Henrietta Lacks: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 31:
Tidak terdapat kebutuhan untuk memberitahu pasien, atau saudaranya, tentang masalah material yang dibatalkan, atau material yang didapat selama operasi, diagnosa atau terapi adalah properti dokter atau institusi medis. Hal ini diangkat ke [[Pengadilan Tertinggi Jepang]] dalam kasus [[John Moore melawan wali Universitas California]]. Pengadilan memutuskan bahwa jaringan dan sel yang dikelaurkan dari seseorang bukanlah properti mereka dan dapat dikomersialisasikan tanpa izin atau balas jasa.
Barisan sel HeLa awalnya dibudidayakan karena rata-rata perkembang biakan besar, secara abnormal cepat bahkan jika dibandingkan dengan sel kanker lainnya. Sementara sel ini sungguh cepat perkembangan biakannya yang mengakhiri nasib Henrietta Lacks, barisan sel telah digunakan ribuan kali pada eksperimen biologi, mengkontribusikan terhadap pengertian proses penyakit. HeLa digunakan pada perkembangan [[Jonas Salk]] untuk vaksin polio. Sel membiarkan Salk untuk memproduksi banyak virus di laboratoriumnya. "HeLa" didapatkan oleh Gey dengan menggunakan dua huruf pertama Henrietta Lacks untuk menyembunyikan namanya sebagai rahasia. Hal ini bekerja sementara dan beberapa bahwa sumber manusia HeLa adalah "Harriet Lane", "Helen Lane", dan lain-lain.<ref>{{cite web |url=http://www.the-scientist.com/article/display/23796/#23864 |title="HeLa" Herself. Celebrating the woman who gave the world its first immortalized cell line |accessdate=2007-02-14 |publisher=[[The Scientist]] |quote=
Her name was finally released, although it is not clear who released it. Her picture with her name under it appeared in a journal article in 1971. Her family members said that none of them had given anyone the picture. The 1971 article reported that she had been misdiagnosed with the slower-metastasizing [[epidermoid carcinoma]], when in reality she had [[adenocarcinoma]], a fast-metastasizing cancer even in strains lacking the unique characteristics which made Lacks' strain of cancer so virulent. The article also reiterated previous statements that the misdiagnosis would not likely have affected her chances of survival; by the oncological standards of the day, a cancer as fast-moving as hers would have likely been terminal regardless of the diagnosis.<ref name=JHM1971/>
|