Arsitektur Hindia Baru: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k done |
|||
Baris 1:
[[File:Gedung-Sate-Trees.jpg|thumb|330px|right|Arsitektur Hindia Baru pada [[Gedung Sate]] yang mencampurkan elemen lokal dengan bangunan modernis.]]
Baris 7 ⟶ 6:
==Sejarah==
Usaha menggabungkan arsitektur Belanda dengan arsitektur lokal Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-18. Perawatan bangunan bergaya Belanda abad ke-17 yang mahal di kawasan tropis memaksa Belanda untuk mengikuti arsitektur pribumi Indonesia. Usaha pertama diwujudkan lewat rumah-rumah desa Hindia Belanda abad ke-18 dan 19. Dalam dunia akademik, gaya ini dikenal dengan sebutan Gaya Indo-Eropa (''Indo-Europese'') atau [[rumah desa Hindia Belanda|Gaya Hindia]] (''Indisch Stijl''), kadang disebut juga Gaya Hindia Lama (''Oud Indische Stijl'') untuk membedakannya dengan gaya baru.
Kelahiran Arsitektur Hindia Baru berhubungan dengan datangnya bahan bangunan baru, munculnya [[modernisme (arsitektur)|Modernisme]], dan pelaksanaan Undang-Undang Agraria tahun 1870 di Jawa. Undang-undang ini membuka Pulau Jawa kepada warga asing yang hendak mendirikan perusahaan swasta di Hindia Belanda. Jenis bangunan, pengembangan, dan standar baru harus diterapkan di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial Hindia Belanda, di bawah ''Departement voor Burgerlijke Openbare Werken'' (Departemen Pekerjaan Umum), menyusun standar pembangunan gedung baru (seperti rumah sakit, sekolah, balai kota, dan sarana publik lainnya) yang disesuaikan dengan iklim lokal (tropis) demi mengurangi biaya pembangunan dan perawatan bangunan. Salah satu contoh bangunan tropis pertama adalah Kantor Pelabuhan di [[Semarang]] yang dibangun pada awal abad ke-19.<ref name=Heritage6-120/>
Arsitektur Hindia Baru juga dipengaruhi oleh generasi baru arsitek Belanda yang dilatih di Belanda dan memperkenalkan [[modernisme (arsitektur)|Modernisme]] di Hindia Belanda. Pada tahun 1910-an, sejumlah arsitek Belanda mulai bereksperimen dengan bahan baru dalam pembuatan bangunan Belanda tradisional berarsitektur tropis. Uji coba ini menjembatani perubahan arsitektur dari Tradisionalis ke Modernis di Hindia Belanda.<ref name=Heritage6-120/>
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, Modernisme bangkit di Hindia Belanda. Ciri khasnya meliputi atap datar dan bentuk kubus tanpa mempertimbangkan iklim tropis. Ornamentasi Art Deco kadang disertakan ke dalam desain bangunan. [[Albert Aalbers|Albert Frederik Aalbers]] merupakan salah seorang arsitek Modernis di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Karya-karyanya ditandai oleh atap fungsionalis yang kadang dihiasi garis lengkung dan ketiadaan ornamentasi luar dan hiasan lainnya.<ref name=Heritage6-120/>
Pada saat yang sama, nasionalisme mendorong pencarian gaya arsitektur baru, gaya yang mewakili identitas budaya Hindia Belanda. Sejumlah arsitek mulai menguatkan etos Modernis dengan menggabungkan elemen arsitektur pribumi sehingga menciptakan arsitektur modern Indonesia yang khas. [[Henri Maclaine Pont|Maclaine Pont]] dan [[Thomas Karsten]] adalah arsitek utama dari aliran baru ini.<ref name=Heritage6-120>{{cite book |series=Indonesian Heritage |title= Architecture |volume=6 |page=120 |editor= Gunawan Tjahjono |year=1998 |publisher=Archipelago Press |location=Singapore | isbn = 981-3018-30-5 }}</ref>
==Arsitektur==
Baris 82 ⟶ 90:
</gallery>
===Neo
[[File:Pasar Gede Harjonagoro.jpg|thumb|right|Pasar Gede Harjonagoro merupakan upaya awal Karsten untuk merancang bangunan bergaya Jawa.]]
Di Belanda, gaya modernis dan fungsionalis Nieuwe Bouwen memiliki perbedaan mencolok dengan [[Mazhab Delft (arsitektur)|Mazhab Delft]] yang tradisionalis. Mazhab Delft di Belanda merupakan arsitektur modern sederhana yang terinspirasi oleh rumah-rumah lama di pedesaan Belanda. Mazhab Delft tidak ada di Indonesia, tetapi dapat didefinisikan sebagai gaya arsitektur abad ke-20 yang disesuaikan dengan elemen tropis tradisional dalam arsitektur Hindia (''Indische architectuur'').
Meski Nieuwe Bouwen dan Indische Architectuur berbeda, keduanya sama-sama beralih dari gaya [[gaya Imperium Hindia|arsitektur Imperium]] beserta sisa-sisa tuan tanah kolonial abad ke-19.<ref name="kusno">{{cite book |author=Abidin Kusno |date=2010 |title=The Appearances of Memory: Mnemonic Practices of Architecture and Urban Form in Indonesia |url= |location=London |publisher=Duke University Press |pages=141–142 |isbn=9780822392576 |access-date=16 July 2015}}</ref>
Aliran dan desain baru ini menyertakan elemen-elemen tradisional menggunakan teknologi abad ke-20 dan prinsip arsitektur modernis dari Eropa tahun 1920-an dan 1930-an. Atap lokal lebih ditonjolkan dan terdapat berbagai percampuran elemen dan teknik konstruksi lokal dan Eropa. Ketertarikan arsitek modernis untuk menggabungkan elemen geometri diwadahi oleh gaya baru ini. Gaya ini melahirkan eksperimen baru yang menggabungkan bentuk-bentuk struktural dengan ornamentasi pribumi tradisional. [[Thomas Karsten]] dan [[Henri Maclaine Pont]] merupakan arsitek yang aktif mengembangkan aliran ini.
Salah satu contoh bangunan bergaya baru ini adalah bekas kantor perusahaan trem uap Belanda, ''[[Joana Stoomtram Maatschappij]]'', di Semarang karya Thomas Karsten (1930).<ref name=Heritage6-122>{{cite book |series=Indonesian Heritage |title= Architecture |volume=6 |pages=122–123 |editor= Gunawan Tjahjono |year=1998 |publisher=Archipelago Press |location=Singapore | isbn = 981-3018-30-5 }}</ref> Bangunan berlantai satu ini identik dengan [[joglo]] tradisional Jawa; tiang tinggi menopang atap dua tingkat yang memungkinkan angin masuk lewat celah atap.
[[File:ITB 1.jpg|thumb|right|Aula [[Institut Teknologi Bandung]] mencampurkan elemen [[arsitektur Batak]]]]
Contoh bangunan lain dari aliran ini adalah aula ''Technische Hoogeschool te Bandung'' (sekarang [[Institut Teknologi Bandung]]) karya Maclaine Pont. Bangunan ini mencampurkan berbagai elemen lokal di Indonesia, termasuk arsitektur [[arsitektur Batak|Danau Toba]], [[Kepulauan Mentawai]], dan [[budaya Sunda|Sunda]]. Bangunan ini merupakan contoh arsitektur tropis yang inovatif. Dengan atap panjang yang sejajar dengan poros timur-barat, bangunan ini memilki ventilasi alami yang baik. Arah bangunan juga meminimalkan dampak radiasi matahari sehingga sinar pagi dan sore hanya menyinari ujung fasade bangunan yang sempit. Lorong luar menciptakan fasade ganda yang melindungi interior bangunan dari sinar matahari, sedangkan menara pendingin di kedua ujungnya berfungsi sebagai ventilasi.
Contoh lainnya adalah rumah tamu Bataafsche Petroleum Maatschappij di [[Brastagi]] (1939) karya Herman van den Houvel dari firma arsitektur Langereis & Co.<ref>{{cite web |url=http://medan.m-heritage.org/results/data/9b-001.html |title=Kubu's Hotel |author=<!--Staff writer(s); no by-line.--> |date= |website=Medan Heritage |publisher=Medan Heritage |access-date=March 5, 2016 |archive-date=March 5, 2016 |archive-url=http://web.archive.org/web/20160305110956/http://medan.m-heritage.org/results/data/9b-001.html |quote=}}</ref>
<gallery>
File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Postkantoor_in_Soerabaja_TMnr_10015243.jpg|[[Kantor Pos Surabaya]] (1926) karya Bolsius<ref>http://zoeken.nai.nl/CIS/persoon/6119 BOLSIUS, G.J.P.M.</ref>
</gallery>
==Pascakolonial==
|