Khidr: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
reviewed |
revised |
||
Baris 1:
'''Al-
Dalam bukunya yang berjudul ''“Mystical Dimensions of Islam”'', oleh penulis [[Annemarie Schimmel]], Khidr dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah [[Idris]], [[Ilyas]], dan [[Isa]] .<ref>Annemarie Schimmel, Mystical Dimensions of Islam, (Chapel Hill: University of North Carolina Press. 1975), 202.</ref> Khidr abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Khidr adalah masih sama dengan seseorang yang bernama '''[[Elia]]'''.<ref>“Muslim version of Elijah” George K. Anderson. The Legend of the Wandering Jew (Providence: Brown University Press. 1965), 409; Exhaustive material on Khidr’s resemblance with Elijah is presented in Friedlaenders “Khidr” in the Encyclopedia of Religion and Ethics (New York: Charles Scribner’s Sons, 1915), 693-95.</ref> Ia juga diidentifikasikan sebagai '''St. George'''.<ref>Peter L. Wilson, “The Green Man: The Trickster Figure in Sufism”, in Gnosis Magazine 1991, 23.</ref> Di antara pendapat awal para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa “Karakter Khidr dibentuk dari Yitro.”<ref>On Rodwell, see W.M. Thackston Jr.. The Tales of the Prophets of al-Kisai /(Boston: Twayne Publishers, 1978), xxiv.</ref>
Baris 6:
== Etimologi ==
Al-
==Genealogi==
Baris 14:
== Biografi ==
[[Berkas:Al-khidr.jpg|thumb|Al-
=== Teguran Allah kepada Musa ===
Kisah [[Musa]] dan
“Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu dia ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu [[Allah]] menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”
Baris 54:
Kejadian yang kedua, Nabi Khidir menjelaskan bahwa dia membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang [[shalih]] dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.
Kejadian yang ketiga (terakhir), Nabi Khidir menjelaskan bahwa rumah yang dinding diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik [[yatim]] yang tinggal di kota tersebut.
Akhirnya Nabi Musa sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidir. Akhirya mengerti pula Nabi Musa dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ''ilmu ladunni''. Ilmu ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Nabi Khidir yang bertindak sebagai seorang [[guru]] banyak memberikan nasihat dan menyampaikan [[ilmu]] seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi Musa menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.
Baris 67:
Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak di luar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidir ini juga menunjukan bahwa [[Islam]] memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.
==
{{reflist|2}}
==
* Fuadi, Alwi, Nabi Khidir, LKis, Yogyakarta, 2007▼
* {{en}} [http://www.sunnah.org/history/prophets/Khidr.htm Khidr (al-Khadir)]
* {{en}} [http://www.sunnah.org/history/prophets/khidr_in_ahadith.htm Khidr in Al-hadith]
Baris 80 ⟶ 79:
* [http://www.britannica.com/EBchecked/topic/316616/al-Khidr al-Khidr]
==
▲* Fuadi, Alwi, Nabi Khidir, LKis, Yogyakarta, 2007
== Pranala luar ==
|