Warsito Taruno: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: obyek → objek (4) |
|||
Baris 1:
{{wikify}}▼
{{Infobox person
|name = Warsito Purwo Taruno
Baris 14 ⟶ 15:
}}
▲{{wikify}}
= Latar Belakang =
[[Warsito Purwo Taruno|'''Dr. Warsito Purwo Taruno''']] ({{lahirmati|[[Karanganyar]]|15|05|1967}}) adalah [[ilmuwan]] [[Indonesia]]. Sama seperti anak desa pada umumnya, Warsito menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain di sawah dan memelihara ternak. Meski demikian, anak keenam dari delapan bersaudara ini termasuk siswa yang cemerlang. Dia gemar membaca buku apa saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Kecerdasan Warsito juga tidak bisa dilepaskan dari peranan kedua orang tuanya. Sang ayah selalu mendorongnya untuk selalu maju. Sedangkan ibunya selalu memotivasi agar melakukan segala sesuatu pekerjaan dengan dasar ketulusan dan ketabahan.{{fact}}
Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Karanganyar, [[Solo]] pada tahun [[1986]], Warsito muda melanjutkan sekolah ke Jurusan Teknik Kimia [[Universitas Gadjah Mada]] (UGM). Namun pada semester pertama karena mendapatkan beasiswa, Ia melanjutkan studi Teknik Kimia di Jepang. Studi S-1, ia tempuh di Tokyo International Japanese School, [[Tokyo]], tamat tahun [[1988]]. Kemudian ia melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Shizouka University jurusan Chemical Engineering, lulus tahun [[1992]]. Masih di universitas yang sama, Warsito kemudian meraih gelar M. Eng tahun [[1994]] dan gelar Ph.D Electronic Science and Technology tahun [[1997]]. Di universitas tersebut, Warsito pernah menjadi staf peneliti dan asisten dosen selama 2 tahun. Saat menyelesaikan tugas akhir mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun [[1991]], Dr. Warsito mulai tertarik dengan sebuah riset tentang menembus pandang sebuah objek (sekarang disebut tomografi). Ketika itu, peraih [[Achmad Bakrie]] Award [[2009]] ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau
Setelah menyelesaikan pendidikan S-3, Dr. Warsito menghadiri sebuah konferensi di [[Belanda]] dan bertemu dengan seorang profesor dari [[Amerika Serikat]] yang kemudian mengajaknya melakukan riset di Amerika Serikat. Pada tahun [[1999]], dia hijrah ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Professor Liang-Shih Fan dari Ohio State University (OSU). Keduanya bekerja sama di laboratorium Industrial Research Consortium milik OSU dan mengembangkan riset tomografi volumetrik. Di tengah kesibukan melakukan riset bersama 15 ilmuwan lain di OSU, Dr. Warsito meluangkan waktu menulis di sejumlah jurnal ilmiah bertaraf internasional. Tak jarang, ia juga dipercaya menjadi pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia. Sepanjang tahun [[2003]]-[[2006]] itu, ia mencurahkan waktu dan tenaga melakukan riset di [[Amerika Serikat]] dan sesekali pulang ke Indonesia.{{fact}}
Baris 37:
Teknologi ECVT ciptaan Dr. Warsito itu kemudian menjadi berita utama di mana-mana. Di antaranya, berita yang dirilis oleh Ohio State Research News pada [[27 Maret]] [[2006]] dan kemudian dikutip oleh Science Daily (Amerika Serikat), Scenta (Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek di segala bidang dari [[energi]], [[kedokteran]], [[fisika]], [[biologi]], [[kimia]], industri, elektronika hingga nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia.{{fact}}
Pada dasarnya, ECVT atau Electrical Capacitance Volume Tomography mirip dengan USG / CT Scan dan MRI yang banyak digunakan di dunia medis. Namun tak seperti CT Scan dan MRI yang hanya digunakan untuk melihat apa yang terjadi di dalam tubuh manusia, ECVT jauh lebih canggih karena pasien tak perlu masuk ke dalam tabung seperti alat MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi. Sistem ECVT ini terdiri dari sistem sensor, sistem data akuisisi dan perangkat komputer untuk kontrol, rekonstruksi data dan display.
Dengan teknologi ini, pemindaian bisa dilakukan dari luar, tanpa menyentuh
Dalam pengembangannya, teknologi ECVT sudah diakui bahkan dipakai lembaga antariksa Amerika (NASA), [[Exxon Mobil]], BP Oil, [[Shell (perusahaan)]], [[ConocoPhillips]], Dow Chemical, mistubishi Kimia termasuk Departemen Energi AS (Morgantown National Laboratory). Sedangkan di Indonesia sendiri, teknologi ini digunakan untuk pemindaian tabung gas bertekanan tinggi, seperti kendaraan berbahan bakar gas Bus [[Transjakarta]].
|