Natal, Mandailing Natal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andra Aliyev (bicara | kontrib)
Pada bagian Subbab Sejarah, penyunting menambahkan asal mula nama dari wilayah Natal.
Andra Aliyev (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
== Sejarah ==
[[Berkas:Karte Sumatra Mars.JPG|thumb|Peta tahun 1811 dengan letak Natal]]
Natal atau Nata, sejak berabad-abad lalu telah menjadi basis perdagangan bagi masyarakat [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]. Bersama kota-kota di pantai barat Sumatera Utara lainnya seperti Sibolga, Barus, dan Sorkam, kota ini memiliki pola budaya Minangkabau.<ref>Mrazek, Rudolf; Sjahrir: politics and exile in Indonesia, 1994</ref> Wilayah ini mulai berkembang sejak diteroka oleh Raja Putiah asal [[Kesultanan Indrapura]]. Peneroka lainnya adalah Pangeran Indra Sutan asal [[Kerajaan Pagaruyung]] dan ikut pula bersamanya Datuk Imam asal [[Ujung Gading, Lembah Melintang, Pasaman Barat|Ujung Gading]]. Dalam perkembangannya, wilayah ini kemudian menjadi kerajaan tersendiri yang dikenal sebagai Ranah Nata.<ref>Puti Balkis Alisjahbana, Natal Ranah nan Data, Dian Rakyat, Jakarta: 1996</ref> Masih terdapat kontroversi mengenai asal mula nama Natal. Ada yang mengatakan bangsa Portugis yang memberi nama tersebut karena ketika mereka tiba di Pelabuhan di Pantai Barat Mandailing, para pelaut Portugis mendapatkan kesan bahwa pelabuhan alam ini mirip dengan Pelabuhan di wilayah Natal yang berada di Afrika Selatan sekarang. Ada versi lain yang menyebutkan bahwa armada Portugis tiba di Pelabuhan ini tepat pada hari besar Natal sehingga mereka menamakan pelabuhan tersebut dengan nama Natal. Oleh Puti Balkis A Alisjahbana, adik kandung pujangga Sutan Takdir Alisjahbana menjelaskan bahwa kata "Natal" berasal dari dua ungkapan pendek masing-masingdalam bahasa Mandailing dan Minangkabau. Ungkapan dalam bahasa Mandailing yaitu "''Na Tarida''" yang artinya yang tampak (dilihat dari kaki Gunung Sorik Marapi di wilayah Mandailing Natal). Ungkapan ini kemudian berangsur-angsur menjadi Natar.<ref>Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, ''Profil Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014'', Hal 6.</ref>
 
Pada abad ke-16, Natal dikuasai oleh [[Kerajaan Aceh]]. Sejak tahun 1751-1825, Natal menjadi pos perdagangan Inggris. Setelah ditandatanganinya [[Traktat London]], Natal menjadi bagian pemerintah [[Hindia-Belanda]], yang pada tahun 1843 dimasukkan ke dalam Residensi Tapanuli. Setelah masa kemerdekaan, wilayah ini kemudian dimasukkan ke dalam administrasi [[Provinsi Sumatera Utara]].
Baris 34:
[[Berkas:Natal clinique 1.jpg|thumb|Rumah sakit Natal, dulu kantor dan kediaman ''assistent-[[residen]]t'' [[Eduard Douwes Dekker]], yang lebih dikenal dengan nama Multatuli]]
Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh terkenal Indonesia, seperti [[Sutan Takdir Alisjahbana]], [[Willem Iskandar]], dan [[Amrus Natalsya]].
 
= Air dan Sanitasi =
 
== Catatan kaki ==