Friedrich Silaban: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: dimana → di mana (2)
Baris 1:
[[Berkas:Arsitek Silaban dan Bung Karno.jpg|right|thumb|F. Silaban dan Bung Karno]]
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]|[[Silaban]]}}
'''Ars. Frederich [[Silaban]]''' ({{lahirmati|[[Bonandolok]], [[Sumatera Utara]]|16|12|1912|[[Jakarta]]|14|05|1984}}) adalah seorang ''opzichter''/[[arsitek]] generasi awal di negeri [[Indonesia]]. Dia merupakan seorang arsitek otodidak. Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah Teknik Menengah) namun ketekunannya membuahkan beberapa kemenangan sayembara perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Dan seiring perjalanan waktu, ia terkenal dengan berbagai karya besarnya di dunia arsitektur dan rancang bangun dimanadi mana beberapa hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut.
 
Frederich Silaban telah menerima anugerah [http://www.setneg.ri.go.id/bint_jasa_hormat/bint_jasa.htm Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil] berupa Bintang Jasa Utama dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Mesjid Istiqlal.
Baris 7:
Frederich Silaban juga merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di ''Lentera'' dan lembaran kebudayaan harian ''Bintang Timur'' mulai tanggal [[16 Maret]] [[1962]] yakni sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat, ''onderbouw'' [[Partai Komunis Indonesia]]) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan Nasional (''onderbouw'' Partai Nasional Indonesia) dan Lembaga Seni Budaya Indonesia (Lesbi) milik Pesindo.
 
Selain itu, Frederich Silaban juga berperan besar dalam pembentukan [[Ikatan Arsitek Indonesia]] (IAI). Pada April [[1959]], Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada Konperensi Nasional di Jakarta, yakni pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) dimanadi mana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana". Mereka berpendapat pekerjaan perencanaan-perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (''profit oriented''). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat [[bisnis]] komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan tanggung jawabnya secara [[yuridis]]/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di [[Bandung]] pada tanggal 16 dan 17 September 1959. pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Frederich Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan [[Arsitektur]] [[Institut Teknologi Bandung]] tahun 1958 dan 1959. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.
 
== Hasil Karya ==
Baris 41:
* {{id}} [http://www.iai.or.id/01_sekilas.php Sejarah Pembentukan Ikatan Arsitektur Indonesia]
* {{id}} [http://www.silaban.net/tag/alm.-ars.-f.-silaban Artikel-artikel mengenai Frederich Silaban]
 
{{DEFAULTSORT:Silaban, Frederich}}
 
{{lifetime|1912|1984|}}
 
{{DEFAULTSORT:Silaban, Frederich}}
[[Kategori:Tanggal kelahiran 16 Desember]]
[[Kategori:Kelahiran 1912]]