Gereja Katolik Roma: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: dari pada → daripada (4) |
k ejaan, replaced: ditempat → di tempat, faham → paham, azas → asas, nampak → tampak (2) |
||
Baris 24:
Dalam hubungannya dengan Gereja-Gereja lain, nama "Gereja Katolik" yang dipergunakan, dan untuk urusan internal digunakan nama "[[Gereja]]". Sebagai contoh, dalam [[Katekismus Gereja Katolik]], nama "[[Gereja]]" digunakan ratusan kali, sedangkan nama "Gereja Katolik" hanya digunakan 24 kali, bahkan nama "Gereja Katolik Roma" sama sekali tidak digunakan.
Penggunaan nama "Gereja Katolik" secara resmi diterima oleh beberapa Gereja Kristen lainnya, namun kebanyakan dari mereka menggunakan istilah "Gereja Katolik Roma" untuk menyebut Gereja ini. Meskipun demikian, dalam penggunaan secara informal, bahkan oleh anggota-anggota Gereja lainnya istilah "Gereja Katolik"
<blockquote>... Nama itu, yakni Katolik, yang bukannya tanpa alasan, dengan dikelilingi begitu banyak bidaah, telah digunakan oleh Gereja; dengan demikian, meskipun semua kaum bidaah ingin disebut Katolik, namun jika ada orang asing bertanya dimanakah jemaat Katolik berkumpul, maka tak satupun kaum bidaah yang berani menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.</blockquote>
Baris 63:
[[Berkas:Gutenberg Bible.jpg|jmpl|200px|ki|Alkitab Gutenberg cetakan [[1455]]. Menjelang akhir era 1400-an, orang-orang Katolik seperti [[Johann Gutenberg]] mengoperasikan 250 usaha percetakan di seluruh [[Eropa]].]]
Gereja, sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci, adalah "tubuh Kristus,"<ref>{{Ayat|buku=Efesus|pasal=1|ayat=22|sampaiayat=23}}; cf. {{Ayat|buku=Roma|pasal=12|ayat=4|sampaiayat=5}}</ref> dan Gereja Katolik mengajarkan bahwa Gereja merupakan satu kesatuan tubuh dari umat beriman di dalam surga dan di atas bumi. Oleh karena itu hanya ada satu Gereja yang sejati, yang
[[Berkas:Facade San Giovanni in Laterano 2006-09-07.jpg|jmpl|200px|ka|[[Basilika Santo Yohanes Lateran]], Katedral Keuskupan [[Roma]], yakni Katedral Sri Paus.]]
Baris 75:
Gereja Katolik mengajarkan bahwa keselamatan untuk kehidupan kekal adalah kehendak Allah bagi semua orang, dan bahwa Allah menganugerahkannya bagi para pendosa sebagai suatu anugerah yang cuma-cuma, suatu rahmat, melalui pengorbanan Kristus. "Sehubungan dengan Allah, sama sekali tidak ada hak atas kelayakan apapun di pihak manusia. Antara Allah dan kita terentang kesenjangan yang tak terkira, karena kita telah menerima segala sesuatu dari-Nya, Pencipta kita. Allahlah yang membenarkan, yakni, yang membebaskan dari [[Dosa (Kristen)|dosa]] dengan karunia kekudusan yang cuma-cuma (rahmat pengudusan, yang disebut juga sebagai rahmat habitual atau rahmat pengilahian). Manusia dapat menerima anugerah yang dikaruniakan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan melalui pembaptisan, ataupun menolaknya. Peran serta manusia diperlukan, sejalan dengan kemampuan baru untuk berpegang teguh pada kehendak ilahi yang disediakan Allah. Iman seorang Kristiani bukannya tanpa perbuatan, karena tanpa perbuatan iman itu akan mati. Dalam pengertian ini, "dengan perbuatan manusia dibenarkan, dan bukan dengan iman semata-mata,"dan kehidupan kekal adalah, pada satu saat yang sama, rahmat dan upah dianugerahkan oleh Allah atas perbuatan baik dan kelayakan. Iman, dan oleh karenanya perbuatan, merupakan hasil dari rahmat Allah - oleh karena itu, hanya karena rahmat maka orang beriman dapat dipandang "layak memperoleh" keselamatan.
Menurut Gereja Katolik, melalui rahmat-rahmat yang diperoleh Yesus bagi umat manusia dengan mengorbankan dirinya sendiri di kayu salib, keselamatan dapat diterima bahkan oleh orang-orang yang berada di luar batas-batas yang
=== Kehidupan Katolik ===
Baris 194:
Sejak [[Konsili Vatikan II|Konsili Vatikan Kedua]], Gereja Latin kembali menerima pria dewasa yang beristri untuk ditahbiskan menjadi Diakon. "Para diakon ditahbiskan sebagai suatu tanda sakramental bagi Gereja dan bagi dunia milik Kristus, yang datang 'untuk melayani dan bukan untuk dilayani.' Seluruh Gereja dipanggil oleh Kristus untuk melayani, dan diakon, karena tahbisan sakramentalnya dan melalui berbagai pelayanannya, menjadi seorang pelayan dalam Gereja-pelayan. Sebagai pelayan Sabda, para diakon memberitakan Injil, berkhotbah, dan mengajar dalam nama Gereja. Sebagai pelayan Sakramen, diakon membaptis, memimpin umat beriman dalam doa, menjadi saksi pernikahan, melaksanakan ibadat kematian dan pemakaman. Sebagai pelayan amal-kasih, diakon merupakan pemimpin dalam hal mengenali kebutuhan-kebutuhan orang lain, kemudian menggunakan sumber-sumber daya Gereja untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Para diakon juga dibaktikan bagi penghapusan ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang menimbulkan kebutuhan-kebutuhan tersebut."<ref>{{cite web |title=Frequently Asked Questions About Deacons |url=http://www.usccb.org/deacon/faqs.shtml |author=Committee on the Diaconate |publisher=United States Conference of Catholic Bishops}}</ref>
Para kandidat untuk diakonat menjalani suatu program formasi diakonal yang dirancang berdasarkan kebutuhan-kebutuhan mutakhir keuskupan mereka tetapi harus mencapai standar-standar minimum yang ditetapkan oleh konferensi waligereja di negara asal mereka. Setelah menyelesaikan program formasi mereka dan memperoleh persetujuan dari uskup setempat, para kandidat menerima sakramen imamat melalui pentahbisan. Umumnya, setelah ditahbiskan, seorang diakon
== Keanggotaan Gereja Katolik ==
Baris 221:
=== Gereja dan perkembangan ekonomi ===
Francisco de Vitoria, seorang murid dari [[Thomas Aquinas]] dan seorang pemikir Katolik yang mempelajari hal-hal seputar hak-hak
[[Joseph Schumpeter]], seorang ahli ekonomi dari abad ke-20, menunjuk pada kaum skolastik, ketika menulis bahwa, "merekalah yang paling layak lebih dari kelompok manapun juga untuk disebut sebagai ‘pendiri’ ilmu ekonomi yang ilmiah."<ref>{{cite book |title=History of Economic Analysis |last=Schumpeter |first=Joseph |year=1954 |publisher=Allen & Unwin |location=London}}</ref> Ahli-ahli ekonomi dan sejarah lainnya, seperti Raymond de Roover, Marjorie Grice-Hutchinson, dan Alejandro Chafuen, juga telah mengeluarkan pernyataan serupa. Sejarawan Paul Legutko dari [[Universitas Stanford]] mengatakan bahwa Gereja Katolik "berada pada pusat perkembangan nilai-nilai, gagasan-gagasan, ilmu pengetahuan, hukum, dan lembaga-lembaga yang membentuk apa yang kita sebut peradaban Barat."<ref>{{cite web |title=Review of ''How the Catholic Church Built Western Civilization'' by Thomas Woods, Jr. |url=http://www.nrbookservice.com/products/bookpage.asp?prod_cd=c6664 |work=National Review Book Service |accessdate=2006-09-16}}</ref>
|