Anwar Sutan Saidi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa ) |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 21:
}}
'''Anwar Sutan Saidi''' ({{lahirmati|[[Sungai Puar, Agam]], [[Sumatera Barat]]|19|4|1910|[[Kota Padang|Padang]]|1|06|1976}}) adalah pengusaha dan aktivis pergerakan kemerdekaan asal Indonesia. Dia merupakan salah satu dari sedikit konglomerat Indonesia sebelum masa [[Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan]].
== Bisnis ==
Anwar hanya menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar 5 tahun di [[Payakumbuh]]. Tak sempat melanjutkan pendidikannya, Anwar terjun ke dunia bisnis pada usia 16 tahun. Pada mulanya ia bekerja dengan pamannya, kemudian ia terus mengembangkan usahanya sendiri. Salah satu usahanya adalah mengumpulkan hasil kerajinan tangan masyarakat [[Kabupaten Agam|Agam Tuo]] (''Oud Agam''). Pada tahun 1930, dia mendirikan bank,<ref name=Deliar/> yakni Bank Tabungan Saudagar di [[Bukittinggi]]. Bank ini kemudian berubah nama menjadi Bank Nasional Abuan Saudagar, yang pada akhirnya menjadi Bank Nasional.<ref>Audrey R. Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998, 2005</ref> Tahun 1938 ia memprakarsai berdirinya empat perusahaan, yaitu PT Inkorba, PT Bumi Putera, PT Andalas, dan PT Fort de Kock. Di Bukittinggi, ia juga mendirikan perusahaan penerbitan NV Nusantara. Perusahaan ini banyak menerbitkan buku-buku sastra yang menjadi bacaan wajib anak-anak sekolah. Bersama putranya Rustam Anwar, ia mengelola penerbitan ini hingga menjadi salah satu yang terbesar di Sumatra. Anwar juga membangun Hotel Minang di Bukittinggi dan Danau Singkarak (Nagari Batu Taba). Pada tahun 1964 ia mengaktifkan kembali pabrik Tenun Padang Asli yang sudah lama ditutup.
Setelah Anwar wafat, perusahaan-perusahaannya banyak yang mundur. Pada akhir 1990-an, gubernur [[Hasan Basri Durin]] menjual aset Bank Nasional kepada [[Grup Bakrie]] dan [[Aminuzal Amin]]. Kelompok itu kemudian mengubah nama Bank Nasional menjadi Bank Nusa Bakri.<ref>Aziz Thaib dkk., Buku Peringatan 40 Tahun PT Bank Nasional, Bukittinggi: PT Bank Nasional, 1970</ref>
== Pergerakan ==
Pada tahun 1940, Anwar pernah mengirim 3 orang pemuda untuk belajar kepada [[Mohammad Hatta]]. Pada masa itu, Mohammad Hatta memang mengajar ketiga pemuda tersebut dan seorang pemuda yang memang asli berasal dari [[Banda Neira]].<ref name=Deliar>[[Deliar Noer|Noer, Deliar]] (2012). ''Mohammad Hatta:Hati Nurani Bangsa''. hal.56. [[Jakarta]]:Penerbit Kompas. ISBN 978-979-709-633-5.</ref>
== Karya ==
|