Ilyas Ruhiat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib) k →Meninggal: tambahan usia saat meninggal beliau |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up, replaced: beliau → dia (12), Beliau → Dia (2) |
||
Baris 52:
Dalam sejarah tatar Sunda, daerah Tasikmalaya dulu dikenal dengan Kebataraan Galunggung (Tempat pembinaan para calon raja atau ksatria). Dalam khazanah budaya Sunda, dikenal adanya tiga pembagian kekuasaan yang setara dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ketiga lembaga kekuasaan itu menyatu dan saling mendukung. Kekuasaan yang dihormati adalah ''kekuasaan rohaniah'' yang disebut '''resi'''. Kekuasaan kedua disebut '''ratu''', yakni pihak eksekutif yang memerintah ketiga kampung kekuasaan. Dalam bahasa yang lebih primordinal disebut negara. Dan alamat ketiga adalah '''rama''' yang tak lain adalah rakyat, yang lembaganya mengurusi keamanan dan pertahanan ketiga kesatuan tripartit kampung. Dengan demikian, ketiga lembaga memiliki pucuk pimpinan atau jawaranya sendiri-sendiri, yakni ''jawara rohaniah, jawara eksekutif, dan jawara silat''.
Sosok kharismatik ajengan Cipasung [[Tasikmalaya]] adalah sosok resi yang telah mensenyawakan dirinya dan mentalitas spiritualitas Islam secara natural dengan mentalitas budaya Sundanya di Cipasung. Dia bernama KH Moh Iyas Ruhiat. Dilahirkjan hari Ahad, 12 Rabiul Awwal 1352 H/31 Januari 1934. Namanya sebagai tafa’ul terhadap tokoh muda pesantren yang tengah naik daun saat itu, KH Muhammad Ilyas, yang pernah menjabat Menteri Agama dalam tiga periode (h. 37). Sejak kecil sampai dewasa, Endang Ilyas (anak kiai diseputar Tasikmalaya lazim dipanggil Endang), dididk oleh orang tuanya sendiri. Ajengan Ruhiat, bapak Endang Ilyas, adalah perintis pesantren Cipasung. Ajengan Ruhiat termasuk pelopor masyarakat Tasimalaya dalam menghadang imperialisme penjajahan Belanda, sehingga pada 17 November 1941
Kecerdasan dan ketegarannya membuat orang tuanya bangga, sehingga ketika sang Ayah merasa sakitnya parah, Endang Ilyas langsung dibai’at oleh ayahanda sebagai penerus kepemimpinan pesantren Cipasung. Ditangan Moh Ilyas, Cipasung sejak tahun 1980-an sampai sekarang menjadi pesantren besar yang penuh prestasi. Terlebih ketika Ajengan Ilyas terpilih sebagai pelaksana harian Rais Aam PBNU yang ditinggalkan KH Ahmad Siddiq dalam Munas Lampung tahun 1992. Dan kemudian
Sosok resi yang melekat dalam diri Ajengan Ilyas sangat dirasakan oleh seluruh warga NU dan pesantren.
Totalitas perjuangan Ajengan Ilyas dalam NU sangatlah besar dan dikagumi warga NU. Tidak hanya warga NU, tetapi seluruh bangsa. Karena di Jawa Barat
== Pernikahan ==
Baris 66:
== Meninggal ==
Ia meninggal di [[Rumah Sakit Hasan Sadikin]] ('''RSHS''') dalam usia 73 tahun dan dimakamkan di Kediamannya di Kompleks [[Pondok Pesantren Cipasung]], [[Tasikmalaya]] pada tanggal [[18 Desember]] [[2007]] setelah menderita penyakit [[diabetes]] dan beberapa kali didera [[stroke]]. Tepat enam bulan setelah wafat isterinya Hj. Dedeh Fuadah pada bulan Juni 2007 lalu.
== Referensi ==
|