Abdurrahman Mohammad Fachir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
k ejaan, replaced: propinsi → provinsi |
||
Baris 32:
Fachir termasuk salah satu pemain band kampus. Ia dikenal sebagai seniman. Ia juga aktif berorganisasi di [[Himpunan Mahasiswa Islam]] (HMI). Ia pernah menjabat Ketua LSMI (Lembaga Seni Mahasiswa Islam) ketika [[Azyumardi Azra]] menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat periode 1981-1982.
Fachir diwisuda sebagai sarjana bergelar [[doctorandus]] (Drs) pada bulan Agustus 1983, setelah dinyatakan lulus dalam ujian skripsi. Judul skripsinya adalah ''“Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra”'' (Terpengaruhnya Prosa Modern oleh Gerakan Nasionalisme di Mesir), yang disusun dalam [[bahasa Arab]].<ref>Abdurrahman Mohammad Fachir, ''“Taatstsur al-Natsr al-Hadits bi al-Harakat al-Wathoniyyah fi Mishra”'' (Cairo: Maktabat al-Adab, 2011)
Pada awal Mei 2010, Fachir mendaftar kuliah S3 Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Minat Kajian Timur Tengah di Sekolah Pascasarjana [[Universitas Gajah Mada]] (UGM) Yogyakarta. Setelah melewati masa studi selama 5 tahun 5 hari, ia berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Ketimpangan Hubungan Indonesia-Mesir 1950-2010: Kajian Resiprositas”, pada 5 Mei 2015.<ref>[http://krjogja.com/read/259066/wamenlu-ujian-doktor-di-ktt-pps-ugm.kr krjogja.com, 5 Mei 2015], diakses pada 1 Juni 2015</ref>. Fachir dinyatakan lulus dengan predikat "sangat memuaskan" dan berhak menyandang gelar doktor.<ref>[http://www.antarayogya.com/berita/331413/wamenlu-diplomasi-indonesia-mesir-perlu-dioptimalkan antarayogya.com, 5 Mei 2015], diakses pada 1 Juni 2015</ref>
Baris 49:
Tahun 1988 Fachir ditugaskan di [[KBRI]] [[Baghdad]] sampai tahun 1992, saat-saat terjadinya invasi [[Irak]] terhadap [[Kuwait]] yang kemudian menyulut [[Perang Teluk I]]. Dalam peperangan yang berkecamuk, Fachir bersama para staf [[KBRI]] [[Baghdad]] harus mengungsikan ratusan WNI, sebagian besar TKW, keluar dari [[Baghdad]] menuju [[Yordania]]. "Itulah kali pertama saya sebagai diplomat harus menyelamatkan para WNI ke Tanah Air. Tidak saja di [[Baghdad]], namun juga mereka yang berada di [[Kuwait City]]. Perjalanan harus lewat darat sejauh ratusan kilometer untuk setiap kali misi dan ini berlangsung dalam beberapa kali misi. Bahkan, mobil kami pernah kena tembak. Tapi Alhamdulillah selamat," kenang Fachir.<ref>[http://analisis.news.viva.co.id/news/read/492803-soal-satinah--upaya-pemerintah-sudah-luar-biasa viva.co.id, 31 Maret 2014], diakses pada 2 April 2014</ref>
Sepulang dari negeri [[Saddam Hussein]], Fachir lalu diperbantukan pada Badan Pelaksana Ketua [[Gerakan Non Blok]] (GNB) saat Indonesia memimpin GNB (1992-1995) dan kemudian menempati pos di Perutusan Tetap RI untuk [[PBB]] di [[New York]] sebagai Penanggung jawab Satuan Tugas GNB pada tahun 1995-1999. Fachir kemudian ditunjuk sebagai Kepala Subdit Politik dan Keamanan, Direktorat Organisasi Internasional [[Departemen Luar Negeri|Kementerian Luar Negeri]], sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia Kerja Tetap Antar Departemen pada tahun 1999-2002 . Setelah itu, ia dipercaya sebagai Kepala Biro Naskah dan Penerjemahan Sekretariat Negara sekaligus sebagai Penerjemah Resmi [[Presiden]] [[Megawati Soekarnoputri]] tahun 2002-2004.<ref>[[Banjarmasin Post]], 21 Oktober 2007
Tahun 2004 Fachir diangkat menjadi Wakil Kepala Perwakilan di [[Malaysia]], dan menjadi Kuasa Usaha Ad Interim semenjak berakhirnya masa jabatan [[Duta Besar]] [[Rusdiharjo]], pada Februari 2007. Meskipun hanya kurang satu tahun menjabat Kuasa Usaha Ad Interim di [[Malaysia]], ia telah banyak melakukan perubahan. Antara lain, pengurusan paspor tidak bisa lagi melalui agen. Yang bersangkutan harus mengurus langsung. Peran Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI di [[KBRI]] [[Kuala Lumpur]] juga sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu banyak kasus yang berhasil ditangani, walaupun masih ada yang sedikit tercecer.<ref>[http://www.merdeka.com/politik/nasional/kuasa-usaha-kbri-kuala-lumpur-diganti-kusm2j5.html merdeka.com, 26 Oktober 2007], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Baris 60:
“Ini duta besar baru dan ini baru duta besar,” demikian puji Ketua Umum Pengurus Pusat [[Muhammadiyah]] [[Din Syamsuddin|Prof. Dr. Din Syamsuddin]] kepada [[Duta Besar]] Fachir atas keberhasilannya menyelenggarakan lokakarya bertemakan “Dukungan Terhadap Peningkatan Prestasi Mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]]”. Fachir dipuji di hadapan [[Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] [[Muhammad Maftuh Basyuni|Maftuch Basyuni]], Ketua Komisi X [[DPR]] Irwan Prayitno, Ketua Umum [[PBNU]] [[Hasyim Muzadi]], Presidium [[ICMI]] Marwah Daud Ibrahim dan lebih dari 1.500 mahasiswa yang memadati Azhar Conference Centre (ACC), tempat diselenggarakannya lokakarya, 12-13 [[April]] [[2008]].
“Mahasiswa kita itu 'kan aset bangsa. Sementara yang namanya [[Al-Azhar]] itu warisan keilmuannya luar biasa. Namun mengapa banyak mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]] yang mengalami hambatan dalam belajar, sehingga lebih dari separoh terlambat menyelesaikan studinya dan tidak dapat mengoptimalkan kebesaran [[Al-Azhar]],” jelas Fachir mengenai alasan diselenggarakannya lokakarya.<ref>[[Republika]], 2 Mei 2008
Berkat lokakarya tersebut, kini tingkat keberhasilan studi mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]] telah meningkat secara menggembirakan. Pada awal kedatangan Fachir tahun 2007, 59 % dari sekitar 6.000 mahasiswa gagal dalam studinya. Angka tersebut membaik pada tahun 2008 dengan 67 % mahasiswa berhasil dalam studinya. Angka terakhir pada tahun 2010 menunjukkan 75 % berhasil dalam pembelajarannya di [[Mesir]].<ref>[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=966:dubes-ajak-masyarakat-indonesia-di-mesir-jadi-yang-terbaik-di-bidangnya&catid=3:embassy-activities&Itemid=53 indonesiacairo.org, 30 April 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Syeikh [[Al-Azhar]] Ahmed Tayeb saat menerima kunjungan pamitan Fachir, sempat berkelakar bahwa jika 75 % kelulusan mahasiswa [[Indonesia]] dapat dicapai selama kepemimpinan Fachir yang hanya 3,5 tahun, maka jika Fachir bertugas selama 5 tahun Insyaallah kelulusan bisa mencapai 100 %.<ref name="indonesiacairo.org, 9 Juni 2011">[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=987:syeikh-azhar-sampai-berjumpa-lagi-di-jakarta-dubes-fachir&catid=1:latest-news&Itemid=54 indonesiacairo.org, 9 Juni 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Masih di bidang pendidikan, Fachir meninggalkan kenang-kenangan kepada [[Al-Azhar]] berupa sistem pendataan mahasiswa [[Indonesia]] yang diberi nama SIMADU “Sistem Informasi Terpadu” dan sudah diterjemahkan ke dalam [[bahasa arab]]. Sistem ini bisa digunakan oleh [[Al-Azhar]] untuk mengecek data mahasiswa [[Indonesia]] di [[Mesir]].<ref
Selain itu, Fachir telah menggagas berdirinya asrama untuk mahasiswa. Tentu ini merupakan peninggalan yang baik yang akan selalu dikenang oleh mahasiswa generasi selanjutnya. Ia telah menghimpun dana sebesar 14 miliar yang berasal dari Pemerintah [[Indonesia]] baik pusat maupun
Gagasan Fachir itu dilanjutkan Duta Besar berikutnya, Nurfaizi Suwandi, yang mulai bertugas sejak akhir bulan Januari 2012. Pada tanggal 6 Februari 2013, [[Susilo Bambang Yudhoyono|Presiden Susilo Bambang Yudhoyono]] meletakkan batu pertama pembangunan asrama yang terdiri dari 4 bangunan seluas 1.200 m2 dengan 324 kamar. Bertempat di komplek asrama Al-Azhar, peletakan batu pertama itu disaksikan oleh Wakil Syaikh [[Al-Azhar]] Syaikh Abdu Tawab Qutub, Wakil Rektor Farid Hamada, Wakil Menteri Agama RI [[Nasaruddin Umar]], para pejabat KBRI Cairo dan sejumlah mahasiswa di Kairo.<ref>[http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/06/1946138/SBY.Resmikan.Asrama.Mahasiswa.Al.Azhar.Kairo kompas.com, 6 Februari 2013], diakses pada 2 April 2014</ref>
Baris 88:
=== Bidang sosial dan budaya ===
Di bidang sosial budaya, Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia (PUSKIN) berhasil meningkatkan jumlah peserta kursus [[bahasa Indonesia]] bagi warga [[Mesir]], dari tahun ke tahun. Fachir melihat peran penting warga [[Mesir]] yang bisa ber[[bahasa Indonesia]] dalam merevitaliasai hubungan [[Indonesia]] dan [[Mesir]], khususnya dari kalangan pemuda yang akan menjadi penentu masa depan [[Mesir]]. Semakin luasnya penguasaan [[bahasa Indonesia]] di kalangan pemuda [[Mesir]] akan sangat menunjang aktualisasi potensi kerja sama [[Indonesia]] dan [[Mesir]] yang bersifat komplementer.<ref name="indonesiacairo.org">[http://indonesiacairo.org/index.php?option=com_content&view=article&id=924:indonesia-membangun-solidaritas-pasca-revolusi-di-mesir-melalui-pameran-budaya&catid=3:embassy-activities&Itemid=58 indonesiacairo.org, 25 Februari 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Siswa-siswi PUSKIN yang berlatar belakang beragam profesi, seperti pengacara, usahawan, agen perjalanan, mahasiswa dan lain-lain dengan kemampuan [[bahasa Indonesia]]nya dapat didayagunakan oleh pemangku kepentingan di [[Mesir]] dan di [[Indonesia]] untuk menopang upaya revitalisasi hubungan bilateral kedua negara, di bidang ekonomi dan perdagangan, sosial-bidaya serta berbagai bidang lainnya.<ref
Selain bidang-bidang tersebut di atas, Fachir berhasil menerbitkan buku Potret Hubungan Indonesia-Mesir yang sangat fenomenal dalam [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Arab|Arab]]. Buku itu memotret hubungan Indonesia-Mesir sejak dahulu kala sebelum kemerdekaan sampai tahun 2009. Buku versi [[bahasa Indonesia]] diberi kata pengantar [[Menteri Luar Negeri]] (saat itu) Hassan Wirajuda, dan versi [[bahasa Arab]] diberi kata pengantar Menteri Luar Negeri [[Mesir]] Ahmed Aboul Gheit. Secara simbolis, buku versi [[bahasa Arab]] tersebut diluncurkan pada peringatan 63 hubungan diplomatik yang dikemas dalam perayaan “Malam Indonesia-Mesir” di tempat pertunjukan termegah di [[Mesir]], Cairo Opera House, tanggal 11 Juni 2010, yang dihadiri lebih dari 1.000 friends of Indonesia yang terdiri dari unsur pemerintahan, akademisi, budayawan dan berbagai kalangan lainnya. Hadir juga, Menteri Kebudayaan [[Mesir]] Farouk Hosny dan Menteri Pendidikan Tinggi [[Mesir]] Hany Hilal mewakili Pemerintah [[Mesir]], Ketua Lembaga Persahabatan Mesir-Indonesia Said Imarah, Ketua Egyptian-Indonesian Business Council, Mohamed Baraka serta wakil keluarga mantan Sekretaris Jenderal Liga Arab, Azzam Pasha yang berperan dalam upaya perolehan pengakuan kemerdekaan [[Indonesia]] oleh [[Mesir]] dan negara-negara [[Timur Tengah]].<ref>[http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=3621&l=id deplu.go.id, 14 Juni 2011], diakses pada 17 Januari 2012</ref>
Baris 106:
Pada tanggal 31 Maret 2014, Fachir menyerahkan salinan ''Credentials'' kepada Wakil Menteri Luar Negeri [[Arab Saudi]], Pangeran Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdul Aziz yang juga putra Raja [[Arab Saudi]], [[Abdullah dari Arab Saudi|Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud]]. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri [[Arab Saudi]], antara lain adalah Direktur Asia, Musthofa Kautsar dan Kepala Urusan Protokol, Azzam bin Abdul Karim Al-Gain.<ref>[http://www.okaz.com.sa/new/Issues/20140401/Con20140401688365.htm okaz.kom.sa, 1 April 2014], diakses pada 15 April 2014</ref>
Dalam kesempatan itu, Fachir menyampaikan bahwa ia telah menerima penugasan untuk mewakili [[Indonesia]] dengan misi mempererat hubungan dan mempromosikan kerja sama bilateral. Karena itu, ia sangat mengharapkan dukungan Pemerintah [[Arab Saudi]] bagi pelaksanaan misi tersebut. Fachir juga menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara kedua negara, semakin hari semakin meningkat ditandai adanya saling kunjung antarpejabat kedua negara. Di bidang ekonomi dan perdagangan, kerja sama kedua negara juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama di bidang perdagangan yang pada tahun 2013 lalu mencapai sekitar US$ 8 miliar.<ref name="kemlu.go.id, 6 April 2014">[http://www.kemlu.go.id/riyadh/Pages/Embassies.aspx?IDP=197&l=id kemlu.go.id, 6 April 2014], diakses pada 15 April 2014</ref>
Selain itu, Fachir menyinggung hubungan ''people to people contact'' yang terjalin dengan baik dan terefleksikan dari kunjungan lebih dari 700.000 [[Warga Negara Indonesia]] (WNI) untuk melaksanakan haji dan umroh pada tahun 2013. Terkait dengan keberadaan WNI di [[Arab Saudi]] yang berjumlah kurang lebih 1,3 juta jiwa, Fachir menyampaikan keyakinannya bahwa keberadaan mereka turut memberikan kontribusi bagi pembangunan di [[Arab Saudi]], dan karena itu ia mengharapkan bantuan pemerintah [[Arab Saudi]] untuk bekerja sama dalam rangka mengelola keberadaan WNI tersebut agar bermanfaat bagi kedua belah pihak.<ref
Dalam tanggapannya, Wakil Menteri Luar Negeri [[Arab Saudi]] menyampaikan selamat datang dan sepenuhnya akan membantu tugas Fachir dalam melaksanakan misinya. Putra Raja [[Arab Saudi]] itu menekankan sifat hubungan persaudaraan yang sudah terbina dengan baik antar-kedua negara kiranya dapat benar-benar diterjemahkan dalam kerja sama konkrit di segala bidang. Menurutnya, potensi kedua negara dalam bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan perlu benar-benar dijajaki dengan mendorong para pelaku bisnis untuk mengkonkritkan kerja sama ekonomi dan pembangunan yang saling menguntungkan.<ref
[[Berkas:045048 dubesamfachir.jpg|thumb|right|250px|Fachir menyerahkan ''Credentials'' kepada Raja Arab Saudi.]]
Pada tanggal 29 Agustus 2014, Fachir menyerahkan ''Credentials'' kepada Raja [[Arab Saudi]], [[Abdullah dari Arab Saudi|Abdullah bin Abdul Aziz Al-Saud]]. Penyerahan itu dilakukan di Istana Kerajaan di Kota [[Jeddah]]. Fachir pada kesempatan itu menyampaikan salam dari [[Susilo Bambang Yudhoyono|Presiden Susilo Bambang Yudhoyono]] dan harapan kiranya Raja atau Putra Mahkota atau Wakil Putra Mahkota berkenan berkunjung ke [[Indonesia]]. Menanggapi hal itu, Raja menjawab, “Insyaallah”.<ref name="detik.com, 1 September 2014">[http://news.detik.com/read/2014/09/01/044822/2677325/10/dubes-am-fachir-sampaikan-salam-sby-untuk-raja-saudi detik.com, 1 September 2014], diakses pada 8 September 2014</ref>
Bersama Fachir, terdapat 35 [[duta besar]] lain yang juga menyerahkan ''Credentials''. Seusai prosesi penyerahan ''Credentials'', [[Abdullah dari Arab Saudi|Raja Abdullah]] secara khusus meminta agar para [[duta besar]] menyampaikan pesan kepada para pemimpin negara masing-masing terkait semakin gentingnya bahaya terorisme dan harapan agar lebih meningkatkan kerja sama sehingga benar-benar efektif dalam memeranginya.<ref
== Wakil Menteri Luar Negeri ==
|