Abdul Wahab Bugis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andiazamuddin (bicara | kontrib)
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: dari pada → daripada
Baris 1:
[['''Syekh Abdul Wahab Bugis]]''' (atau '''Syekh Abdul Wahab Bugis al-Banjari''') yang bergelar '''''Sadenreng Bunga Wariyah '''''adalah salah seorang ulama asal Bugis, namun ia banyak berkiprah hingga wafatnya di Tanah Banjar.
 
Kelahiran Syekh persisnya tidak diketahui, namun diperkirakan antara tahun 1725-1735 Masehi, mengingat usianya yang masih lebih muda dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.<ref>{{Web|url = http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2011/04/syekh-abdul-wahab-bugis-mengungkap.html|title = Syekh Abdul Wahab Bugis: Mengungkap Riwayat dan Perjuangan Dakwah Syekh Abdul Wahab Bugis|date = 3 April 2011|author = Sya'roni As-Samfuriy}}</ref>
 
Ia juga dikenal sebagai ''Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu)''<ref name=":0">{{Web|url = http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/07/18/mq3twd-muhammad-arsyad-albanjari-sang-matahari-agama-dari-kalimatan|title = Muhammad Arsyad al-Banjari Sang Matahari Agama dari Kalimantan|date = 18 Juli 2013|author = [[Republika (surat kabar)|Republika]]}}</ref>'' ''yang menuntut ilmu di [[Madinah]] dan [[Mesir]] bersama 3 sahabat lainnya yaitu [[Muhammad Arsyad al-Banjari|Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari]], [[Abdus Samad al-Palimbani|Syekh Abdus Shamad al-Palimbani]], dan [[Syekh Abdurrahman Mashri al-Jawi|Syekh Abdurrahman Mishri al-Jawi.]]<ref name=":0" />
Baris 12:
Syekh Abdul Wahab Bugis dikenal sebagai ''Empat Serangkai dari Tanah Jawi (Melayu) ''yang menuntut ilmu di [[Madinah]] dan [[Mesir]] bersama 3 sahabat lainnya yaitu [[Muhammad Arsyad al-Banjari|Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari]], [[Abdus Samad al-Palimbani|Syekh Abdus Shamad al-Palimbani]], dan [[Syekh Abdurrahman Mashri al-Jawi|Syekh Abdurrahman Mishri al-Jawi.]]<ref name=":0" /><ref>{{Web|url = http://www.republika.co.id/berita/shortlink/69382|title = Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan|date = 14 Agustus 2009|author = [[Republika (surat kabar)|Republika]]}}</ref>
 
Jika Syekh Muhammad Arsyad dan Syekh Abdus Samad al-Palimbani lebih banyak menghabiskan waktu mereka menuntut ilmu di Kota [[Mekkah]], maka Abdul Wahab bersama dengan sahabatnya Syekh Abdurrahman Misri lebih banyak menghabiskan waktu mereka menuntut ilmu di [[Mesir]].
 
Abdul Wahab tercatat sebagai salah seorang murid dari ''Syaikh al-Islam, Imam al-Haramain Allimul Allamah'' [[Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi]]. Itulah sebabnya ia mengiringi gurunya itu ke Kota [[Madinah]] ketika gurunya itu hendak mengajar, mengembangkan pengetahuan agama dan Ilmu Adab serta mengadakan pengajian umum.
 
Di sinilah empat serangkai kemudian bertemu
 
Selama di Madinah, ''Empat Serangkai'' juga sempat belajar ilmu tasawuf kepada [[Syekh Muhammad as-Samman al-Madani|Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani]], seorang ulama besar dan ''Wali Quthub'' di Madinah, sehingga akhirnya mereka berempat mendapat gelar dan ijazah khalifah dalam tarekat Sammaniyah Khalwatiyah
 
== Pulang dari Mekkah ==
Syekh Abdul Wahab pulang ke Kerajaan Banjar beriringan dengan kepulangan Syekh Muhammad Arsyad. Oleh Sultan, Syekh Abdul Wahab diangkat menjadi penasihat dan guru spiritual istana, Ia juga mengkader umat, dan ikut membantu membuka kawasan kosong bersama-sama dengan Syekh Muhammad Arsyad untuk dijadikan sentral pendidikan agama.
 
Syekh Abdul Wahab Bugis memiliki jasa, peranan, dan perjuangan yang besar terhadap perkembangan dakwah, terutama di [[Kerajaan Banjar]] (sekarang: [[Kota Banjarmasin]]). Walaupun ia bukan orang Banjar, tetapi ilmu, amal, dan perjuangan hidupnya telah dibaktikan untuk kejayaan Islam di Tanah Banjar.
 
== Peristiwa perkawinan ==
Baris 30:
Namun saat Syaikh Arsyad kembali ke Banjarmasin (saat itu masih [[Kerajaan Banjar]]), ternyata ''Syarifah'' telah dikawinkan oleh Sultan dengan seseorang yang bernama ''Usman'' dan hubungan perkawinan ini telah melahirkan seorang anak, dalam hal ini Sultan bertindak sebagai ''wali hakim'', karena wali (ayah)-nya dianggap uzur (karena belajar di Mekkah). Padahal dalam ketentuan [[fikih]], kedua perkawinan ini dapat dianggap benar dan sah.
 
Untuk memutuskan permasalahan ini, Syaikh Arsyad menetapkan dengan melihat ''masa terjadinya akad pernikahan''; akad perkawinan yang lebih dulu dilakukan, itulah yang dimenangkan. Berdasarkan keahliannya dalam bidang ''ilmu falak'' dan berdasarkan penelitiannya terhadap kedua perkawinan tersebut, dengan mengaitkan perbedaan waktu antara Makkah dan Martapura, maka dia mendapati bahwa akad perkawinan yang terjadi di Makkah lebih dulu beberapa saat dari padadaripada perkawinan di Martapura. Berdasarkan penelitian ini, ikatan perkawinan antara ''Syarifah'' dan ''Usman'' dibatalkan, kemudian sahabatnya, Syaikh Abdul Wahab Bugis diresmikan sebagai suami Syarifah yang sah.<ref name=":1" />
 
Hasil perkawinan Abdul Wahab dengan ''Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad'' ini kemudian mendapatkan dua orang anak, masing-masing bernama:
Baris 50:
== Bacaan lanjutan ==
* Abu Daudi, ''Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Tuan Haji Besar'', (Martapura: Sekretariat Madrasah Sullamul Ulum, 1996), h.28
 
[[Kategori:Tokoh Banjar]]
[[Kategori:Mazhab Syafi'i]]