Talaga Remis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up, replaced: didalam → di dalam |
|||
Baris 1:
'''{{PAGENAME}}''' adalah salah satu objek wisata alam di [[Kabupaten Kuningan]]. Talaga Remis merupakan sebuah danau yang terletak di kaki gunung Ciremai tepatnya di Desa [[Kaduela, Pasawahan, Kuningan|Kaduela, Kuningan]], Kecamatan [[Mandirancan, Kuningan|Mandirancan]], berjarak ±37
== Etimologi ==
Nama '''Talaga Remis''' mempunyai arti tersendiri, nama ''talaga'' diambil dari kata telaga dalam [[bahasa Sunda]], dan ''remis'' tersebut diambil dari binatang sejenis [[kerang]] bewarna kuning yang banyak hidup di sekitar telaga, binatang tersebut dikenal dengan sebutan [[remis]].<ref name=resmi>[http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/132 Laman resmi Pemprov Jawa Barat]</ref>
Telaga ini mempunyai ciri khas tersendri, dengan air yang jernih dan dingin.
== Kondisi alam ==
Baris 15:
Pada waktu itu Sultan Cirebon memindahkan pusat pemerintahan ke Matangaji, hingga Sang Sultan terkenal dengan sebutan Sultan Matangaji, Daerah kekuasaan Sultan Matangaji meliputi daerah Kabupaten [[Kuningan]], Kabupaten [[Majalengka]] dan Kabupaten [[Indramayu]]. Sultan Matangaji setiap tahunnya harus membayar upeti kepada [[Sultan Mataram]] yaitu [[Sultan Agung]] yang merupakan keturunan dari [[Amangkurat II]].
Sementara itu di wilayah lain ada seorang pemuda bernama Elang Sutajaya berniat berangkat menuju [[Cirebon]] didampingi pawongan Ki Lurah Bango dengan membawa keris pusaka yang bernama Keris Sekober untuk membantu Pangeran Selingsingan di Pakemitan Gedong Silarandenog. Namun setelah sampai di Keraton Cirebon ternyata keraton sudah dikosongkan. Perjalanannya pun dilanjutkan untuk mencari Sang Sultan.
Elang Sutajaya akhirnya bertemu dengan Sultan yang kini berada di Matangaji. Pada saat itu Sultan sedang bermusyawarah dengan putrinya dalam mengadakan syaembara. Elang Sutajaya kemudian bertemu dengan Putri Ratna Pandan Kuning, Putri Matangaji tersebut tertarik oleh ketampanan dan kesopanan Elang Sutajaya. Setelah bercakap-cakap dengan Sultan Matangaji, Elang Sutajaya mengemukakan maksudnya untuk bertugas kemit atau juru kunci di Gedong Silaradenok membantu Pangeran Selingsingan. Sepeninggalnya Elang Sutajaya putri Matangaji menangis tiada hentinya. Sultan Matangaji mengerti akan maksud putrinya yang mencintai Elang Sutajaya.
Kemudian Elang Sutajaya datang kembali ke Matangaji, Putri Ratna Pandan Kuning sangat senang dengan kedatangannya dan mengutarakan keinginanya kepada Sultan agar menyetujuinya untuk menikah dengan Elang Sutajaya. Sultan Matangaji tidak keberatan dengan syarat Elang Sutajaya bisa mengalahkan prajurit-prajurit Banjar Melati yang dipimpin oleh Elang Drajat. Spontan saja Elang Sutajaya menyanggupinya hingga terjadilah pertarungan antara Elang Sutajaya dengab prajurit-prajurit banjar Melati. Secepat kilat anak buah Banjar Melati dipatahi oleh Elang Sutajaya, sehingga ratusan prajurit banjar melati menjadi tumbuh-tumbuhan.
Sultan Matangaji bermaksud membatalkan membayar upeti ke kerajaan Mataram, sementara itu Pangeran Purbaya dari Mataram menuju ke [[Cirebon]] bermaksud untuk menagih upeti. Di kaki [[Gunung Slamet]] rombongan Pangeran Purbaya bertemu dengan rombongan Pangeran Selingsingan. Terjadilah peperangan yang seru dan memakan korban yang cukup banyak dari kedua belah pihak.
Peperangan tiada hentinya, maka Sultan Matangaji memanggil mantunya Elang Sutajaya untuk membantu perang menumpas Pangeran Purabaya.
Baris 28:
Akhirnya Elang Sutajaya bertemu dengan Pangeran Purabaya lalu beradu ilmu kesaktian, Pangeran Purabaya terdesak dan berhasil dikalahkan. Pengeran Purabaya berkata “Wahai Elang Sutajaya tolonglah aku diberi pengampunan, jangan bunuh aku karena aku adalah manusia biasa yang beragama”, Elang Sutajaya menjawabnya “Kamu bukan manusia yang baik, beberapa tahun kamu berperang dengan Pangeran Selingsingan sedangkan kamu manusia yang mengerti sebagai mahluk sosial yang harus hormat menghormati, tolong menolong dan bantu membantu. Itulah arti hidup manusia, bukan untuk saling membunuh". Elang Sutajaya meneruskan petuahnya bahwa sebagai umat beragama tidak boleh membuat kekacauan dan kejahatan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Setelah selesai mendengarkan petuah Elang Sutajaya Pangeran Selingsingan menangis tidak ada henti-hentinya dari air matanya hingga menjelmalah menjadi kolam Talaga Remis. Begitupun Pangeran Purabaya menangis dan akhirnya Pangeran Purabaya berubah wujud menjadi seekor Bulus atau kura-kura. Bulus tersebut diberi nama Si Mendung Purbaya. Bentuk bulus atau kura-kura itu mempunyai bentuk lain dari yang lain.
== Fasilitas ==
Baris 37:
Wana wisata ini dapat dicapai dari Kecamatan Mandirancan, Palimanan dan dari Kota Kuningan. Kondisi jalan umumnya beraspal dan baik, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat, dengan jarak rute perjalanan sebagai berikut :
*[[Palimanan, Cirebon|Palimanan]] –
*[[Mandirancan, Kuningan|Mandirancan]] –
*[[Kuningan]] –
*[[Cirebon]] –
== Pranala luar ==
|