Balunijuk, Merawang, Bangka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 17:
Jenis sayur yang menjadi kebanggaan masyarakat Balunijuk sangat beragam, mulai dari jenis sayuran hijau sam[ai sayuran kacang-kacangan. Hampir semua jenis sayuran khas indonesia ada di daerah tersebut, seperti sawi hijau, [[kangkung]], [[bayam]], dan holtikultura lainnya, disamping itu ada jenis kacang-kacangan seperti kacang panjang, kacang buncis dan lainnya. hanya beberapa jenis sayuran yang belum bisa diproduksi oleh penduduk Balunijuk karena cuaca dan keadaan lingkungan seperti wortel, kol, dan kentang.
==SEJARAH==
Dahulu desa Balunjuk merupakan bentangan hutan yang kondisi alamnya memiliki bukit berada di sebelah selatan antara desa Kimak dan Baturusa. Dari desa Kimak, perjalanan menuju Balujijuk ditempuh dengan jalan setapak melintasi hutan melalui sungai, desa Limbung dan desa Jadabarin hingga di kawasan perbukitan hutan Jelutung. Sedangkan tumbuhan yang banyak tumbuh berupa pohon seru, ulin, medang, meranti terentang enau, nira, duren, duku, cempedak, manggis, dll. Tdak jauh berbeda dengan hutan yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Pembukaan hutan tersebut dipelopori oleh dua tokoh masyarakat yang pemberani dari desa Kimak yaitu akek Mail dan sahabatnya akek Sureh diperkirakan antara tahun 1910 sampai 1915 ladang yang baru dibuka tersebut belum memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk. Dimana pada waktu itu masih merupakan pondok (rumah kebun) yang dindingnya terbuat dari kulit kayu sedangkan atapnya terbuat dari daun Rumbia. Pada waktu itu, kebun dan hutan merupakan sumber makanan, yang berlimpah untuk lauk mereka mendapatkan dengan cara berburu binatang seperti pelanduk (kancil), kijang, rusa, burung dll. Akeh Mail dan Akeh Sureh beserta teman-temannya setiap habis dari huma/hume (padi) setiap pagi dan sore mereka beramai-ramai mandi di Lelap yang letaknya takjauh dari jalan menuju desa Jadahbahrin. Lama-kelamaan dari masyarakat seberang utara yaitu Kimak berduyun-duyun mencoba membuka hutan tersebut untuk pertanian terutama padi Tugalan, Singkong, Ubi Jalar, Jagung dan palawija lainnya yang digunakan untuk kebutuhan makan sehar-hari. Pembukaan lahan sebagai pertanian kian berlanjut, kali ini dilakukan oleh tokoh masyarakat yang berasal dari Baturusa yaitu H. Satar, dan H. Suleh, yang membuka hutan disebelah timur menjelang tahun 1918. Rute yang dilalui oleh kelompok masyarakat yang berasal dari Baturusa ini, membuka jalan dari desa Pagarawan.
Lama-kelamaan dua kelompok masyarakat ini membaur, sekarang ini bukti-bukti pembauran tersebut bila ditelusuru masih dapat ditemukan yaitu untuk kelompok masyarakat dari Kimak tokoh-tokohnya antara laih adalah: H. Sakni, H.Abdulah, H. Sahir, H.Yunus, Akek Pi’i, Akek Raye, dan Akek Mu’in. Anak dan keturunannya mendominasi pemukiman tempat tinggal di dusun II dan dusun III. Sedangkan untuk masyarakat dusun I didominasi dari keturunan masyarakat yang berasal dari Baturusa. Kedua kelompok masyarakat ini hidup secara rukun berdampingan dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Sehingga pada perkembangannya kedua kelompok ini terjadi pembauran dan melahirkan generasi baru. Lama-kelamaan komunitas ini semakin bertambah sehingga berkembang menjadi perkampungan, sebelum menjadi desa pada tahun 1926 terbentuklah Kampung Baru yang diketuai Oleh Mat Ali (menurut catatan kecamatan Baturusa), pada waktu itu penamaan masih beragam sebagian penduduk ada yang menamakan Sinar Bukit dan Kampung Bukit dibawah pemerintahan desa Baturusa. Setelah masa jabatan Mat Ali, ketua berikutnya adalah Abdul Rasak, Zamhur, Zarkum, dan yang terahir adalah Mustar Yakub.
Baris 38 ⟶ 39:
Kentalnya tradisi keagamaan di Balunijuk ditunjukkan dengan adanya kegiatan nganggung yang tidakhanya dilakukan pada saat perayaan hariraya saja, melaikan juga pada peringatan maulid nabi Muhammad SAW, perayaan Satu Muharam, buka Puasa Enam (dilaksanakan pada dua minggu dari Idul fitri ), dan nujuhari (hari ke-7 wafat). Khusus untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Balunijuk merayakannya dengan Hari Raya Maulid Nabi Muhammad SAW. Uniknya pada perayaan itu suasana desa
macet total dipenuhi oleh berbagai pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah seluruh Bangka perayaan yang unik dan cukup mewah terjadi pada masing-masing rumah dimana tersedia makanan dan minuman yang boleh dinkmati oleh siapa saja yang berkunjung baik dikenali ataupun tidak semua yang datang tetap disuguhi berbagai makanan. (jumnahdi)
{{Merawang, Bangka}}
{{desa-stub}}
|