Baradatu, Way Kanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95 (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 125.163.216.42 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Kenrick95Bot
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 29:
Penduduk Baradatu semakin bertambah dengan datangnya gelombang pendatang, utamanya dari tanah [[Jawa]]. Pendatang yang bermukim di Baradatu ini sebagian besar merupakan transmigran. Terdapat dua pola transmigran yang mulai migrasi sejak tahun 1957-1958 ini.
 
Pola pertama, [[Transmigrasi Umum]] (TU) yang kebanyakan bermukim di kampung-kampung sebelah barat [[Jalan Lintas Tengah Sumatera]] yang baru dibentuk kemudian. Kampung-kampung itu saat ini bernama [[Taman Asri]], [[Campur Asri]], dan [[Mekar Asri]]. Penduduk pendatang ini banyak yang berasal dari [[Yogyakarta]], [[Surabaya]], [[Bojonegoro]], termasuk [[Bandung]] dan [[Sumedang]]. Oleh penduduk pendatang, nama-nama kota asal ini masih digunakan sebagai penanda lokasi tempat tinggal mereka. Secara administratif [[nomenklatur]] yang dipakai adalah nama desa semisal [[Taman Asri]]. Namun, di wilayah Taman Asri terdapat kantong (enclave) penduduk yang berasal dari Surabaya atau Bojonegoro sehingga mereka lebih suka menyebut tinggal di 'Surabaya' atau 'Bojonegoro' ketimbang tinggal di [[Taman Asri]]. [[Daerah kantong]] ini kira-kira seluas Rukun Warga (RW).
 
Pola kedua penduduk pendatang tergabung dalam [[Transmigrasi Veteran]] (Transvet) Tahun 1959 dan 1961. Transmigran pola ini bermukin di wilayah sebelah selatan [[Jalan Lintas Tengah Sumatera]]. Saat ini mereka bermukim di [[Desa Bhakti Negara]], [[Setia Negara]], dan [[Gedung Rejo]]. Transmigran ini kebanyakan berasal dari [[Solo]], [[Yogyakarta]], [[Kedu]], [[Madiun]], dan [[Kediri]]. Seperti halnya penduduk transmigrasi umum, mereka mengidentifikasi sebagai orang [[Solo]] atau [[Madiun]] untuk menyebut 'RW' mereka.
Baris 45:
[[Air Terjun Semarang]] ini memiliki ketinggian hingga 30 meter. Berada di aliran sungai kecil, [[Sungai Kayu Agung]] yang mata airnya tidak jelas berasal dari mana. Sejumlah penduduk menyebut mata airnya berasal dari sejumlah mata air kecil di cekungan-cekungan wilayah Baradatu yang berbukit-bukit. Ditambah sisa [[irigasi]] pengairan [[padi]] yang mengaliri cekungan-cekungan itu. Saat ini [[Air Terjun Semarang]] semakin sepi. Debit [[Sungai Kayu Agung]] juga menyusut drastis. Mungkin karena cekungan-cekungan di hulu Sungai Kayuagung mulai dibuka menjadi lahan pertanian.
 
Selain [[Air Terjun Semarang]] penduduk Baradatu dahulu banyak yang menghabiskan waktu luang bertamasya di Way Neki yang melintasi Desa Gedung Rejo, dan [[Sungai Way Besai]] yang melintasi [[Desa Suko Sari]]Penduduk banyak menyebutnya sebagai [[daerah 61]]Disebut demikian karena daerah 61 merupakan salah satu tempat transmigrasi veteran (tranvet) di Baradatu yang dilakukan tahun 1961. Di sungai ini penduduk banyak melakukan kegiatan memancing atau mandi berenang. Namun, seperti halnya [[Air Terjun Semarang]], [[Sungai Way Besai]] mulai kehilangan peminatnya.
 
{{Baradatu, Way Kanan}}