Abdul Qadir bin Abdul Mutalib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara , -Diantara +Di antara)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 56:
| box_width =
}}
'''Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib bin Hassan''', lahir pada 1910 <ref name=niknasri>{{harvnb|NikNasri.com|2014}}.</ref> adalah seorang ulama Nusantara kenamaanyang ternama di kalangan Melayu.<ref name=alkisah1>{{harvnb|Majalah Alkisah Bagian 1|2014}}.</ref> Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Mutalib bin Hassan di lahirkan pada tahun 1329 Hijriyah, di desa [[Sigalangan, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli SelataSelatan]] [[Sumatera Utara]]. Biografinya telah diangkat dalam sebuah buku yang berjudul ''Syeikh Abdul Qadir Al-Mandaili (1910-1965): Biografi dan Pendidikan Akhlak, karya Prof. Madya Dr. Ramli Awang, seorang tenaga peng­ajar di Pusat Pengajian Islam dan Pem­bangunan Sosial, Universiti Teknologi Malaysia, Skudai''.<ref name=alkisah1/>. Artikel tentang biografi beliau pun telah ditulis oleh Fiman Hidayat Mawardi di situs muslim.or.id<ref name=Abdul Qadir Al-Mandili di muslim.or.id>{{harvnb|https://muslim.or.id/22576-abdul-qadir-al-mandili-pembawa-dakwah-sunnah-di-nusantara.html|2014}}.</ref> Ia berasal dari kalangan keluarga petani.<ref name=niknasri/><ref name=alkisah1/> Ia dijuluki “Al-Mandaili” karena berasal dari suku Mandailing.<ref name=niknasri/><ref name=alkisah1/> Ada dua nama Syaikh Abdul Qadir asal Mandailing yang terkenal, satu terkenal di Makkah dan satunya lagi terkenal di dunia Melayu.<ref name=alkisah1/> Yang lebih senior dan terkenal di Makkah adalah Syeikh [[Abdul Qadir bin Shobir Al Mandili]], kelahiran [[Huta Siantar, Panyabungan Kota, Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]]. Sedangkan Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib lebih terkenal di Melayu dahulu baru kemudian pada tahun 1936 berangkat ke Makkah untuk menuntut ilmu.<ref name=alkisah1/>
 
== Pendidikan Awal ==
Ia mendapat pendidikan awal di Sekolah Belanda pada 1917 dan lulus kelas Lima pada 1923. Pada 1924, Ia berhijrah ke Kedah untuk mendalami ilmu agama.<ref name=niknasri/> Merantau ke negeri Malaysia bukan hanya banyak dilakukan orang-orang Indonesia pada zaman sekarang. Bahkan sudah sejak dahulu kala masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Sumatera pada khususnya, sudah sering mengadakan perantauan ke negeri Jiran tersebut. Alasan kuat yang menyebabkan penduduk Sumatera sering menjalin hubungan dengan negeri Jiran adalah karena mereka sama-sama berbangsa Melayu sehingga banyak kesamaan antara keduanya, baik dari segi agama, bahasa, maupun adat istiadat. Salah satu di antara orang Sumatera yang melawat ke negeri seberang itu adalah ‘Abdul Qadir Al-Mandili, yaitu pada tahun 1924 M, satu tahun setelah kelulusannya dari sekolah Belanda. Hanya saja perjalanan yang ia lakukan ini bukan karena dorongan kebangsaan ataupun kesukuan, namun lebih pada perjalanan menimba ilmu agama yang sudah menjadi kebiasaan penuntut ilmu di seluruh dunia. Itulah perjalanan yang oleh Abu Ad-Darda’ –radhiyallahu ‘anhu– disebut sebagai perjalanan fi sabilillah<ref name=Abdul Qadir Al-Mandili di muslim.or.id>{{harvnb|https://muslim.or.id/22576-abdul-qadir-al-mandili-pembawa-dakwah-sunnah-di-nusantara.html|2014}}.</ref>.
Ia mendapat pendidikan awal di Sekolah Belanda pada 1917 dan lulus kelas Lima pada 1923. Pada 1924, Ia berhijrah ke Kedah kerana mendalami ilmu agama.<ref name=niknasri/>
 
== Hijrah ke Malaysia ==