Sepatnunggal, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k fix edit |
k ejaan, replaced: sekedar → sekadar |
||
Baris 31:
Penduduk asli desa Sepatnunggal adalah keturunan Sunda / berbicara Bahasa Sunda—kalau ditarik ke belakang mungkin ada hubungannya dengan Kerajaan Galuh Wiwitan yang wilayahnya terbentang dari Gunung Ungaran di sebelah Timur sampai dengan Sungai Pamanukan di sebelah Barat. Hal mungkin bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan arkelologis berupa "Kuburan / Pasarean Kuno" yang banyak ditemui di desa ini yang nama-namanya mengacu kepada "Nama-nama Orang Sunda Kuno" yang umumnya diawali kata "Mbah" atau "Wangsa" dan diakhiri kata "Kerta / Karta" atau "Witana". Ada sedikit keturunan Jawa sebagai pendatang untuk mencari nafkah atau karena menikah dengan penduduk asli.
Bahasa sehari-hari (Bahasa Ibu) mereka adalah Bahasa Sunda dengan logat agak kasar dan banyak kosa kata yang berbeda(dibanding dengan Bahasa Sunda Tasik Malaya atau Garut). Tidak ada yang tahu sejak kapan dan kenapa terjadi perbedaan berbahasa Sunda di daerah ini dengan daerah Kota-kota di Jawa Bagian Barat. Dan perlu diketahui bahwa—mungkin agak aneh—di setiap desa yang
Sampai dengan tahun 1970-an masyarakat wilayah ini bisa dibilang sangat terisolasi karena akses menunju ke kota kecamatan (Majenang) sangat sulit (jalan tanah sempit, terjal dan licin bila hujan) yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki hampir selama 3,5 jam. Baru pada tahun 1980-an jalan yang menghubungkan desa Sepatnunggal dengan Kec. Majenang dilebar dan diaspal.
Baris 58:
{{Majenang, Cilacap}}
{{kelurahan-stub}}
|