Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: sekedar → sekadar |
k ejaan, replaced: dibagian → di bagian, disaat → di saat (2), nampak → tampak |
||
Baris 2:
{{paragraf_pembuka|date=Oktober 2012}}
{{wikify|date=Oktober 2012}}
Di sekitar abad ke lima, Kalimantan bagian Selatan, yang sekarang menjadi daerah Paser. Daerah ini terbagi dua bagian, Bagian Timur merupakan dataran rendah, landai hingga bergelombang memanjang dari Utara ke Selatan lebih melebar
Bagian Barat merupakan daerah bergelombang, berbukit-bukit dan bergunung-gunung sampai ke perbatasan provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, di daerah ini terdapat sungai yang cukup besar dan panjang.
Baris 53:
=== Fokler Oral Tradition ===
Dalam fokler oral tradition yang berhubungan dengan kerajaan di Tanah Paser. Pada zaman dahulu kala, pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Padang Kero dengan rajanya yang bernama Nuas. Raja Nuas tidak lama memerintah, karena merasa uzur digantikan oleh si anak yang bernama Mandan. Begitu juga halnya dengan Raja Mandan, tidak lama kemudian raja meninggal dunia digantikan oleh si anak yang bemama Tampuk Gulung. Tampuk Gulung menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada si anak yang bemama Selendo Tuo dan raja selanjutnya adalah Dato Tuo Puti Songkong. Tidak lama kemudian raja Dato Tuo Puti Songkong menyerahkan kepada si anak yang bernama Nalau,
Pada masa pemerintahan Raja Nalau ini, salah seorang sepupunya yang bernana Gasing Putih merasa iri hati kepada Nalau Raja Tondoi, sehingga timbul perselisihan di antara kedua bersepupu, terjadi perang yang berkepanjangan dan akhirnya peperangan dimenangkan oleh Nalau Raja Tondoi. Beberapa saat kemudian Nalau menyerahkan kerajaan kepada anaknya yang bernama Sumping.
Baris 125:
* Jika sudah sampai di tengah kampung halaman, peti bendala tana baru dibuka.
Dalam pelayaran menuju pulang cukup lama menyita waktu selama dua tahun, sehingga mereka merasa jauh di dalam perahu (jong) di antara saudara Pak Pego memukul gong juga ada yang membuka ketujuh bungkusan dan peti pendata tana. Walaupun mereka mengetahui pesan masyarakat pulau
Ketika perahu misi pencari raja sampai di Muara Paser, gong dibunyikan, suaranya tidak seperti dipukul yang pertama, suaranya bergetar dan menggema, begitu juga dengan tujuh bungkusan ketika dibuka tidak ada reaksi apa-apa, juga peti pendala tana, ketika dibuka di tengah-tengah kampung tidak ada apa-apa kosong melompong, tidak seperti dibuka yang pertama, dari dalam peti tersebut memancarkan kuning.
Baris 196:
ketiganya dianggap Penemban Adam "Al-Jimat kerajaan" dengan gelar panglima pikun. Ketiganya mempunyai tempat tinggal terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya, Kakak Lati tinggal di daerah Setui. Kakak Gaeng tinggal di daerah Peteban. Kakak Raba tinggal di daerah Raba, ketiga panglima pikun ini bekas panglima Aji Mas Pati Indra atau Kakek Penemban Adam.
Dengan bantuan tiga panglima pikun ini ditambah dengan 300 pengawal kerajaan dengan bersenjatakan sumpitan, senapang dan kelewang dapat mengusir pasukan Andi Mappanyukki. Ketiga panglima pikun bersama pengawal kerajaan dapat memenangkan pertempuran tersebut, dengan tanda kemenangan melalui bendera sesuai perjanjian Penemban Adam bersama ketiga panglima pikun. Jika menang dalam pertempuran kibarkan bendera pusaka yang berwarna kuning dan mengalami kekalahan kibarkan bendera putih. Disebabkan pada saat itu musim panas bendera, kuning dilihat Penemban Adam berwarna putih dia bersama keluarga membakar diri. Ketiga panglima pikun atau ajimat kerajaan dari sejak itu, meninggalkan kerajaan. Dengan tangisan bagaikan bapak-anak ketiganya pergi, sejak hari itu tidak pernah lagi
==== Sultan Aji Muhammad Alamsyah ====
|