Fakih Usman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shamusuke (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 35:
Fakih dibesarkan di Gresik, [[Hindia-Belanda]]. Ia belajar tentang Islam dari ayahnya dan di sejumlah [[pesantren]] hingga tahun 1920-an. Pada tahun 1925 ia bergabung dengan Muhammadiyah dan menjadi ketua untuk cabang [[Surabaya]] pada tahun 1938; ia juga ikut serta dalam kancah politik setempat. Ketika sejumlah organisasi Islam bekerjasama pada tahun 1940 untuk mendirikan Majilis Islam Ala Indonesia, Fakih menjadi bendahara. Selama [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|pendudukan Jepang]] dan [[Revolusi Nasional Indonesia]], Fakih terus bergerak dalam bidang tersebut. Sekaligus menjalani dua periode sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, Fakih menjadi lebih berpengaruh di Muhammadiyah. Ia berjasa sebagai wakil ketua di bawah beberapa pemimpin sebelum dijadikan Ketua Umum Muhammadiyah pada akhir tahun 1968, beberapa hari sebelum ia meninggal.
 
== Kehidupan awal ==
Fakih dilahirkan di [[Gresik]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda]], pada 2 Maret 1904. Ayahnya, Usman Iskandar, bekerja sebagai pedagang kayu, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang merupakan keturunan [[ulama]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=118}} Pasangan itu, yang hidupnya pas-pasan, mempunyai empat anak lain. Karena mereka tidak berasal dari kaum [[priyayi]], anak-anak tersebut tidak bisa mendapatkan pendidikan di sekolah Belanda.{{sfn|Syafruddin|1998|p=119}}{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}} Fakih belajar Islam dari waktu kecil; ia banyak diajari ayahnya.{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}} Ketika ia berusia sepuluh tahun ia mulai belajar di sebuah [[pesantren]] di Gresik. Setelah lulus pada tahun 1918, ia belajar di beberapa pesantren di luar kota Gresik, termasuk di [[Bungah, Gresik|Bungah]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=118}}
 
== Bekerja di Muhammadiyah ==
Fakih mengikuti ayahnya menggeluti bidang perdagangan; pada saat yang sama ia juga belajar bahasa dan Islam secara mandiri.{{sfn|Syafruddin|1998|p=119}} Ketika organisasi Islam modernis [[Muhammadiyah]] masuk ke Gresik pada tahun 1922, Fakih menjadi salah satu anggota pertamanya. Oleh karena sangat aktif dengan Muhammadiyah Gresik, dalam waktu tiga tahun ia menjadi pemimpinnya; saat Fakih memimpin kelompok itu, Muhammadiyah Gresik diakui secara resmi sebagai cabang Muhammadiyah.{{sfn|Syafruddin|1998|p=122}} Melalui kerjanya dengan cabang Gresik, Fakih menjadi lebih dikenal dalam kalangan Muhammadiyah dan dipindahkan ke cabang [[Surabaya]]. Ia juga aktif dalam politik, dan pada tahun 1929 ia dipilih sebagai anggota dewan kota Surabaya.{{sfn|Syafruddin|1998|p=123}} Sementara, Fakih terus berdagang alat pembangunan; ia juga mempunyai perusahaan pembuatan kapal.{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}}
 
Baris 45:
Pada 21 September 1937, Muhammadiyah, organisasi Islam konservatif [[Nahdatul Ulama]] (NU), kooperasi pedagang [[Sarekat Islam]], dan sejumlah organisasi Islami lain – yang sudah lama bermusuhan – bergabung untuk membentuk sebuah payung organisasi bernama [[Majelis Islam A'la Indonesia]] (MIAI), yang berpusat di Surabaya.{{sfn|Syafruddin|1998|p=125}} Fakih menjadi bendahara organisasi tersebut.{{sfn|Syafruddin|1998|p=126}} Pada tahun 1938 Fakih menjadi ketua cabang Muhammadiyah Surabaya, menggantikan [[Mas Mansoer]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=123}} Pada tahun 1940 ia mengundurkan diri dari jabatan ketua cabang Muhammadiyah Surabaya dan anggota dewan kota untuk menjadi pemimpin sekretariat MIAI.{{sfn|Syafruddin|1998|p=126}}
 
== Masyumi ==
Setelah [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang menduduki Hindia-Belanda]] pada awal tahun 1942, pada 9 Maret 1942 Gubernur Jenderal [[Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer|Tjarda van Starkenborgh Stachouwer]] dan ketua [[Koninklijk Nederlands-Indische Leger]] Jenderal [[Hein ter Poorten]] menyerah.{{sfn|Adi|2011|pp=18–24}} Penguasa Jepang melarang semua jenis organisasi, sehingga MIAI terpaksa dibubarkan pada bulan Mei. MIAI terbentuk lagi pada 5 September 1942 dan, pada akhir tahun 1943, diberi nama [[Partai Masyumi|Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia]], atau Masyumi.{{sfn|Syafruddin|1998|p=128}} Sewaktu menjabat di dewan Masyumi,{{sfn|Syafruddin|1998|p=132}} Fakih menjadi anggota Syu Sangi In, dewan penasihat Jepang, di Surabaya; ia memegang jabatan ini hingga tahun 1945.{{sfn|Syafruddin|1998|p=129}}
 
Baris 52:
Di Malang, Fakih bergabung dengan [[Masjkur]] dan [[Zainul Arifin]] untuk membentuk kelompok revolusi yang dibentuk dari kelompok Sabilillah dan Hizbullah, yang pernah dilatih Jepang; Fakih sendiri menjadi wakil pemimpin satuan tersebut. Setelah [[Agresi Militer Belanda II]] diluncurkan pada bulan Desember 1948, Fakih dan keluarganya melarikan diri ke [[Surakarta]]; di kota itu Fakih menjadi aktif dengan Muhammadiyah lagi. Ia menjadi salah satu wakil ketua, di bawah [[Bagus Hadikusumo]], dan harus pulang pergi kerja antara Surakarta dan Yogyakarta.{{sfn|Syafruddin|1998|p=132}}
 
== Menteri Agama ==
[[Berkas:Fakih Usman Suara Rakyat 8 Apr 1952 p1.jpg|thumb|upright|left|Fakih sebagai Menteri Agama, tahun 1952]]
Pada akhir tahun 1949 pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan [[Konferensi Meja Bundar]], yang berbuah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 27 Desember 1949.{{sfn|Imran|1980|p=83}} Ini menjadi salah satu penyebab dibentuknya [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), yang terdiri dari enam belas negara bagian. Pada 21 Januari 1950 Fakih menggantikan Masjkur sebagai Menteri Agama dalam [[Kabinet Halim]], mewakili Republik Indonesia; pada saat itu, republik terdiri dari Yogyakarta, [[Banten]], dan sebagian besar [[Sumatera]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=133}} Bekerja sama dengan Menteri Agama RIS [[Wahid Hasyim]], Fakih mulai menetapkan kurikulum pelajaran agama standar di sekolah umum dan memodernisasi pendidikan di sekolah berbasis agama.{{sfn|Syafruddin|1998|pp=134–136}} Sementara, mereka juga bekerja untuk menyatukan kedua kementerian agama. Pada 17 Agustus 1950 RIS dan anggotanya menjadi satu republik, dengan Hasyim sebagai menteri agama.{{sfn|Syafruddin|1998|p=138}}
Baris 60:
Fakih dijadikan Menteri Agama dalam [[Kabinet Wilopo]]. Ia dilantik pada 3 April 1952; setelah itu, ia dan keluarga berpindah ke ibu kota Indonesia di [[Jakarta]]. Setiba di sana, Fakih mulai program reformasi dalam Kementerian Agama,{{sfn|Syafruddin|1998|p=141}} termasuk meresmikan tujuan kementerian: untuk menyediakan guru agama, mempromosikan hubungan antar-agama yang baik, dan menentukan tanggal hari raya. Ia juga berusaha untuk meninjau ulang struktur kementerian. Ini termasuk meresmikan hierarki kepemimpinan dan membentuk cabang di tingkat provinsi dan daerah. Kementerian juga melanjutkan peningkatan mutu pendidikan agama{{sfn|Syafruddin|1998|pp=142–144}} dan mengurus ribuan [[haji]] yang berangkat dari Indonesia ke [[Mekkah]] setiap tahun.{{sfn|Djurdi|2010|p=144}} Kabinet Wilopo bubar pada 30 Juli 1953,{{sfn|Syafruddin|1998|p=141}} setelah adanya masalah imigrasi dan sengketa tanah di [[Medan]]. Fakih diganti Masjkur.{{sfn|Syafruddin|1998|p=145}}
 
== Pekerjaan lanjutan ==
[[Berkas:Fakih Usman Speech Suara Rakyat 18 Nov 1953 p1.jpg|thumb|Fakih menyampaikan pidato di pertemuan Muhammadiyah, tahun 1952]]
Setelah menjabat sebagai Menteri Agama, Fakih terus bekerja dengan kementerian dan Muhammadiyah, sehingga menjabat sebagai Wakil Ketua I Muhammadiyah di bawah [[Ahmad Rasyid Sutan Mansur]];{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}}{{sfn|Syafruddin|1998|p=145}} pada tahun 1956 ia menjadi salah satu dari tiga anggota Muhammadiyah yang menyampaikan pandangan mereka mengenai masyarakat Islam sejati, yang mengutamkan pendidikan sosial.{{sfn|Basya 2009, A Century of Muhammadiyah}} Namun, Fakih lebih aktif dengan Masyumi. Setelah [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1955|Pemilihan Konstituante]] pada tahun 1955, Fakih dijadikan anggota [[Konstituante]], yang dimaksud untuk membentuk Undang-Undang Dasar baru. Namun, Konstituante tidak bisa mencapai kesepakatan, sehingga dibubarkan oleh Presiden [[Soekarno]] dalam [[Dekret Presiden 5 Juli 1959]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=146}} Pada tahun 1959 pula Fakih mendirikan majalah ''Pandji Masjarakat'' dengan [[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], Joesoef Poear Abdullah, dan Ahmad Joesoef.{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}}
Baris 72:
Dalam periode kedua Ahmad Badawi, Fakih bertugas sebagai penasihat dan bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi. Karena ia semakin sakit-sakitan, ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah pada Kongres Muhammadiyah Ke-37 pada tahun 1968, Fakih langsung mulai mencari penggantinya.{{sfn|Syafruddin|1998|p=150}} Pada 2 Oktober ia mengadakan pertemuan Dewan Muhammadiyah di rumahnya. Dalam pertemuan tersebut ia menggarisbesari rencananya untuk tiga tahun ke depan. Fakih juga menentukan Rasjidi dan [[Abdul Rozak Fachruddin]] sebagai pemimpin sementara saat Fakih pergi ke luar negeri untuk perawatan. Namun, meninggal pada hari berikutnya, hanya beberapa hari setelah dipilih. Ia digantikan Abdul Rozak Fachruddin pada hari yang sama;{{efn|Kebijakan Muhammadiyah menentukan bahwa, sebelum seorang ketua umum yang sudah meninggal dikebumikan, harus ada penggantinya {{harv|Djurdi|2010|p=182}}.}}{{sfn|Syafruddin|1998|p=151}} Fachruddin dipilih secara aklamasi dari calon-calon lain, dan menjadi ketua umum selama 24 tahun.{{sfn|Mohammad|2006|p=100}}
 
== Warisan ==
Pada tahun 1930-an, orang-orang Muslim konservatif tidak setuju dengan kegiatan Fakih, sehingga ia diberi julukan "{{lang|jv|''Londho silit ireng''}}" ("Orang Belanda berpantat hitam").{{sfn|Syafruddin|1998|p=123}} Orang-orang itu juga melempari rumahnya dengan batu.{{sfn|Syafruddin|1998|p=123}} Namun, dalam Muhammadiyah ia sampai sekarang dikenang dengan baik. Ia dianggap telah menentukan "Kepribadian Muhammadiyah", identitas kelembagaan Muhammadiyah.{{sfn|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}} Untuk menghormati Fakih, Muhammadiyah beranggapan bahwa periodenya sebagai ketua berlangsung selama tiga tahun, biarpun Fakih sudah meninggal setelah beberapa hari.{{sfn|Djurdi|2010|p=271}} Didin Syafruddin, seorang dosen di [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]], menulis bahwa Fakih beranggapan bahwa pendidikan sangat penting, sehingga lima dari tujuh anaknya bergelar [[doktor]].{{sfn|Syafruddin|1998|p=117}} Syafruddin juga menulis bahwa reformasi Fakih sebagai Menteri Agama terbatas karena terbatasnya daya sumber manusia.{{sfn|Syafruddin|1998|p=118}} Jalan tempat rumah Fakih sewaktu kecil sekarang diberi nama Jalan Fakih Usman.{{sfn|Syafruddin|1998|p=118}}
 
== Keterangan ==
{{Notelist}}
 
== Referensi ==
{{reflist|colwidth=30em}}
 
== Bacaan lanjutan ==
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite book
|title=Soedirman: Bapak Tentara Indonesia
|last=Adi
Baris 93:
|year=2011
}}
* {{Cite news
|title=A Century of Muhammadiyah and Modern Indonesia
|trans_title=Satu Abad Muhammadiyah dan Indonesia Modern
Baris 107:
|ref={{sfnRef|Basya 2009, A Century of Muhammadiyah}}
}}
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=2vZDhPYaBjsC
|title=1 Abad Muhammadiyah
Baris 118:
|location=Jakarta
}}
* {{cite book
|last=Imran
|first=Amrin
Baris 128:
|ref=harv
}}
* {{cite web
|title=KH Faqih Usman
|url=http://www.muhammadiyah.or.id/en/content-164-det-kh-faqih-usman.html
Baris 137:
|ref={{sfnRef|Muhammadiyah, KH Faqih Usman}}
}}
* {{cite book
|url=http://books.google.co.id/books?id=s3dw1plnW5gC
|last=Mohammad
Baris 148:
|ref=harv
}}
* {{cite book
|last=Syafruddin
|first=Didin