Desa '''[[Kauman]]''' adalah sebuah nama [[desa]] di wilayah [[Karangrejo, Magetan|Kecamatan Karangrejo]], [[Kabupaten Magetan]] , Kotamadya Madiun , Provinsi [[Jawa Timur]] . Setelah hampir berakhirnya [[Perang Diponegoro]] , banyak para pengikut setia diabeliau dari Yogyakarta yang pindah ke Kauman , dan para pendatang tersebut sebagian terdiri dari para kerabat Kanjeng Pangeran Diponegoro , para prajurit setia Pangeran Diponegoro , dan juga para kawula ( rakyat ) yang kebanyakan sangat mumpuni di dalamdidalam tehnik pembuatan gamelan ( gamelan Jawa ) . Bahan gamelan tersebut berasal dari campuran perunggu , timah putih , dan tembaga dengan perbandimgan 3 : 10 ( 3 untuk timah dan 10 untuk tembaga ) , sehingga orang Jawa menyebutnya sebagai "Gongsa" ( dari Bahasa Jawa yang berarti tiga dan sepuluh ) . Hingga sekarang di Desa Kauman masih lestari aktivitas pembuatan gamelan . Pada masa penjajahan Belanda / sebelum lahir Negara Indonesia yang bercorak Republik , Desa Kauman berada dididalam dalamlingkup lingkup/didalamdidalam wilayah Kabupaten Purwodadi ( Kadipaten PrwodadiPoerwodadi ) , yakni sebuah kabupaten / kadipaten yang pemerintahannya bercorak Keraton Islam . Kala itu secara turun temurun kepemimpinan dibidang pemerintahan dipegang oleh SEORANG BUPATI / ADIPATI yang didampingi oleh kepempinan Ulama Islam ( Ulama sepuh ) dengan jabatan PENGHOLOE LANDRAAD) .