Suria Kusumah Adinata: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k rapikan, replaced: diluar → di luar, Diantara → Di antara, dibawah → di bawah, diantara → di antara |
||
Baris 1:
[[File:Pangeran Sugih.jpg|thumb|Pangeran Suria Kusumah Adinata (Pangeran Sugih) memerintah dari tahun 1836 - 1882]]
'''Pangeran Suria Kusumah Adinata''' atau dikenal dengan nama '''[[Pangeran Sugih]]''' adalah bupati [[Sumedang]] yang berkuasa antara tahun 1836 sampai dengan 1882. '''[[Pangeran Sugih]] '''merupakan bupati terkaya di antara bupati lainnya, juga terkaya di Tatar [[Sunda]]. Dia adalah penerus [[Kerajaan Sumedang Larang]], putra dari Dalem Adipati Koesoemayoeda.
== Penerus Kerajaan Sumedang Larang ==
'''[[Pangeran Sugih]] '''lahir dari pasangan Dalem Adipati Koesoemayoeda alias Dalem Ageung dan Nyi Mas Samidjah, cucu dari [[Pangeran Kornel]] (Pangeran Koesoemah Dinata). Pangeran Sugih menjabat sebagai Bupati [[Sumedang]] masa tahun [[1836]] – [[1882]]. Wafat dan makamkan pada 22 September 1882 di makam Gunung Puyuh. Pangeran Suria Kusumah Adinata yang memerintah dari tahun 1836 sampai tahun 1882. Dia dikenal sebagai Bupati terkaya dalam urutan para Bupati Sumedang sebelumnya dan terkaya di Tatar Sunda waktu itu, yang berasal dari:
* [[Warisan]] para pendahulunya berupa asset kekayaan selain tanah Kaprabon (gaji Bupati) yang diawali dari sejak Pangeran Panembahan (Bupati Sumedang ke 6/ Rangga Gempol III) yang semakin bertambah luas termasuk jumlah arealnya (menyebar di beberapa Kecamatan) oleh para Bupati berikutnya.
*[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van het spoorwegstation in Djatinangor TMnr 60052209.jpg|thumb|Stasiun Kereta api Jatinangor |300x300px]]Pada saat itu [[Kabupaten Sumedang]] mengalami jaman keemasan dengan tingginya produksi pertanian terutama padi, [[kopi]] dan [[nilam]]. Salah satu bukti meningkatnya produksi kopi adalah pendirian Gudang [[Kopi]] di wilayah Kecamatan Sumedang Selatan (sekarang berubah menjadi Kantor [[Pegadaian]]) dan di beberapa tempat
* [[Undang-undang Agraria 1870|Undang-Undang Agraria tahun 1870]] dan Reorganisasi Priangan tahun 1871. Akibat keluarnya Undang-Undang Agraria, banyak pengusaha [[Eropa]] yang membuka perkebunan terutama komoditi [[Kina]], [[Teh]] dan [[Karet]] di sekitar [[Kota Bandung|Kota<nowiki> </nowiki>Bandung]]. Sementara itu, perkebunan kopi masih terus berlangsung, ([[Cultuurstelsel]] dan [[Preangerstelsel]]). Salah satu kebijakan dari Reorganisasi [[Priangan]] adalah dinaikannya harga kopi dari f10 tahun 1870 menjadi f13 tahun 1871/1872, kemudian meningkat lagi menjadi f 14 pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 1880an.
Baris 12:
== Harta pusaka Sumedang Larang ==
Diapun telah mewariskan harta [[pusaka]] berupa tanah darat, [[sawah]], bangunan dan seperti Mahkota [[Binokasih]], Mahkota [[Kerajaan Pajajaran]] yang diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] dan [[perhiasan]]-perhiasan serta barang-barang [[pusaka]] leluhur Sumedang lainnya yang telah diterima oleh Pangeran Mekah / Pangeran Aria Soeria Atmadja dijadikan harta [[wakaf]], yang sekarang tersimpan di [[Museum Prabu Geusan Ulun]]
==Keturunan==
Baris 56:
=== Putra-putri yang menjadi Bupati / Istri Bupati ===
Dari ke 31 istri / selir, berputra / putri sebanyak 94 orang(gen. XI)
* Nyi. Rd. Ayu Radjaningrat bersuami Rd. Ad. Ar.[[R. Tumenggung Wiranagara|Wiratanudatar]], Bupati[[Cianjur]]
* Nyi. Rd. Ayu Sangkaningrat bersuami Rd. Ad. Ar.[[Martanegara]], Bupati [[Bandung]]
Baris 68:
=== Cucu menjabat Bupati Wedana, Jaksa dan setingkatnya ===
Dari ke 94 putra / putri, Pengeran Sugih mempunyai cucu sebanyak 286 orang (Generasi XII) yang menjabat Bupati Wedana, Jaksa dan setingkatnya
# Rd.Achmad Kosasih Hoofd. Penghulu Sumedang (Bp.4)
|