Manduamas, Tapanuli Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
Penduduk Manduamas adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas berbagai macam suku, di antaranya suku Pakpak, Dairi, Toba, Nias, Melayu/Pesisir, Simalungun, Karo, Mandailing, etnis Jawa, Aceh, Gayo, Alas, dan sebagainya. Mereka hidup rukun meskipun berasal dari suku, agama, budaya yang berbeda. Kerukunan itu sudah berjalan begitu lama, ketika Manduamas masih desa terpencil, kerukunan itu sudah terbina, misalnya, untuk membangun rumah ibadah, orang yang beda agama cukup banyak yang berpartisipasi.
 
Mata pencaharian penduduk Manduamas terutama adalah bidang agraris; pertanian tanaman pangan, palawija, tanaman keras, dan sekarang sebagain besar sudah memulai dengan perkebunan, terutama kelapa sawit. Di samping itu, mata pencaharian sebagai nelayan juga telah lama digeluti oleh sebagian penduduk Manduamas. Menangkap ikan lele/gabus di rawa-rawa di hulu Lae Tapus (di daerah Saragih/Lae Mbalno, Situban) bahkan sampai ke daerah Mangkir (Provinsi NAD) sudah dilakoni oleh penduduk Manduamas secara turun temurun. sampai tahun 1980-an, Manduamas merupakan sentra penghasilan ikan lele yang dikeringkan, yang sangat laku dijual ke Padang Sidempuan dan Medan.
 
Di masa keemasannya, Manduamas pernah juga menjadi sentra penghasil minyak nilam sekitar tahun 1970-an.
Untuk Kelurahan PO Manduamas, sudah banyak pemodal yang melakukan investasi di bidang penangkaran burung walet (Lontung Simamora).
 
UntukKhusus untuk Kelurahan PO Manduamas, sekarang ini sudah banyak pemodal (baik pendatang maupun penduduk setempat) yang melakukan investasi di bidang penangkaran burung walet (Lontung Simamora).
 
{{Kabupaten Tapanuli Tengah}}