Kerajaan Tidung kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Awekos (bicara | kontrib)
k Sejarah: Masih banyak yang harus disunting. BRB.
Baris 36:
| style="white-space: nowrap;" | {{br}}[[1076]]{{br}}[[1076]]-[[1551]]{{br}}[[1551]]
|}
'''Kerajaan Tidung Kuno''' ({{lang-en|The Ancient Kingdom of Tidung}}) adalah Suatu Pemerintahanpemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja{{Siapa}}, [[dimana]]di mana pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah dengan wilayah yang sangat kecil/kampung.
 
== Sejarah ==
Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada, bahwa, bahwadi dipesisirpesisir timur pulau [[Tarakan]] yakni, di kawasan binalatungBinalatung, sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah kepesisirke pesisir barat pulau Tarakan yakni, di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisirdi pesisir barat, yakni, kekawasanke kawasan sungai bidangBidang, kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, kekawasanke kawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
 
Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah dikalangandi kalangan [[suku Tidung]] terbagi dari beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah Kabupaten antara lain Kabupaten Bulungan (Kecamatan Tanjung Palas, Desa Salimbatu), Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Nunukan (Kecamatan Sembakung), Kota Tarakan, dan lain-lain hingga ke daerah Sabah (Malaysia) bagian selatan.
 
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangandi kalangan [[suku Tidung]] tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karenadikarenakan kerajaan tersebut ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat, sehingga mengakibatkan perkampungan di situsetempat runtuh dan tenggelamberikut kedalamwarganya airtenggelam (sungai)ke berikutdalam warganyasungai. Peristiwa tersebut dikalangandi kalangan [[suku Tidung]] disebut ''Gasab'' yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung.
 
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +kurang lebih dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI.
 
Kelompok-kelompok suku Tidung pada zaman kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan [[suku Tidung]] yang ada di Kalimantan timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :
* Dialek bahasbahasa Tidung Malinau
* Dialek bahasa Tidung Sembakung.
* Dialek bahasbahasa Tidung Sesayap.
* Dialek bahasbahasa Tidung Tarakan yang, biasa pula disebut Tidung Tengara, yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
 
Dari adanya beberapa dialek [[bahasa Tidung]] yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.