Cornelis Chastelein: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →Lihat pula: minor cosmetic change |
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
'''Cornelis Chastelein''' ({{lahirmati|[[Amsterdam]]|10|8|1657|[[Depok]]|28|6|1714}}) adalah seorang tuan tanah di daerah [[Depok]] pada masa awal kolonisasi [[VOC]] di [[Jawa]]. Nama Chastelein tidak terpisahkan dari sejarah keberadaan sekelompok orang pribumi [[Kristen Protestan]] pertama di Asia, yang dikenal sebagai orang [[Belanda Depok]]. Chastelein juga diketahui sebagai salah satu orang yang menyimpan karya monumental [[Rumphius]].
Cornelis lahir dari keluarga keturunan pedagang sebagai bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah seorang [[Huguenot]] dari [[Perancis]] yang menetap di [[Belanda]] dan ibunya adalah anak wali kota [[Dordrecht]], bernama Maria Cruydenier.
Pada usia 17 tahun, Cornelis berangkat dengan kapal ’t Huis te Cleeff pada tanggal 24 Januari 1675 ke [[Batavia]], dan tiba 16 Agustus pada tahun yang sama. Di sana ia lalu bekerja sebagai pencatat pembukuan pada Kamer van Zeventien.
Baris 9:
Kemudian ia mengundurkan diri dan mendapat hak penguasaan tanah di "Siringsing" (sekarang [[Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan]]) sejak 1695, dekat "Pal 17", sekitar 25km selatan Batavia. Selanjutnya ia menguasai tanah di Depok, pada "Pal 21" dengan membelinya pada 18 Mei 1696. Seluruh komplek tanah yang dijadikan perkebunan olehnya kemudian dinamai "Depok", meskipun mencakup areal yang terletak di Depok, [[Mampang]], Karanganyar, dan dua lahan kecil di tepi [[Ci Liwung]] antara Batavia dan [[Buitenzorg]].
Pada tahun 1704 Chastelein membeli sebidang lahan yang sudah dikuasai sebelumnya olehnya. Tanah ini diberi nama Weltevreden (sekarang [[Gambir, Jakarta Pusat]]). Di sini ia menanam [[kopi]], sebagai percobaan pertama perkebunan kopi yang dilakukan di Indonesia. Lahan di Depok ditanami [[lada]]. Untuk membantunya mengurus kebun lada, ia mempekerjakan keluarga budak dari Ambon, seperti Laurens dan Loen. Mengenai kegiatannya ini Chastelein menulis di buku kenangannya "Invallende Gedagten ende aenmerckinge over de Coloniën" (1705).
Budak-budak Chastelein berasal dari berbagai suku di Indonesia: [[suku Bali|Bali]], [[suku Ambon|Ambon]], [[suku Bugis|Bugis]], dan [[suku Sunda|Sunda]]. Konon, Chastelein dikenal anti-perbudakan, karena menurut dewan [[gereja]] perbudakan bertentangan dengan ajaran [[Injil]], khususnya bila budaknya beragama Kristen. Karena itu, hingga kematiannya pada 1714 tercatat sekitar 200 orang dibebaskan olehnya dari perbudakan setelah memeluk Kristen Protestan. Terdapat 12 keluarga (marga) yang dibebaskan olehnya. Mereka inilah yang kelak populer dengan sebutan "Belanda Depok". Kelompok ini juga diklaim sebagai kelompok protestan pertama di timur.
Baris 20:
Marga-marga keluarga yang dibawa Chastelein diukir di pintu-pintu gereja GPIB Immanuel Depok, rumah ibadah yang diresmikan sendiri oleh Chastelein. Kedua belas marga tersebut adalah:
* Bacas
*
*
*
* Joseph
*
* Leander
*
* Samuel
*
* Tholense
* Zadokh
|