false |title=Tuaiannya sungguh banyak: sejarah Gereja Kalimantan Evanggelis sejak tahun 1835 |first=Fridolin |last= Ukur|publisher= BPK Gunung Mulia |year=2000 |isbn=9789799290588}} ISBN [http://books.google.co.id/books?id=rTiifZ-SlaEC&printsec=copyright#v=onepage&q&f=false 979-9290-58-9]</ref><ref>{{cite bookjournal|url=http://books.google.co.id/books?id=q_UDAAAAQAAJ&dq=banjermasin&pg=PA578#v=onepage&q&f=false |title=Evangelical magazine and missionary chronicle,|volume= 14 |pages=578|publisher= s.n|year=1836|author=Evangelical}}</ref><ref>{{cite 149book|url=http://books.google.co.id/books?id=ox_pTpB9AjQC&lpg=PA188&dq=kalimantan%20selatan&pg=PA188#v=onepage&q=kalimantan%20selatan&f=true |first=Th. van den |last=End|title= Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia|publisher=BPK Gunung Mulia|year=1987|isbn=979-415-188-2}}ISBN 978-979-415-188-4</ref><ref>{{cite book|pages=87|url=http://books.google.com/books?id=tZ8PAAAAIAAJ&dq=Banjirmasin&hl=id&pg=PA87#v=onepage&q&f=false |title=Foreign missionary chronicle|volume=5|publisher=Board of Foreign Missions and of the Board of Missions of the Presbyterian Church.}}</ref><ref>{{cite book|pages=149 |url=http://books.google.co.id/books?id=fnLQ4hmhYOsC&lpg=PA419&dq=Gouvernement%20of%20Borneo&pg=PA419#v=onepage&q=Gouvernement%20of%20Borneo&f=false |title = Catholics in Indonesia, 1808-1942: A modest recovery 1808-1903|first = Karel A. |last = Steenbrink|publisher = KITLV Press|year = 2003|isbn = 9067181412}}ISBN 978-90-6718-141-9</ref>
 
== Konflik ==
=== Keterlibatan ===
Dayak (istilah kolektif untuk pendudukmasyarakat asli Kalimantan) telah mengalami peningkatan dalam konflik antar etnis. Di awal 1997 dan kemudian pada tahun 1999, bentrokan-bentrokan brutal terjadi antara orang-orang Dayak dan Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Puncak dari konflik ini terjadi di Sampit pada tahun 2001. Konflik-konflik ini pun kemudian menjadi topik pembicaraan di koran-koran di Indonesia. Sepanjang konflik tahun 1997, sejumlah besar penduduk Madura tewas dan adabanyak juga yang diselamatkan oleh TNI. danLebih sebagiandari orang900 dayakPrajurit yangTNI sudahKopassus dianggapdari keluargajawa dikirim ketika konflik Dayak dengan Madura terjadi. Muncul berbagai perkiraan resmi tentang jumlah korban tewas, mulai dari 1000300 hingga 4.000 orang menurut sumber-sumber independen.<ref>MacDougall, 1999</ref> Pada tahun 1999, orang-orang Dayak, bersama dengan kelompok-kelompok [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Tionghoa-Indonesia|Cina]] memerangi para pendatang [[suku Madura|Madura]]; 114 orang tewas.<ref>Mac Dougall, 1999</ref> Menurut seorang tokoh masyarakat Dayak, konflik yang terjadi belakangan itu pada awalnya bukan antara orang-orang Dayak dan Madura, melainkan antara orang-orang Melayu dan Madura.<ref>lihat, misalnya Manuntung, 22 Maret 1999</ref> Kendati terdapat fakta bahwa hanya ada beberapa orang Dayak saja yang terlibat, tetapi media massa membesar-besarkan keterlibatan Dayak. Sebagian karena orang-orang Melayu yang terlibat menggunakan simbol-simbol budaya Dayak saat kerusuhan terjadi.
 
== Lihat pula ==
Baris 172 ⟶ 170:
* [[Majelis Adat Dayak Nasional]]
* [[Daftar tokoh Dayak]]
* [[Institut Dayakologi|Penelitian Budaya Dayak]]
 
== Referensi ==
Baris 190 ⟶ 188:
* {{id}} [http://www.ceritadayak.com/2011/05/sumbu-perdamaian-tumbang-anoi.html Sumbu perdamaian tumbang anoi]
* {{id}} [http://www.indonesiamedia.com/rubrik/budaya/budaya00august.htm Budaya Dayak]
* {{Id}} [http://sehatisme.com/suku-dayak-losarang-indramayu/ Dayak Losarang Indramayu]
* {{id}} [http://jadiberita.com/2011/02/04/ternyata-suku-dayak-bukan-cuma-satu-jenis/ Ternyata suku dayak bukan cuma satu jenis]
* {{en}} [http://www.knaw.nl/indonesia/transition/workshop/chapter4vanklinken.pdf Indonesia's New Ethnic Elites]
* {{en}} [http://www.ethnologue.com/14/show_family.asp?subid=1174/ Kelompok bahasa Dayak]
* {{en}} [http://www.academia.edu/5575663/Sillander_Dayak_and_Malay_in_Southeast_Borneo Sillander Dayak and Malay in Southeast Borneo]
 
 
{{Dayak}}