Kabupaten Sumba Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: diakhir → di akhir, diatas → di atas
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di akhiri +diakhiri)
Baris 79:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een huwbaar meisje uit de middenklasse (kabisu) te Praing Liu Oost-Sumba met een haarkam (hai kara jangga) TMnr 10002831.jpg|thumb|300px|Seorang gadis Sumba Timur dari golongan menengah (''kabisu'') pada tahun 1930]]
 
Jumlah Penduduk Kabupaten Sumba Timur (2002) adalah 190.214 jiwa atau dengan kepadatan rata-rata 27 jiwa/km². Kepadatan tertinggi di Kecamatan Waingapu, yaitu 1.049 jiwa/km², sedang kepadatan terendah ada di Kecamatan Haharu, yaitu 13 jiwa/km². Disamping orang Sumba Timur asli juga terdapat [[orang Sabu]], keturunan Tionghoa, Arab, Bugis, Jawa dan penduduk yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur lainnya. Bahasa daerah yang digunakan adalah [[Bahasa Sumba Kambera]]. Sebagian besar penduduk di kabupaten ini beragama [[Protestan]]. Selebihnya adalah [[Islam]], [[Hindu]] dan [[Budha]]. Sekitar 39 persen lagi adalah beragama tradisional [[Marapu]]. Meskipun keadaan tanahnya kurang subur, lebih dari separuh penduduk kabupaten Sumba Timur ini adalah [[petani]]. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai peternak, pegawai, [[buruh]], [[nelayan]] dan lain-lain. Walaupun sektor pertanian menempati tempat pertama dalam pendapatan [[regional]], luas [[sawah]] yang bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya. Penggarapan sawah ini dilakukan dengan cara [[tradisional]] yang disebut ''renca'', yaitu pengerahan tenaga manusia dan kerbau dalam jumlah besar di atas tanah sawah yang akan ditanami. Kaki-kaki kerbau yang berjumlah puluhan ini digunakan sebagai pengganti bajak dan pekerjaan ''renca'' ini diawali dan di akhiridiakhiri dengan upacara keagamaan (''ritus''). Kehidupan sehari-hari penduduknya pada dasarnya merupakan cerminan kehidupan agama tradisional mereka. Hal ini bisa dilihat saat mereka melaksanakan berbagai upacara [[adat]] berkenaan dengan daur hidup seperti [[upacara]] kelahiran (''habola''), perkawinan (''lalei'' atau ''mangoma'') dan kematian (''pa taningu'').
 
== Perekonomian ==