Anjing Akita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JThorneBOT (bicara | kontrib)
clean up, removed: {{Link GA|en}}
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 46:
Sekitar tahun [[1630]], klan Satake menganjurkan pengikutnya mengadakan [[adu anjing]] sebagai pelampiasan nafsu berperang. Klan Satake berintikan keluarga Satake Timur yang bermarkas di [[Istana Kubota]]. Keluarga klan Satake yang lain adalah Keluarga Barat, Keluarga Utara, dan Keluarga Selatan yang masing-masing berkedudukan di Ōtachi, Kakunodate, dan Yuzawa. Keluarga Barat yang berkedudukan di kawasan Ōtachi dikenal sebagai peternak anjing petarung hasil persilangan anjing matagi dan anjing lokal. Anjing yang mereka hasilkan disebut Ōtachi-ken (Anjing Ōtachi).
 
Hingga [[zaman Meiji]], tradisi adu anjing di Jepang tidak juga hilang. Peternak terus mengawinkan anjing dari lokal dengan anjing impor berukuran besar untuk menghasilkan [[anjing petarung]]. Sekitar tahun [[1897]], peternak anjing di Prefektur Akita mendatangkan [[Tosa Inu]] dari [[Prefektur Kochi]] yang dikenal sebagai anjing petarung. Tosa Inu disilangkan dengan anjing impor dari Barat sehingga tubuhnya semakin bertambah besar. Seusai [[Perang SinoTiongkok-Jepang Pertama]], orang Jepang yang pergi [[Sakhalin]] membawa pulang [[Sakhalin Husky]] dan [[Hokkaido Inu]].
 
Di Prefektur Akita, moyang Akita Inu terus disilangkan dengan anjing impor dari Barat, di antaranya diperkirakan dengan [[Mastiff]] peliharaan insinyur [[Jerman]] di Pertambangan Kosaka. Pada pertengahan zaman Meiji, moyang anjing akita mulai disilangkan dengan [[Anjing Gembala Jerman]] dan [[Great Dane]]. Tubuh Akita Inu dilahirkan semakin lama semakin besar. Pada waktu itu, telinga tegak dan ekor melengkung yang menjadi ciri khas anjing [[spitz]] mulai hilang.
Baris 64:
 
=== Kesulitan pangan selama perang ===
Kesulitan pangan di Jepang selama [[Perang SinoTiongkok-Jepang]] hingga akhir [[Perang Dunia II]] menyebabkan anjing berukuran besar seperti Akita Inu berada dalam bahaya kepunahan. Jumlah Akita Inu berkurang drastis karena kurang makan dan dibunuh untuk diambil kulitnya. Anjing tidak diberi makan daging, melainkan hanya tepung dan sayuran sehingga sulit bereproduksi. Anak anjing yang lahir akhirnya mati karena kurang makan dan terkena [[canine distemper]]. Selain [[Anjing Gembala Jerman]] yang dipelihara militer untuk keperluan perang, anjing berukuran besar disita untuk dibunuh. Kulit anjing dipakai untuk keperluan seragam militer. Pecinta anjing berusaha menghindari peraturan dengan mengawinkan anjing-anjing mereka dengan Anjing Gembala Jerman. Seusai Perang Dunia II, jumlah anjing jenis Akita Inu berkurang drastis, dan tersisa dalam tiga jenis berbeda: akita matagi, akita petarung, dan akita gembala.
 
Usaha pemulihan anjing trah Akita Inu dilakukan dari seekor anjing bernama Kongo-go asal keturunan Provinsi Dewa. Kongo-go memperlihatkan ciri-ciri Mastiff dan Anjing Gembala Jerman. Namun penggemar menyadari ciri-ciri yang dimiliki Kongo-go bukan sebagai ciri anjing trah Jepang yang benar. Oleh karena itu, peternak berusaha menghilangkan [[galur]] trah asing. Persilangan dilakukan dengan akita matagi dengan tujuan mengembalikan trah murni. Galur murni dari trah berukuran besar berhasil distabilkan hingga menjadi Akita Inu yang dikenal sekarang.