Gereja Santo Laurentius, Bandung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Justinbdg0693 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Justinbdg0693 (bicara | kontrib)
Baris 30:
 
Berkembangnya stasi Karangsari tak lepas dari peranan beberapa pastor selain Pastor Laurentius K. Soemodiwirjo OSC yaitu Pastor Van Hareen OSC, Pastor Bernard dan Pastor JAC Schellekens OSC. Sedangkan aktivis awamnya antara lain Bapak Teddy Zulkarnaen, Bapak Wirawan, Bapak Andreas, Bapak Wiriodjojo dan Bapak Soekarto.<ref>[http://parokilaurentiusbdg.org/cikal-bakal-paroki-st-laurentius/ Cikal Bakal Paroki St.Laurentius]</ref>
 
Pada Tahun 1979 jumlah umat di stasi Karangsari telah mencapai 137 kepala keluarga. Pastor JAC Schellekens OSC, yang melihat pesatnya perkembangan wilayah ini dengan optimis mengajukan permohonan kepada Uskup agar status stasi Karangsari ditingkatkan menjadi Paroki.
 
Tanggal 10 Agustus 1981 pada hari pesta Santo Laurentius, Mgr Petrus Arntz OSC, Uskup Bandung mengabulkan permohonan Pastor JAC Schellekens OSC dan meningkatkan status stasi Karang sari menjadi Paroki otonom dengan nama Paroki St.Laurentius. Nama tersebut memang diusulkan secara bulat oleh para aktivis umat untuk menghormati jasa Pastor Laurentius K Soemodiwirjo OSC yang menggagas dan merintis pembangunan gereja perdana di stasi Karangsari. Sejak itu 10 Agustus dirayakan sebagai hari ulang tahun Paroki St.Laurentius. Pastor Paroki pertama di Paroki St. Laurentius adalah Pastor JAC Schellekens OSC, yang sejak 1985 dibantu oleh Pastor Alfons Bogaartz OSC dan Pastor L Blessing OSC. Batas wilayah Paroki St.Laurentius disepakati: sebelah utara pada batas Kota Bandung-Lembang; sebelah Timur Sungai Cikapundung dan Jl. Siliwangi; sebelah Selatan Jl.Lamping dan pompa bensin Jl.Sukajadi; sebelah Barat Jl.Cibogo, kompleks Sarijadi dan Jl.Gegerkalong Hilir.
 
Tahun 1982 dibangun gedung Pastoran dan gedung serbaguna yang juga dipakai mempersembahkan Misa sehingga kapasitas gereja bias ditingkatkan menjadi 200orang dan kemudian mulai diadakan 2 kali perayaan Ekaristi di hari Minggu. Karena kebutuhan akan tempat ibadah yang lebih luas dirasa jadi lebih mendesak sehingga mulai dipikirkan rencana membangun gereja yang lebih besar. Berkat kuasa-Nya, dukungan doa seluruh umat serta jasa Bapak Ignatius Pranoto dan Bapak Ignatius Suhendra SH maka pada tanggal 29 Agustus 1983 surat IMB sudah resmi didapat. Pada Tanggal 24 Maret 1985 peletakan batu pertama dilakukan oleh Bapak Uskup Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr. Pada tahap Pembangunan yang banyak terlibat adalah Bapak Eddy Yudhira selaku konsultan pelaksana dan Bapak Wiriodjojo yang menangani bagian logistic.
 
Akhirnya kegigihan umat paroki St.Laurentius menghasilkan sebuah gedung gereja baru yang modern. Tanggal 1 Maret 1987 dilaksanakan pemberkatan gereja oleh Uskup bandung Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr dan sebagai ketua Panitia adalah Bapak FX Budi Pranoto. Gereja baru ini yang dilengkapi dengan gedung pastoran dan aula yang juga baru, saat itu diharapkan bisa memenuhi perkembangan umat sampai 25 tahun ke depan. Namun ternyata baru lewat 5 tahun umat yang ikut Misa sudah melebur sampai ke teras.
 
Pertengahan tahun 1987 Pastor JAC Schellekens OSC digantikan oleh Pastor Djoko Setyarmo OSC (Agustus 1987 – Mei 1990) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum muda. Saat itu Mdudika sangat kompak dengan wadah yang bernama ESL (Ecclesia Sanctae Laurenti). Putra altar juga sangat berkembang dengan nama Fillius Arae dan yang tak kalah penting adalah lahirnya PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik). Pastor Djoko digantikan oleh Pastor Anton Rotten OSC (Mei 1990 – 31 Desember 1991). Kemudian pada periode 1 Januari 1992 – 31 Agustus 1995 Paroki St. Laurentius dipimpin oleh Pastor Hardjosoebroto OSC.
 
Salah satu warisan beliau adalah gedung Grha Prakasita yang dibangun dengan terlebihdahulu merobohkan aula lama yang baru berusia 10 tahun. Pada tanggal 12 Agustus 1995 Grha Prakasita, yang artinya Rumah Sentosa, diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr. Pastor Hardjo OSC juga berjasa menumbuhkan beberapa kelompok pelayanan baru seperti Doa Taize, Bina Iman Remaja (BIR), SJB (SukaJadi Berita), dan KKMK (Keluarga Karyawan Muda Katolik).
 
Pastor FX. Hardjosoebroto OSC digantikan oleh Pastor JC. Abukasman OSC (1 September 1995 – 10 April 1999). Waktu Indonesia terjerumus dalam krisis moneter maka gereja tergerak untuk membantu masyarakat dengan mengadakan pasar murah, bhakti sosial pengobatan, membagi sembako dll. Beliaulah yang merintis pengumpulan dana abadi umat, yang dilanjutkan dengan mendirikan Yayasan Peduli Masyarakat St.Laurentius (YAPEMAS). Ketika tugas Pastor Abukasman OSC di paroki St.Laurentius berakhir beliau digantikan oleh Pastor Alfons Bogaartz OSC (11 April 1999 – sekarang).
 
Pada awal jabatannya beliau melantik pengurus pertama PDKK Dei Verbum di paroki. Kompleks Gereja Sukajadi juga dengan cepat menjadi sesak oleh bangunan dengan dibukanya Sanggar Pratikara tanggal 27 November 1987. Kantor majalah keuskupan “Komunikasi” 18 maret 2000 dan Radio Raka 30 Oktober 2003. Kantor FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) November 1998. WKM (Wahana Karya Muda) diresmikan pastor Bogaartz tahun 2002.
 
== Pastor ==