Ali bin Abdurrahman Alhabsyi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di masa + pada masa , -Di masa +Pada masa , - di Masa + pada Masa )
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
Baris 33:
Ia mulai melaksanakan maulid akhir Kamis bulan Rabiul Awwal setelah wafatnya Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi sejak tahun 1338 H/1920 M sampai 1355 H/1937 M di madrasah [[Jamiat Kheir]].
 
Dalam rangka memantapkan tugas dakwahnya, Habib Ali membangun Masjid ar-Riyadh tahun 1940-an di Kwitang serta di samping masjid tersebut didirikannya sebuah madrasah yang diberi nama Madrasah ''Unwanul Falah''. Tanah yang digunakan untuk membangun masjid tersebut merupakan wakaf yang sebagian diberikan oleh seorang betawi bernama Haji Jaelani (Mad Jaelani) asal Kwitang<ref>{{cite web|url=http://books.google.com/books?id=HeIoTLPRNbcC&printsec=frontcover&dq=maria+van+engels&source=gbs_similarbooks_s&cad=1#v=onepage&q&f=false | title="Saudagar Baghdad dari Betawi"}}Shahab, A: ''Saudagar Baghdad dari Betawi'', hal 43. Penerbit Republika, 2004. ISBN 979-3210-30-3</ref>. Banyak ulama [[betawi]] atau [[Jakarta]] yang pernah menjadi muridnya atau pernah belajar di madrasah yang didirikannya. Di antara muridnya yang terkenal adalah K.H. ‘Abdullah Syafi’i (pendiri majlis taklim '''Assyafi'iyah''', K.H. Thahir Rohili (pendiri majlis taklim '''Atthohiriyah''' dan K.H. Fathullah Harun (ayah dari Dr. Musa Fathullah Harun, seorang bekas pensyarah UKM).
 
Saat meninggalnya Habib Ali, stasiun penyiaran TV satu-satunya Indonesia saat itu, TVRI, menyiarkan berita wafatnya.<ref name="habibalikwitang1">{{cite web|url=http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/2010/02/28/habib-ali-bin-abdurrahman-al-habsyi-kwitang/ | title="Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (Kwitang)"}}</ref>
Habib Salim bin Jindan membaiat putera Habib Ali yang bernama Muhammad untuk meneruskan perjuangan keagamaan yang dilakukan ayahnya.
 
Baris 48:
 
Menurut Muhammad Asad, penulis lebih dari 20 buku yang terbit di Timur
Tengah yang puluhan tahun mengenal Habib Ali, menilai, bahwa majelis taklimnya dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena inti ajaran Islam yang disuguhkannya berlandaskan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, serta akhlakul karimah. Ia juga menjelaskan bahwa ajaran dakwah Habib Alwi berupa pelatihan kebersihan jiwa, tasauf mu’tabarah dan dialog antara makhluk dengan al-Khalik serta antara sesama mahluk. Habib Ali tidak pernah menglajarkan ideologi kebencian, iri, dengki, [[ghibah]], [[fitnah]] dan [[namimah]]. Sebaliknya, Habib Ali mengembangkan tradisi kakek-kakeknya dari keluarga [[ahlul bait]] yang intinya menjunjung tinggi nilai kemanusian, menghormati hak-hak setiap manusia tanpa membedakan manusia atas latarbelakang status sosial mereka.<ref>{{cite web|url=http://www.muslimdelft.nl/titian-ilmu/biografi/habib-ali-kwitang-yang-mempersaudarakan-para-kyai | title="Habib Ali Kwitang yang Mempersaudarakan Para Kyai" | publisher=muslimdelft.nl | accessdate=2010-07-20}}</ref>
 
== Lihat pula ==
 
* [[Arab-Indonesia]]
* [[habib]]
Baris 58 ⟶ 59:
 
== Referensi ==
 
* {{id}} [http://pondokhabib.wordpress.com/2009/08/14/habib-ali-kwitang/ Habib ‘Ali Kwitang]
* {{id}} [http://web.archive.org/20071120035316/ajisetiawan1.blogspot.com/2007/06/habib-ali-bin-abdurahman-bin-abdullah.html Habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi]