Puisi Menolak Korupsi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k ejaan, replaced: Propinsi → Provinsi, akte → akta, hakekat → hakikat, azas → asas |
||
Baris 7:
Mencermati fenomena korupsi yang dewasa ini merebak di masyarakat, para penyair Indonesia dari berbagai pelosok daerah merespon secara konkret sesuai maqam-nya, dengan bergabung dalam sebuah gerakan bernama “Puisi Menolak Korupsi” (PMK). Gerakan yang mau tak mau harus dilakukan di tengah semakin sistemik dan canggihnya laku korupsi. Gerakan yang mendesak digulirkan sebagai sarana untuk mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat, agar secara filosofis dan edukatif turut mewaspadai munculnya mental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut.
Gerakan Puisi Menolak Korupsi mengambil posisi sebagai gerakan kultural, melengkapi gerakan lain yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat berikut
==Pembiayaan==
[[Berkas:Abraham PMK1.jpg|thumb|299x299px|Ketua [[KPK]], [[Abraham Samad]], saat membacakan salah satu puisinya di gedung KPK]]
Sejak awal, Gerakan PMK telah berjalan sebagai gerakan yang bersifat nirlaba, independen dan mandiri (baik secara ideologi maupun ekonomi). Kemandirian ideologi dibuktikan dengan proses penerbitan antologi puisi yang senantiasa merujuk pada tema anti korupsi. Kemandirian ekonomi diwujudkan dalam melakukan iuran secara gotong-royong guna mendanai proses penerbitan antologi tersebut, murni atas biaya dari para penyair dengan mengutamakan
== Para Penyair ==
Baris 23:
* Halaman gedung DPRD Kota Tegal, Jawa Tengah
* Panggung Bundar Minguraya [[Kota Banjarbaru]], [[Kalimantan Selatan]]
* Taman Budaya
* Fakultas Bahasa dan Seni, [[Unnes]] Semarang, Jawa Tengah
* Gedung [[Komisi Pemberantasan Korupsi]] (KPK), [[Jakarta]] Pusat.
|