Wira Tanu I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k minor cosmetic change
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik
Baris 36:
 
==Kehidupan Awal==
Raden Jayasasana adalah putra Raden Aria [[Wangsa Goparana]]. Berdasarkan silsilah, Raden Aria [[Wangsa Goparana]] merupakan anak dari Sunan Ciburang yang merupakan raja dari Kerajaan Talaga. Sunan Ciburang merupakan anak dari [[Sunan Wanaperih]] anak dari Sunan Parung Gangsa anak dari Pucuk Umum anak dari Munding Sari Leutik anak dari Munding Sari. Munding Sari merupakan salah satu anak dari [[Prabu Siliwangi]] yang ketika runtuhnya Pajajaran pada tahun 1579 kabur ke daerah Talaga di suku gunung Cereme.
 
Jadi menurut silsilah, Raden Jayasasana merupakan masih keturunan dari Prabu [[Siliwangi]]. Raden Aria Wangsa Goparana yang merupakan ayah dari Raden Jayasasana bersama saudaranya yang bernama Panembahan Giri Laya merupakan generasi pertama dari Munding Sari yang masuk [[islam]] dan menjadi ulama besar serta memiliki [[pesantren]] di wilayah Sagalaherang.<ref name="Sajarah Cianjur">{{cite book |last=Suryaningrat |first=Bayu |authorlink= |year=[[1982]] |title=Sajarah Cianjur Sareng Raden Aria Wira Tanu Dalem Cikundul Cianjur |edition= |publisher=Rukun Warga Cianjur-Jakarta, Jakarta |id= }}</ref>
Baris 60:
Meskipun tempat tinggalnya terpencar, mereka masih berada dalam satu kesatuan rakyat ([[Bahasa Belanda|Belanda]] : Volksgemeenschap) dibawah pimpinan Jayasasana. Berdasarkan hukum sosiologi mengenai pembentukan masyarakat, dalam kesatuan rakyat Jayasasana akhirnya lahir tata cara dan aturan bermasyarakat yang harus dipatuhi oleh semua rakyat Jayasasana. Tata cara di setiap masyarakat memiliki sifat bersatu sehingga dalam setiap kesatuan masyarakat ada kesatuan hukum (Belanda : rechtsgemenschap)
 
Tugas utama seorang kepala masyarakat adalah mengatur kehidupan dan menegakan hukum yang berlaku. Selain daripada itu, ia juga bertugas untuk melindungi rakyatnya jika ada keributan, jika ada rampok atau jika ada serangan dari wilayah lain. Sehingga kepala masyarakat saat itu lebih tepat disebut sebagai Panglima atau Senapati dan bukan disebut sebagai Dalem. Begitupun dengan masyarakat Jayasasana saat itu masih berada dalam tahap kesenapatian. Secara de Jure karena runtuhnya [[Pajajaran]], sebenarnya wilayah yang saat itu ditempati oleh Rakyat Jayasasana adalah dibawah kekuasaan Mataram yang pada prakteknyapraktiknya dibawah kekuasaan [[Cirebon]] karena Cirebon merupakan bawahan (vasal) dari Mataram. Maka daripada itu dalam beberapa catatan-catatan VOC rakyat Jayasasana sering disebut sebagai rakyat Cirebon.<ref name="Sajarah Cianjur"/>
 
===Menjadi Dalem dan Mendapat Gelar Wira Tanu===