Damanik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Radiusdanu (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Radiusdanu (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 69:
Sebelum kejadian pertarungan antara dua yang bersaudara ini diketahiu oleh masyarakat bahwa penguasa daerah seanteronya adalah wilayah Kerajaan Jumorlang kemudian berganti menjadi Kerajaan Siattar. Menurut Legenda dan fakta hidup dari peradapan kedua-duanya juga adalah keturunan dari raja Nagur nenek yang bermarga Damanik.
Dari fakta sejarah menurut peradapan Simalungun dapat disimpulkan bahwa orang yang berketepatan sebagai Raja di wilayah masing-masing ternyata berasal dari satu keturunan Nenek moyang yang tiba di Batubara. Namun julukan Damanik (kependekan dari Datu parmanik-manik = Damanik) nama julukan tersebut menjadi marga bagi generasi. Pada satu generasi yang sama muncul 3 (tiga) orang bersaudara berketepatan sama-sama Raja di wilayah masing-masing, terdiri dari :
Baris 93 ⟶ 92:
Generasi penerus dari marga Damanik dalam tarombo diketahui menurut panggilan masing-masing menurut tempat, nama julukan dalam kemargaan diuraikan sebagai berikut :
1. Damanik Bariba anak keturunan Raja Namartuah Raja Siattar Pertama
Baris 102 ⟶ 101:
1. 1. Anak keturunan Raja Uluan, Pamatang Sipolha di negeri Sijambur – Ajibata dan sebagainya.
Baris 116 ⟶ 115:
5. Anak keturunan Parbapaan di Pulau Raja Damanik – Simargolong).
1. Anak keturunan Raja Jumorlang diberi nama Ariurung Oppu Barita jabatan Bah Bolag (penguasa lautan) menjadi marga Damanik (Bah Bolag) berada di sekitar Pamatang Siantar.
1. Anak keturunan Damanik Nagur, Damanik Usang, Damanik Sola, Damanik Rappogos, Damanik Melayu, Damanik Bayu, Damanik Sarasa, Damanik Rih d.l.l.
Baris 130 ⟶ 129:
Mengenai kedudukan dalam tingkatan kelahiran masih dapat jelas ialah kerangka keluarga Damanik Bariba, sedangkan bagi Damanik Nagur dan Damanik Bah Bolag masih memerlukan waktu untuk mengumpulkan bahan sebagai fakta peradapan yang sangat berguna bagi generasi penerus.
Puanglima Parmata Tunggal adalah anak tunggal dari Raja Nagur yang terakhir menjadi Puanglima Kerajaan Nagur membantu Ayahandanya pada tahun 1295 M memimpin armada angkatan Laut terkenal dengan Kapal Perahu yang disebut “Lassaran” berhadapan dengan pasukan Panglima Kerajaan Singosari di Perairan Batubara Asahan. Armada Sang Puanglima Parmata Tunggal mengalami gempuran dari perahu-perahu besar (Jung) milik Kerajaan Singosari atas Pimpinan Panglima Indrawarman dari Kerajaan Jambi, hingga hancur. Puanglima dan pasukannya mengundurkan diri dari daerah pertempuran Sang Puanglima Parmata Tunggal bertahan di Kuba (Perdagangan).
Baris 138 ⟶ 137:
Dia menyamar dengan nama Raja Manualang dikenal sebagai manusia sakti. Dari Uluan meneruskan pengembaraannya tiba di Negeri Sipolha. Akhirnya berhasil menjadi pimpinan Negeri dengan nama Kerajaan Sipolha, dikenal dengan nama Datu Parmata Mamunjung. Kemudian pergi mengembara dan berhasil menduduki Kerajaan Siattar dalam legenda “Partodas ni Raja Jumorlang” dengan nama Raja Namartuah gelar Puanglima Parmata Tunggal, alias Raja Manualang, alias Datu Parmata Mamunjung, alias Datu Parmata Manunggal, alias Datu Partiga-tiga Sihapunjung.
==
Beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga Damanik dan marga-marga lain dalam Suku Simalungun berasal dari Nagore ([[India Selatan]]) dan [[Pegunungan Assam]] ([[India Timur]]) di sekitar abad ke-5 , menyusuri [[Birma]], ke [[Siam]] dan [[Malaka]] untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan [[Kerajaan Nagur]] dari raja dinasti Damanik.<ref>Herman Purba Tambak, SIB 3/9/2006, hlm. 9</ref>
Baris 185 ⟶ 184:
Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.
Oleh M. Muhar Omtatok
Baris 219 ⟶ 218:
Disini dikatakan bahwa Damanik bukanlah afiliasi atau sub-clan dari marga lain, baik yang ada di Simalungun maupun di luar Simalungun.
==DAMANIK DAN RANJI SERAT TUBUH==
Ranji Serat Tubuh merupakan keilmuan kuno pada masa animisme dan dinamisme. Ilmu ini memuasalkan huruf dengan titik-titik maya di tubuh manusia. Huruf atau carakan Jawa yakni ha na ca ra ka dan seterusnya diyakini penghayatnya sebagai sabda pangandikanipun dari Tuhan di Tanah Jawa.
|