Gereja Santo Laurentius, Bandung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Justinbdg0693 (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: beliau → dia (3), Beliau → Dia (2), removed stub tag
Baris 11:
| nama_daerah =
| coordinates =
| tgl_dibentuk = 1987 <ref name="Cikal Bakal Paroki St.Laurentius">[http://parokilaurentiusbdg.org/cikal-bakal-paroki-st-laurentius/ Cikal Bakal Paroki St.Laurentius]</ref>
| catatan =
| stasi =
Baris 25:
Cikal bakal Paroki St.Laurentius dimulai tahun 1950-an oleh sekitar 10 keluarga Katolik yang tinggal di Bandung Utara yaitu di daerah jalan karang Setra, Jurang, Cipaganti, Hegarmanah, Ciumbuleuit, dan Sukajadi bawah. Keluarga-keluarga tersebut mendapatkan pembinaan dan pelayanan iman dari Paroki St.Petrus Katedral, secara teratur di Jl.Karang Tingggal 13, rumah keluarga de Vink.Ketika rumah tersebut diambil-alih oleh Negara (1957) tempat perayaan Ekaristi terpaksa dipindahkan ke SD GIKI di Jl.Karangsari 23 , atas seijin Kepala Sekolahnya yaitu Ibu Tiwon. Pada periode inilah lahirnya stasi Karangsari yang merupakan stasi dari Paroki St.Petrus Katedral.
 
Untuk mewadahi kegiatan umat, Pak Soehardjo, pimpinan CV. Sabang Merauke, mengijinkan rumah dinasnya di Jl.Setiabudi 17 (sekarang Nomor 31) digunakan sebagai Sekretariat stasi. Pastor Sjaak Lammers OSC kembali ke Belanda tahun 1959 dan karyanya di stasi karangsari dilanjutkan antara lain oleh Pator Koster OSC dan Pastor Van Hareen OSC. Berkembangnya daerah Bandung Utara dan jumlah umat di stasi Karangsari mendapat perhatian dari Uskup saat itu yaitu Mgr.Arntz OSC, BeliaulahDialah bersama Pastor Hidayat OSC yang pertama kali menggagas dibangunnya gedung gereja di stasi Karangsari sampai uskup berkenan menyediakan tanah di Jl.Sukajadi atas (sekarang Jl.Sukajadi 223).
 
Proses pembebasan lahan yang dibantu antara lain olehBapak Soehardjo, Bapak Tedjo Hartono, Bapak Soelarto, Bapak Wirawan, Bapak Angkadirdja dan bapak Pranoto berhasil. Kemudian di awal tahun 1967 Bapak Angkadirdja yang adalah seorang sipil AURI, mendesain bangunan gereja perdana yang bentuknya mirip “gudang” dengan kapasitas sekitar 100 orang. Peletakan batu pertama dilakukan Pastor Laurentius K. Soemodiwirjo OSC pada tahun 1967. Tahun berikutnya, untuk pertama kalinya umat stasi Karang sari memiliki gedung gereja sehingga mulai saat itu perayaan Ekaristi dipindahkan dari SD GIKI ke gereja kecil ini.
 
Berkembangnya stasi Karangsari tak lepas dari peranan beberapa pastor selain Pastor Laurentius K. Soemodiwirjo OSC yaitu Pastor Van Hareen OSC, Pastor Bernard dan Pastor JAC Schellekens OSC. Sedangkan aktivis awamnya antara lain Bapak Teddy Zulkarnaen, Bapak Wirawan, Bapak Andreas, Bapak Wiriodjojo dan Bapak Soekarto.<ref name="Cikal Bakal Paroki St.Laurentius">[http://parokilaurentiusbdg.org/cikal-bakal-paroki-st-laurentius/ Cikal Bakal Paroki St.Laurentius]</ref>
 
Pada Tahun 1979 jumlah umat di stasi Karangsari telah mencapai 137 kepala keluarga. Pastor JAC Schellekens OSC, yang melihat pesatnya perkembangan wilayah ini dengan optimis mengajukan permohonan kepada Uskup agar status stasi Karangsari ditingkatkan menjadi Paroki.
Baris 41:
Pertengahan tahun 1987 Pastor JAC Schellekens OSC digantikan oleh Pastor Djoko Setyarmo OSC (Agustus 1987 – Mei 1990) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum muda. Saat itu Mdudika sangat kompak dengan wadah yang bernama ESL (Ecclesia Sanctae Laurenti). Putra altar juga sangat berkembang dengan nama Fillius Arae dan yang tak kalah penting adalah lahirnya PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik). Pastor Djoko digantikan oleh Pastor Anton Rotten OSC (Mei 1990 – 31 Desember 1991). Kemudian pada periode 1 Januari 1992 – 31 Agustus 1995 Paroki St. Laurentius dipimpin oleh Pastor Hardjosoebroto OSC.
 
Salah satu warisan beliaudia adalah gedung Grha Prakasita yang dibangun dengan terlebihdahulu merobohkan aula lama yang baru berusia 10 tahun. Pada tanggal 12 Agustus 1995 Grha Prakasita, yang artinya Rumah Sentosa, diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr. Pastor Hardjo OSC juga berjasa menumbuhkan beberapa kelompok pelayanan baru seperti Doa Taize, Bina Iman Remaja (BIR), SJB (SukaJadi Berita), dan KKMK (Keluarga Karyawan Muda Katolik).
 
Pastor FX. Hardjosoebroto OSC digantikan oleh Pastor JC. Abukasman OSC (1 September 1995 – 10 April 1999). Waktu Indonesia terjerumus dalam krisis moneter maka gereja tergerak untuk membantu masyarakat dengan mengadakan pasar murah, bhakti sosial pengobatan, membagi sembako dll. BeliaulahDialah yang merintis pengumpulan dana abadi umat, yang dilanjutkan dengan mendirikan Yayasan Peduli Masyarakat St.Laurentius (YAPEMAS). Ketika tugas Pastor Abukasman OSC di paroki St.Laurentius berakhir beliaudia digantikan oleh Pastor Alfons Bogaartz OSC (11 April 1999 – sekarang).
 
Pada awal jabatannya beliau melantik pengurus pertama PDKK Dei Verbum di paroki. Kompleks Gereja Sukajadi juga dengan cepat menjadi sesak oleh bangunan dengan dibukanya Sanggar Pratikara tanggal 27 November 1987. Kantor majalah keuskupan “Komunikasi” 18 maret 2000 dan Radio Raka 30 Oktober 2003. Kantor FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) November 1998. WKM (Wahana Karya Muda) diresmikan pastor Bogaartz tahun 2002.<ref>[http://parokilaurentiusbdg.org/cikal-bakal-paroki-st-laurentius/ Cikal Bakal Paroki St.Laurentius]</ref>
 
Pada awal jabatannya beliaudia melantik pengurus pertama PDKK Dei Verbum di paroki. Kompleks Gereja Sukajadi juga dengan cepat menjadi sesak oleh bangunan dengan dibukanya Sanggar Pratikara tanggal 27 November 1987. Kantor majalah keuskupan “Komunikasi” 18 maret 2000 dan Radio Raka 30 Oktober 2003. Kantor FMKI (Forum Masyarakat Katolik Indonesia) November 1998. WKM (Wahana Karya Muda) diresmikan pastor Bogaartz tahun 2002.<ref name="Cikal Bakal Paroki St.Laurentius">[http://parokilaurentiusbdg.org/cikal-bakal-paroki-st-laurentius/ Cikal Bakal Paroki St.Laurentius]</ref>
 
== Arsitektur Gereja ==
Baris 88 ⟶ 87:
== Pranala luar ==
* {{Official|http://parokilaurentiusbdg.org/}}
 
{{katolik-stub}}
{{gereja-stub}}
 
[[Kategori:Gereja Katolik di Indonesia]]