Kawak, Pakis Aji, Jepara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
'''Kawak''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Pakis Aji, Jepara|Pakis Aji]], [[Kabupaten Jepara|Jepara]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
[[Berkas:Logo Desa Kawak.jpg|thumb|200px|Logo Wisata "KAWAK" Desa Wisata]]
==Geografis==
Desa Kawak sebelah timur berbatasan dengan desa [[Guyangan, Bangsri, Jepara|Guyangan]], pada sebelah barat berbatasan dengan desa [[Slagi, Pakis Aji, Jepara|Slagi]], dan sebelah utara berbatasan dengan desa [[Jambu Timur, Mlonggo, Jepara|Jambu Timur]], sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan desa [[Suwawal Timur, Pakis Aji, Jepara|Suwawal Timur]].
Baris 26:
==Sejarah==
Banyak kalangan menilai Ratu Shima yang hidup di abad VII masehi memiliki wilayah kekuasaan di Jepara. Bahkan, ada salah satu desa di Jepara yang konon dan dipercaya sudah ada sejak jaman Ratu Shima hingga sekarang<ref>http://www.murianews.com/2016/02/06/70756/desa-kawak-jepara-sudah-ada-sejak-ratu-shima-ini-buktinya.html</ref>, yakni Desa Kawak yang masuk wilayah Kecamatan Pakis Aji.
Seperti dijelaskan dalam buku Legenda, Mitos & Sejarah karya Hadi Priyanto. Banyak bukti ditemukan di sekitar Desa Kawak yang memperkuat dugaan tersebut. Di antaranya fragmen arca Syiwa, fragmen arca Durga, dua buah fragmen kaki arca, tiga buah fragmen kepala arca, dua buah lingga, dan beberapa batu kuno lainnya.
“Benda-benda peninggalan bersejarah tersebut kebanyakan ditemukan di dalam kompleks punden yang ada di Dukuh Kawak Wetan,” tulis Hadi.
Menurut tutur cerita, pada zaman pemerintahan Ratu Shima, Desa Kawak merupakan kawasan pura atau tempat peribadatan bagi umat Hindu. Oleh sebab itu Desa Kawak, oleh putri Ratu Shima dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.
Masyarakat setempat meyakini kompleks ditemukan banyak peninggalan sejarah itu semula merupakan tempat peribadatan kaum Hindu pada masa sebelum datangnya Islam.
Ketika Islam datang, pura tempat peribadatan itu tidak terawat lagi sehingga pada akhirnya hancur karena usia. Namun versi lain menyatakan bahwa dengan kedatangan Islam, maka dengan serta merta tempat peribadatan itu hancur dan diratakan dengan tanah.
Walaupun Islam datang, bukan berarti secara otomatis semua pemeluk Hindu berpindah menjadi pemeluk Islam. Sebagian dari mereka masih mempertahankan agama, dan tradisi Hindu yang mereka anut berabad-abad.
|