Petrus Abelardus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Referensi: minor cosmetic change
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: praktek → praktik
Baris 15:
}}
'''Petrus Abelardus''' ({{Circa}} [[1079]], [[Le Pallet]], [[Bretagne]] — 21 April [[1142]], sekitar [[Chalon-sur-Saône]], [[Kerajaan Perancis]]) adalah seorang [[filsuf]] [[skolastik]], ahli [[logika]], dan [[teolog]] yang terkenal pada [[abad pertengahan]];<ref>{{en}} {{cite web |title=Peter Abelard |url=http://plato.stanford.edu/entries/abelard/ |publisher=Stanford Encyclopedia of Philosophy}}</ref> selain itu ia juga dikenal sebagai seorang [[komponis]]. [[Skandal]] dan kisah [[cinta]]nya dengan [[:en:Héloïse d'Argenteuil|Héloïse d'Argenteuil]] telah menjadi [[legenda]]. ''[[:en:Chambers Biographical Dictionary|Chambers Biographical Dictionary]]'' menggambarkan Petrus Lombardus sebagai "pemikir paling tajam dan teolog paling berani dari [[abad ke-12]]".<ref name="CBD">{{en}} Chambers Biographical Dictionary, ISBN 0-550-18022-2, p. 3</ref><ref name="Marenbon">{{en}} {{cite book|last=Marenbon |first=John |year=2004 |chapter=Life, milieu and intellectual contexts |editor-last= Brower |editor-first=Jeffrey E |editor2-last=Guilfoy |editor2-first=Kevin |title='The Cambridge Companion to Abelard |publisher=Cambridge University Press |pages=14–17}}</ref>{{rp|14}} Ada anggapan bahwa ia, bersama dengan [[Santo]] [[Anselmus dari Canterbury]], adalah pendiri [[skolastisisme]] di awal abad ke-12.<ref name="Wellem">F.D. Wellem. 1987. ''Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 1-3.</ref>
 
 
== Riwayat Hidup ==
=== Masa muda ===
Petrus Abelardus ({{lang-fr|Pierre Abélard}}), awalnya dipanggil "Pierre le Pallet",<ref name=EB>{{en}} {{cite encyclopedia |editor-first=Dale H. |editor-last=Hoiberg|encyclopedia=Encyclopedia Britannica |title=Abelard, Peter|edition=15th |year=2010|publisher=Encyclopedia Britannica Inc. |volume=I: A-ak Bayes |location=Chicago, IL |isbn=978-1-59339-837-8|pages=25–26}}</ref> lahir {{circa}} tahun 1079, sekitar 16 &nbsp;km di sebelah timur [[Nantes]], di [[Bretagne]], putra tertua dari keluarga bangsawan Breton. Sebagai seorang anak laki-laki, ia belajar dengan cepat. Ayah Petrus, seorang bangsawan kaya bernama Berengar, mendorongnya untuk mempelajari [[seni liberal]], dimana ia unggul dalam seni [[dialektika]] (sebuah cabang dari [[filsafat]]). Pada saat itu dialektika utamanya terdiri dari ilmu [[logika]] [[Aristoteles]]. Berbeda dengan ayahnya yang berkarir dalam [[militer]], Petrus Abelardus memilih menjadi seorang [[akademisi]]. Selama awal kegiatan [[akademik]]nya Abelardus berkelana ke seluruh Perancis, terlibat dalam ajang per[[debat]]an dan [[pembelajaran]], agar (dalam kata-katanya sendiri) "ia menjadi seperti salah seorang [[Peripatetik]] (murid sekolah filsafat Aristoteles pada abad awal)".<ref name="Calamitatum">{{en}} {{cite book |title=Historia Calamitatum|last=Abelard|first=Peter|url=http://www.fordham.edu/halsall/basis/abelard-histcal.html|accessdate=7 December 2008}}</ref> Pertama kali Abelardus belajar di daerah Loire dimana [[Roscellinus]] dari [[Compiègne]], seorang [[nominalisme|nominalis]] yang telah dituduh [[ajaran sesat|sesat]] oleh [[Anselmus]] ([[Uskup Agung Canterbury]]), adalah gurunya dalam periode ini.<ref name="CBD"/>
 
=== Menjadi tenar ===
Baris 30 ⟶ 29:
=== Kisah asmara ===
[[Berkas:Abelard and Heloise.jpeg|thumb|Abelardus dan Héloïse]]
Kepopuleran Abelardus membuatnya dikelilingi ribuan murid dari berbagai negara oleh karena kemasyhuran ajarannya. Persembahan dan kekaguman para muridnya membuat Abelardus, sebagaimana ia katakan sendiri, berpikir bahwa ia adalah satu-satunya filsuf di dunia yang tiada tandingannya. Namun pengabdiannya pada ilmu pengetahuan membuatnya menjalani kehidupan yang sangat biasa, hanya dimeriahkan dengan perdebatan filosofis; dan saat di puncak ketenarannya ini ia terlibat hubungan asmara.<ref name="Calamitatum" />
 
Ketika itu dalam wilayah Notre-Dame tinggallah seorang [[kanon (imam)|kanon]] [[sekuler]], Fulbertus, bersama dengan keponakannya, yakni [[:en:Héloïse d'Argenteuil|Héloïse d'Argenteuil]]. Héloïse memiliki pengetahuan yang luar biasa akan [[klasika]], tidak hanya [[bahasa Latin]] tetapi juga [[bahasa Yunani|Yunani]] dan [[bahasa Ibrani|Ibrani]]. Abelardus berhasil dalam upayanya untuk tinggal di rumah Fulbertus, kemudian sekitar tahun 1115-1116 memulai hubungan gelapnya dengan Héloïse. Skandal tersebut mempengaruhi karirnya, dan Abelardus sendiri [[kesombongan|menyombongkan]] diri atas penaklukannya itu (atas Héloïse). Saat Fulbertus mengetahuinya, ia memisahkan mereka, tetapi mereka tetap melanjutkan hubungan dengan diam-diam. Lalu Héloïse [[hamil]] dan ia segera dikirim ke [[Bretagne]] untuk dirawat keluarga Abelardus, di sana ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Astrolabe.<ref name=EB/><ref name="Calamitatum" />
Baris 56 ⟶ 55:
Di tengah tekanan dari Bernardus, Abelardus menantang Bernardus untuk menarik tuduhannya atau mempublikasikannya di [[Konsili]] Sens yang direncanakan pada 2 Juni 1141. Dengan demikian Abelardus menempatkan dirinya dalam posisi pihak yang bersalah dan memaksa Bernardus untuk mempertahankan dirinya sendiri atas tuduhan fitnah. Namun Bernardus menghindari perangkap ini, pada malam sebelum berlangsungnya konsili ia mengadakan suatu pertemuan pribadi dengan para uskup yang akan hadir dalam konsili dan berhasil mempengaruhi mereka untuk mengutuk semua dalil kesesatan yang ditujukan pada Abelardus. Lalu saat Abelardus datang di konsili pada hari berikutnya, ia disajikan dengan suatu daftar dalil kutukan yang dituduhkan kepadanya.<ref name="Marenbon"/>{{rp|17}}
 
Abelardus menolak untuk menjawab dalil-dalil yang dituduhkan kepadanya, ia pergi meninggalkan konsili tersebut dan mengajukan banding kepada [[Paus (Katolik Roma)|Paus]]; ia berangkat ke [[Roma]] dengan harapan mendapat dukungan dari Paus. Namun harapannya tidak terpenuhi, pada tanggal 16 Juli 1141 [[Paus Innosensius II]] mengeluarkan sebuah [[bulla kepausan|bulla]] yang meng[[ekskomunikasi]]kan Abelardus dan para pengikutnya. Abelardus diperintahkan untuk hidup dalam kesunyian selama-lamanya, dalam sebuah [[biara]], dan buku-bukunya harus dibakar. Namun Abelardus diselamatkan dari hukumannya oleh [[:en:Peter the Venerable|Peter the Venerable]], abbas dari biara di [[Cluny]]. Pada waktu itu Abelardus singgah di sana, dalam perjalanannya ke Roma, sebelum bulla ekskomunikasi dari Paus sampai ke Perancis. Abbas Peter berhasil membujuk Abelardus, yang sudah tua pada saat itu, untuk tidak melanjutkan perjalanannya dan tinggal di biaranya. Lalu sang abbas mengatur suatu rekonsiliasi dengan Bernardus, agar hukuman ekskomunikasi atas Abelardus dicabut dan agar ia membujuk Paus Innosensius II untuk mengijinkan Abelardus menetap di bawah pengawasan Biara Cluny selama sisa hidupnya. Bernardus menyetujuinya, dan permohonannya dipenuhi Paus, sehingga terjadi rekonsiliasi dengan Abelardus.
 
=== Akhir hidup ===
Baris 74 ⟶ 73:
 
=== Teori pengaruh moral ===
Petrus Abelardus mengemukakan sebuah teori penebusan dosa yang dikenal sebagai teori [[pengaruh moral]].<ref name="Joas">Joas Adiprasetya. 2010. ''Berdamai dengan Salib''. Jakarta:Grafika KreasIndo. Hal. 40-41.</ref> Dalam pemikiran Abelardus, kematian [[Yesus]] di kayu salib menunjukkan Allah yang penuh kasih, merupakan undangan Allah agar manusia mengubah kehidupannya yang penuh dosa menjadi kehidupan yang penuh kasih.<ref name="Joas"/> Karya Yesus melalui pelayanan-Nya selama Ia hidup di [[dunia]] hingga kematian-Nya menjadi teladan moral bagi manusia.<ref name="Joas"/> Bagi Abelardus, kematian Yesus Kristus di kayu salib merupakan ungkapan mutlak kasih Allah dan Ia mengharapkan tanggapan manusia.<ref name="Weaver"/><ref name="Boersma"/>{{rp|115}} Teorinya tetap menuntut bahwa proses rekonsiliasi Allah dengan manusia membutuhkan tanggapan dan penerimaan manusia untuk berdamai dengan Allah, yaitu ber[[tobat]] dengan kesadaran sepenuhnya dan berbalik kepada Allah.<ref name="Weaver">{{en}} {{cite book |title=The Nonviolent Atonement |edition=Second, revised |author=J. Denny Weaver |publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing |year=2011 |isbn=9780802864376 |page=19-20 |url=https://books.google.co.id/books?id=togehl4Dun4C}}</ref><ref name="Boersma">{{en}} {{cite book |title=Violence, Hospitality, and the Cross |author=Hans Boersma |edition=reprint, annotated |publisher=Baker Academic |year=2006 |isbn=9780801031335 |url=https://books.google.co.id/books?id=jmLHjYlqu0wC}}</ref>{{rp|206}} Teori penebusan ini menganggap bahwa kematian [[Kristus]] sebenarnya tidak diperlukan untuk penebusan dosa manusia, dan bukanlah suatu syarat rekonsiliasi antara Allah dengan manusia; namun Ia memilih untuk melakukannya (menderita dan mati) untuk mengungkapkan kasih dan persaudaraan dengan manusia dalam penderitaan mereka.<ref name="Boersma"/>{{rp|116}}<ref name="Walvoord">{{en}} {{cite book |title=Jesus Christ Our Lord |others=9. Chrst in His Suffering and Death |author=John F. Walvoord |publisher=Moody Publishers |year=1969 |isbn=9781575677316 |url=https://books.google.co.id/books?id=3TGgMfnNh7UC}}</ref><ref name="Boersma"/>{{rp|116}}
 
Teori pengaruh moral dari Abelardus ini terutama dianut oleh para [[Protestan]] liberal dari abad ke-19 dan 20;<ref name="Weaver"/> namun dewasa ini hanya sebagian saja yang masih mendukung teori ini.<ref name="Walvoord"/> [[Kristen Ortodoks]] terang-terangan menentang teori ini karena dianggap tidak cukup untuk menjelaskan banyaknya teks [[Kitab Suci]] yang menyajikan pandangan bahwa kematian Kristus adalah mutlak diperlukan bagi Allah untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.<ref name="Walvoord"/> Sementara [[Gereja Katolik Roma]] tidak pernah menetapkan suatu [[dogma]] atas teori penebusan tertentu;<ref name="Weaver"/> Katolik cenderung menggunakan kombinasi berbagai pandangan, terutama dari [[Santo]] [[Anselmus]] dan Santo [[Thomas Aquinas]].<ref name="Walvoord"/>
 
=== Limbo para Bayi ===
Mengenai bayi yang meninggal tanpa di[[baptis]], Petrus Abelardus — dalam ''Commentaria in Epistolam Pauli ad Romanos'' — menekankan kebaikan Allah dan menafsirkan "hukuman paling ringan"-nya St. [[Agustinus dari Hippo]] sebagai rasa sakit akibat tiadanya [[visiun beatifis]] (''beatific vision''), tanpa harapan untuk mendapatkannya, namun tidak ada hukuman tambahan yang diterima bayi-bayi tersebut. Pemikirannya dalam hal ini memberikan kontribusi atas pembentukan teori "[[Limbo#Limbo_para_BayiLimbo para Bayi|Limbo para Bayi]]" pada abad ke 12-13.<ref>{{en}} {{citation |url=http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/cti_documents/rc_con_cfaith_doc_20070419_un-baptised-infants_en.html |title=The Hope of Salvation for Infants Who Die Without Being Baptised |author=International Theological Commission |publisher=Holy See}}</ref>
 
== Tanggapan Paus Benediktus XVI ==
Saat audiensi umum tanggal 4 November 2009, [[Paus Benediktus XVI]] berbicara tentang [[Santo]] [[Bernardus dari Clairvaux]] dan Petrus Abelardus untuk menggambarkan perbedaan dalam pendekatan teologi [[monastik]] dan [[skolastik]] pada abad ke-12. Paus mengingatkan bahwa teologi adalah pencarian pemahaman yang rasional (jika memungkinkan) akan misteri [[wahyu]] Kristen, yang diyakini melalui [[iman]] —iman yang mencari kejelasan atau pengertian ('' fides quaerens intellectum ''). Namun St Bernardus, yang mewakili teologi monastik, menekankan "iman" sedangkan Abelardus, seorang skolastik, menekankan "pemahaman melalui akal".<ref name="NCR"/>
 
Bagi Bernardus, iman didasarkan atas kesaksian dalam teks [[Alkitab]] dan ajaran para [[Bapa Gereja]]. Dengan demikian, Bernardus merasa sulit untuk setuju dengan Abelardus dan, secara umum, dengan mereka yang mengandalkan kebenaran iman pada penelitian kritis melalui akal budi — suatu penelitian yang menurutnya menimbulkan bahaya besar: [[intelektualisme]], yang merelatifkan kebenaran, dan mempertanyakan kebenaran iman sendiri. Teologi bagi Bernardus hanya bisa bertumbuh dalam [[doa kontemplatif]], oleh persatuan afektif antara hati dan pikiran dengan [[Tuhan]], dengan hanya satu tujuan: untuk menumbuhkan pengalaman yang hidup dan akrab dengan Allah; suatu bantuan untuk mengasihi Allah secara lebih.<ref name="NCR"/>
 
Menurut Paus Benediktus XVI, penggunaan yang berlebihan akan ilmu [[filsafat]] dalam doktrin Abelardus akan [[Trinitas]] sangat rapuh dan berbahaya, demikian juga pemikirannya akan Allah. Di bidang moral, ajarannya samar-samar, karena ia bersikeras hanya mempertimbangkan sikap batin sebagai satu-satunya dasar untuk menjelaskan tindakan moral yang baik atau jahat, sehingga mengabaikan makna obyektif dan nilai moral dari tindakan, hasilnya adalah subyektivisme yang berbahaya. Tapi sang Paus mengakui pencapaian besar Abelardus, yang telah berkontribusi bagi perkembangan teologi skolastik, dalam cara yang lebih matang dan berbuah selama abad-abad berikutnya. Dan beberapa wawasan Abelardus tidak boleh dianggap remeh, misalnya, penegasannya bahwa tradisi-tradisi agama non-Kristen sudah mengandung beberapa bentuk persiapan untuk menyambut penerimaan akan Kristus.<ref name="NCR"/>
 
Paus Benediktus XVI menyimpulkan bahwa "teologi hati" St Bernardus dan "teologi akal budi" Abelardus menggambarkan pentingnya diskusi teologis yang sehat, terutama ketika pertanyaan yang diperdebatkan belum didefinisikan oleh [[magisterium]], dan ketaatan yang [[rendah hati]] kepada otoritas Gereja. St Bernardus, dan bahkan Abelardus sendiri, senantiasa mengakui tanpa ragu-ragu akan kewenangan magisterium. Abelardus menunjukkan kerendahan hati dengan mengakui kesalahan-kesalahannya, dan Bernardus mempraktekkanmempraktikkan kebajikan besar dengan menerima rekonsiliasi. Paus menekankan, dalam bidang teologi, harus ada keseimbangan antara prinsip [[arsitektonis]] — yang diberikan melalui pewahyuan dan yang selalu menjaga kepentingan utama prinsip-prinsip tersebut — dan prinsip penafsiran yang diusulkan oleh filsafat (yaitu, dengan akal budi), yang mana memiliki suatu fungsi penting, tetapi hanyalah sebagai sebuah alat. Ketika keseimbangan tersebut rusak, refleksi teologis menghadapi risiko dirusak oleh kesalahan; jika demikian maka adalah tugas [[magisterium]] untuk melaksanakan layanan yang dibutuhkan demi kebenaran, untuk itulah ranah tanggung jawabnya.<ref name="NCR"/>
 
== Karya ==