Angklung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up, replaced: dimana → di mana (5) |
|||
Baris 13:
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (''awi wulung'') dan bambu putih (''awi temen''). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa [[kerajaan Sunda]], di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah [[Hindia Belanda]] sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak- anak pada waktu itu.{{fact}}
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap [[Dewi Sri]] tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung.
Baris 30:
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di ''buruan'' (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: ''Lutung Kasarung'', ''Yandu Bibi'', ''Yandu Sala'', ''Ceuk Arileu'', ''Oray-orayan'', ''Dengdang'', ''Yari Gandang'', ''Oyong-oyong Bangkong'', ''Badan Kula'', ''Kokoloyoran'', ''Ayun-ayunan'', ''Pileuleuyan'', ''Gandrung Manggu'', ''Rujak Gadung'', ''Mulung Muncang'', ''Giler'', ''Ngaranggeong'', ''Aceukna'', ''[[Marengo]]'', ''Salak Sadapur'', ''Rangda Ngendong'', ''Celementre'', ''Keupat Reundang'', ''Papacangan'', dan ''Culadi Dengdang''. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.
Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.
Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
Baris 38:
Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi tarian reyog ponorogo di jawa timur.
angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang sangat keras, memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik (tidak seperti angklung umumnya ang berbentuk kubus) dengan hiasan benang berumbai-rumbai warna yang indah.
di kisahkan angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9, ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk bila didengar akan merasakan getaran spiritual.
Dalam sejarahnya angklung Reyog ini digunakan pada film: Warok Singo Kobra (1982), Tendangan Dari Langit (2011)
Baris 51:
=== Angklung Dogdog Lojor ===
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat [[Kasepuhan Pancer Pangawinan]] atau kesatuan adat [[Banten Kidul]] yang tersebar di sekitar [[Gunung Halimun]] (berbatasan dengan [[jakarta]], [[Bogor]], dan [[Lebak]]). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya.
Baris 160:
=== Angklung Toel ===
Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo sekitar tahun 2008.
=== Angklung Sri-Murni ===
Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang khusus diciptakan untuk keperluan
robot angklung.
yang nadanya sama, sehingga akan menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan efek angklung melodi maupun angklung akompanimen.
Baris 179:
=== Angklung solo ===
Angklung solo adalah konfigurasi
palang sehingga bisa dimainkan satu orang saja.
Sesuai dengan konvensi nada diatonis, maka ada dua jajaran gantungan angklung,
Baris 203:
sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi.
Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung:
* '''Kurulung''' (getar), merupakan teknik paling umum dipakai,
* '''Centok''' (sentak), adalah teknik
* '''Tengkep''', mirip seperti kurulung namun salah satu tabung ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor.
Baris 222:
# Mempelajari lagu. Bersama-sama, pelajari dan telusuri alur lagu, mana bait-bait dan chorus yang harus diulang. Perlahan-lahan mainkan lagu ini dibawah pimpinan konduktor. Disarankan agar selama latihan awal semua nada di-centok saja, jangan dikurulung dulu.
# Menghafal not. Perlahan-lahan para pemain diminta menghafal not-not lagu dan bagian permainannya.
# Meningkatkan teknik. Ini tahap polesan akhir,
# Koreografi. Jika akan tampil dipentas, bisa mulai dipikirkan improvisasi agar para pemain melakukan gerakan yang menarik, tidak berdiri kaku terus menerus.
== Angklung interaktif ==
Angklung interaktif adalah kegiatan
# Konduktor membuka satu layar besar bertuliskan lagu dalam not angka, lalu mengajak para peserta memainkan angklung yang tepat dengan menunjuk nada pada layar.
# Konduktor mengajarkan isyarat tangan untuk nada-nada tertentu pada penonton, kemudian memimpin suatu lagu dengan memberikan isyarat yang tepat secara berurutan untuk diikuti para peserta. Isyarat tangan ini di-adaptasi oleh Mang Udjo, berdasar isyarat yang dikembangkan oleh [[John Curwen]].
# Sebelumnya, Pak Daeng Soetigna menggunakan isyarat gambar binatang untuk melatih anak-anak TK.<ref>{{cite web|url=http://klungbot.com/rahasia-angklung-padaeng-3-sarinande-dan-tk///|title=Angklung Sarinande dan TK|accessdate=2012-12-29}}</ref>
[[Berkas:
== Modernisasi angklung ==
Baris 243 ⟶ 242:
* Angklung otomatis, Tugas akhir Kadek Kertayasa di STIKOM Surabaya <ref>{{cite web|url=http://www.antaranews.com/berita/1255093952/mahasiswa-stikom-suraba..|title=Angklung Otomatis|accessdate=2012-03-31}}</ref>
* Tra-digi, angklung robot yang dikontrol oleh i-pod, ciptaan Hasim Ghozali.
|title=Angklung+Apple=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/160439|title=Tra-Digi|accessdate=2012-03-31}}</ref>
* Klungbot, robot angklung yang mula-mula dikreasi oleh Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika <ref>{{cite web|url=http://sains.kompas.com/read/2010/10/21/21324567/Klungbot..Robot.Pemain.Angklung|title=Klungbot|accessdate=2012-03-31}}</ref>, kemudian dilanjutkan oleh Eko Mursito Budi.
== Sumber rujukan ==
Baris 263 ⟶ 262:
* {{id}} [http://klungbot.engineering.or.id/ Klungbot]
* http://www.westjavakingdom.info
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
|