Pangeran Antasari: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 4 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 8683809 oleh Wagino Bot: tanpa referensi |
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ] |
||
Baris 19:
|place of death =[[Bayan Begok]], [[Kalimantan Tengah]]
}}
'''[[Pangeran]] Antasari''' (lahir di Kayu Tangi, [[Kesultanan Banjar]], [[1797]] atau [[1809]]– meninggal di Bayan Begok, [[Hindia-Belanda]], [[11 Oktober]] [[1862]] pada umur 53 tahun) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]].
Ia adalah [[Sultan Banjar]].
Semasa muda nama dia adalah '''Gusti Inu Kartapati'''. Ibu Pangeran Antasari adalah ''Gusti Hadijah binti Sultan [[Sulaiman dari Banjar|Sulaiman]]''. Ayah Pangeran Antasari adalah ''Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir''. Pangeran Amir adalah anak Sultan [[Muhammad Aliuddin Aminullah]] yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai [[Sultan Tahmidullah II]] Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri.Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama ''Ratu Antasari'' alias ''Ratu Sultan Abdul Rahman'' yang menikah dengan ''Sultan Muda [[Abdur Rahman dari Banjar|Abdurrahman]] bin Sultan Adam'' tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.▼
▲Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama ''Ratu Antasari'' alias ''Ratu Sultan Abdul Rahman'' yang menikah dengan ''Sultan Muda [[Abdur Rahman dari Banjar|Abdurrahman]] bin Sultan Adam'' tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.
Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.
Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari.
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.
[[Perang Banjar]] pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di [[Pengaron, Banjar|Pengaron]] tanggal [[25 April]] [[1859]]. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, [[Distrik Riam Kanan|Riam Kanan]], Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
▲[[Perang Banjar]] pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di [[Pengaron, Banjar|Pengaron]] tanggal [[25 April]] [[1859]]. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, [[Distrik Riam Kanan|Riam Kanan]], Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.<ref>{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&lpg=PA306&dq=sejarah%20banjar&pg=PA306#v=onepage&q&f=false |title=Sejarah Indonesia Modern 1200–2008|publisher=Penerbit Serambi|isbn=9790241151}}ISBN 978-979-024-115-2</ref>
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Baris 48 ⟶ 40:
{{cquote|...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...}}
Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.
# Antasari dengan anak-anaknya
# [[Demang Lehman]]
Baris 54 ⟶ 46:
# [[Soero Patty]] dengan anak-anaknya
# Kiai Djaya Lalana
# Goseti Kassan dengan anak-
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, [[Sampirang I, Teweh Timur, Barito Utara|Sampirang]], dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, [[Tundakan, Awayan, Balangan|Tundakan]].
▲Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, [[Sampirang I, Teweh Timur, Barito Utara|Sampirang]], dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, [[Tundakan, Awayan, Balangan|Tundakan]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=6 |url=http://books.google.co.id/books?id=9HoORATgVd8C&lpg=PA6&dq=antasari&pg=PA6#v=onepage&q=antasari&f=false|title=100 Pahlawan Nusantara: Mengenal Dan Meneladani Para Pahlawan Melalui Kisah Perjuangan Mereka Dalam Mewujudkan Dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia|publisher=AgroMedia|isbn=6028526347}}ISBN 978-602-8526-34-0</ref> Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama [[Muhammad Seman]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=70 |url=http://books.google.co.id/books?id=_snbqhhkqPkC&lpg=PA70&dq=antasari&pg=PA70#v=onepage&q=antasari&f=false |title=IPS : - Jilid 5|publisher=ESIS|isbn=9797346013}}ISBN 978-979-734-601-0</ref>
Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal [[11 November]] 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali [[Komplek Makam Pangeran Antasari|Taman Makam Perang Banjar]], Kelurahan [[Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Surgi Mufti]], Banjarmasin.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal [[27 Maret]] [[1968]].
{{kotak mulai}}
|