Ema Bratakusumah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: beliau → dia (2), dimana → di mana
Baris 43:
 
==Kehidupan awal==
Lingkungan Tatar Parahyangan dengan kekayaan budaya dan sosialnya menjadikan Ema sosok pembelajar yang tekun. Sejak usia 9 tahun ia sudah memelajar ilmu bela diri dari ayahnya yang memiliki perguruan Pencak silat di Ciamis. Pada tahun 1914 ia belajar pencak kepada Bapa Enung, ahli penca aliran Cimandé di [[Dayeuhkolot]]. Di [[Batavia]], 1918-1921, ia belajar penca kepada Bang Janibi ahli aliran 'ameng pukulan' dan kepada Bang Sabeni ahli aliran 'ameng Sabeni'. Dan kecintaaannya pada dunia Sunda membawa Ema mengembara lebih jauh seiring perjuangan zaman melawan kolonialisme di Nusantara. Bersama rekannya Raden [[Tubagus Umay Martakusumah]], Ema kemudian mendirikan perkumpulan seni budaya “[[Sekar Pakuan]]” pada tahun 1933.
 
Keseriusan Ema pada budaya Kasundaan ditempa dengan penguasaan beberapa aliran penca lainnya seperti 'ameng Cikalong', 'ameng Sabandar', 'ameng Suliwa', dan 'ameng timbangan' dari ahli-ahli pencak di Provinsi Pasundan atau [[Jawa Barat]]. Di kalangan perguruan pencak ia dikenal dengan sebutan Gan Ema (singkatan dari Juragan) dan kemudian dipandang sebagai tokoh bahkan sesepuh penca di Jawa Barat sampai akhir hayatnya. Pada sosok Gan Ema, kependekaran merupakan bagian integral dari kerja kebudayaan yang berjangkauan luas dan ditandai dengan integritas yang terpuji dan kemandirian seiring waktu. Pada dunia kependekaran, Gan Ema adalah seorang tokoh Bandung yang sangat terkenal dalam membawa [[maenpo]] dari [[Cianjur]] ke Bandung. Puncaknya, tahun 1957, bersama-sama tokoh pencak lainnya Ema mendeklarasikan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) dan ia menjadi penasihat organisasi tersebut.
==Perjuangan==
Kontribusi dan visi Ema di dunia media ia curahkan sebagai jalan perjuangan demi kemajuan sunda dan pergerakan Nasional. Sambil Kursus Tata Buku, ia belajar di bidang pers dan jurnalistik kepada Haji [[Agus Salim]] (Agoes Salim) yang pada waktu itu menjadi redaktur surat kabar [[Neraca]] (Neratja). Kiprahnya berlanjut pada tahun 1918–1921 ketika ia membantu kemudian menjadi redaktur surat kabar mingguan berbahasa Sunda Pajajaran. Pada tahun ini pula ia bergabung dengan perkumpulan [[Paguyuban Pasundan]] untuk energi politiknya. Tiga tahun kemudian, tahun 1921, bersama rekannya membuat surat kabar berbahasa sunda yaitu [[Paguyuban Siliwangi]].
 
Sebagai pembina dan bagian dari generasi muda, paska 1945, Gan Ema, turut mendirikan [[Laskar Rakyat]] yang berfungsi untuk mengatur pengungsian pemerintahan dan masyarakat Bandung pada peristiwa Bandung lautan api.<ref>{{cite web|url=http://www.pasoendan.com/2014/12/mengenal-lebih-dekat-raden-ema-bratakusumah/ |authors=Taufik Satriawan|title=Mengenal Lebih Dekat Raden Ema Bratakusumah|date=1 Desember 2014|accessdate=19 Juli 2015|publisher=Pasoendan.com}}</ref> Gan Ema adalah tokoh heroik pada peristiwa [[Bandung lautan api]] pada saat pendudukan [[Bandung]] oleh [[NICA]] dan sekutu. Tokoh Heroik peristiwa Bandung Lautan Api yang lain adalah [[Barisan Banteng]] ([[Ukar Bratakusumah]]) dan [[Barisan Merah]] (Nukman). Laskar-laskar itulah yang membuat pusing dan kocar-kacirnya tentara NICA dan sekutu. Gan Ema juga tokoh sunda yang membantu terbentuknya [[Forum Pamuda Sunda]] di Bandung Pada kurun waktu tahun 50-an, dengan tokoh [[Ajam Samsupraja]], [[Akil Prawiradirdja]] dan [[Tato Prajamanggala]].
 
==Politik==
Baris 57:
 
==Kepedulian lingkungan==
Selain itu, pemikiran Ema pada pentingnya pelestarian lingkungan hidup serta visi yang begitu panjang untuk kepentingan paru-paru kota Bandung yang manfaatnya bisa kita rasakan hingga saat ini, dimanadi mana saat ini pepohonan rindang di dalam kota Bandung hampir tidak tersisa, adalah melalui pendirian [[Yayasan Margasatwa Tamansari]] (YMT) atau yang lebih dikenal sebagai [[Kebun Binatang Bandung]] yang beliaudia ambil alih melalui tenaga, pemikiran dan seluruh harta kekayaan beliaudia dari [[Bandungse Zoological Park]] (BZP). Selain sebagai sarana hiburan rakyat yang terjangkau, ikut berperan serta dalam pelestarian hewan-hewan dan tumbuhan langka, YMT sesungguhnya juga adalah ‘situs sejarah perjuangan orang Sunda’ yang tidak terekspos, karena YMT adalah juga sebagai sarana untuk mengumpulkan para pejuang Sunda. Sepeninggal Gan Ema sebagai pendiri YMT Direktur/Diereintuin Kebon Binatang Bandung, kepengurusan YMT selanjutnya diteruskan oleh [[Ukar Bratakusumah]] yang juga selain adik kandung sendiri juga adalah kawan seperjuangan pada masa-masa pergerakan Nasional.
 
==Rujukan==
Baris 77:
 
==Referensi==
 
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Bangsawan Galuh]]
Baris 84 ⟶ 85:
[[Kategori:Tokoh Paguyuban Pasundan]]
[[Kategori:Intelektual Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh pergerakan Sunda]]
[[Kategori:Seni bela diri Sunda]]