Kerajaan Palu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Siddicq (bicara | kontrib)
Penambahan Template
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 19:
|year_start = 1796
|year_end = 1960
|event_start = Terlepas dari [[Kesultanan Gowa|Kesultanan Gowa]]
|event_end = Bergabung dengan [[Indonesia]]
|capital = [[Besusu, Palu Timur, Palu|Pandapa]] (1796-1888)
Baris 33:
Kerajaan Palu yang terletak di dataran sungai Palu didirikan oleh seorang pangeran yang berasal dari '''Vonggi''', Kampung ''Topotara'' pada perbukitan bagian timur Tanah Kaili (Masyhuda,1997:84) yang bernama “Pue Nggari” sekitar abad 16. Pue Nggari bersama rakyatnya turun dan tinggal beberapa lama di “Pantosu”, dan setelah itu pindah lagi di Valangguni kemudian pindah lagi dilokasi penggaraman saat ini, kemudian pindah lagi ke “Pandapa”  Atau sekarang ini dikenal dengan nama [[Besusu Barat, Palu Timur, Palu|Kelurahan Besusu Barat]].
 
Setelah tinggal dibesusu dibuatlah Istana untuk Pangeran Pue Nggari yang tempatnya dibuat dari bahan tanah disusun secara tinggi dan bertingkat dan di Besusu itulah pusat Kerajaan Palu Pertama (Lokasinya saat ini tepat di depan RSU Undata Besusu), dilokasi ini pula terdapat sumur yang dibuat oleh salah satu anggota keluarga Pue Nggari yang bernama Rasede, hingga sekarang sumur tersebut di kenal dengan nama "''Buvu Rasede''".
 
Setelah dibuatkan Istana di Besusu, Pue Nggari kawin lagi dengan Sangapinile (Pue Puti) dari Dolo, Pue Puti ini, anak dari Penguasa Dolo yang bernama Dg. Mbaso.
 
Dari hasil perkawinan Pue Nggari dengan istri pertama ''Vua Pinano'' mempunyai tiga orang putera dan satu orang puteri yaitu:
 
'''Putera''' :
Baris 43:
Lasamaingu
 
Pue Songu
 
Andi Lana
 
'''Puteri'''
 
Pue Rupia
 
Hasil perkawinan Pue Nggari dengan Istri Kedua ''Pue Puti'' :
 
'''Putera''' :
 
Labugulili
 
'''Puteri''' :
 
Yenda Bulava
 
Tidak lama Pue Nggari mendiami Lembah Palu kemudian datanglah keluarganya dari “Malino” yaitu :
 
–  Rombongan Yantakalena turun dan mendiami Kayu Malue ([[Kayumalue Ngapa, Palu Utara, Palu|Kelurahan Kayumalue]] saat ini)
 
–  Rombongan Pue Voka  turun dan mendiami Vatu Tela ([[Tondo, Palu Timur, Palu|Kelurahan Tondo]] saat ini)
== Raja Kerajaan Palu ==
Baris 71:
=== MAGAU Pue Nggari (Raja Pertama Kerajaan Palu) ===
Kerajaan Palu saat itu masih berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Gowa|Kesultanan Gowa]] yang berada di Sulawesi Selatan hal itu terlihat dari pemakaian gelar kebangsawanan pada Kerajaan Palu. Gelar-gelar tersebut adalah sebagai berikut:
* Magau = Maha Raja
* Madika Malolo = Raja Muda atau Pangeran (Madika Malolo berhak menjadi Raja setelah Magau wafat)
* Madika Matua = Pelaksana Pemerintahan atau Setara dengan Perdana Menteri sekarang
* Baligau = Ketua Dewan Adat
* Galara = Urusan Kehakiman
* Pabisara = Penyampai atau Penerus Perintah dari Raja kepada rakyat
* Punggava = Urusan Pertanian dan Perekonomian
 
Terlihat dari susunan pemerintahan di Kerajaan Palu dapat dikatakan bahwa Kerajaan Palu pada saat itu sudah sangat matang, hal ini yang membuat rakyat mendesak Magau Pue Nggari untuk memisahkan diri dari Kesultanan Gowa untuk bisa mandiri dan tidak lagi harus membayar upeti ke kerajaan lain. Pada saat yang sama di Kerajaan Palu datanglah seorang penyebar Agama Islam dari Sumatera yang bernama '''Abd. Raqie''' (Masyarakat Palu umumnya mengenal dengan nama "''Dato Karama''" '''Dato''' artinya ''Tuan'' atau ''Yang Dipertuankan,'' '''Karama''' artinya ''Keramat,'' Jadi Dato Karama Adalah "Tuan Yang Di Keramatkan", atau "Orang Keramat", bisa juga "Seseorang yang memiliki ilmu yang sakti") yang di utus oleh [[Iskandar Muda dari Aceh|Sultan Iskandar Muda]] dari Kesultanan Aceh.
 
Kedatangan Abd. Raqie atau Dato Karama ini bertujuan untuk menyebarkan Agama Islam di lembah Palu, yang mana pada saat itu masyarakat [[Suku Kaili]] masih memiliki kepercayaan Animisme. Maka berlabuhlah kapal Dato Karama yang turut serta membawa 50 orang muridnya dari Sumatera di pantai Besusu, turut serta istrinya yang bernama ''Ince Jille'', iparnya yang bernama ''Ince Saharibanong'', dan anaknya yang bernama ''Ince Dingko'' kedatangan Dato Karama ini disambut baik oleh Keluarga Kerajaan serta rakyat dan langsung menerima tawaran untuk memeluk Agama Islam karena persyaratan '''''Sombarigowa''''' mengatakan, jika ingin melepaskan diri dari wilayah kesultanan Gowa, maka penduduknya harus memeluk Agama Islam.
Setelah seluruh persyaratan dari '''Sombarigowa''' diterima Pue Nggari maka diadakanlah prosesi sebagai berikut :
* Pengislaman terhadap Magau Pue Nggari bersama keluarganya yang dilaksanakan oleh Dato Karama dengan istilah “'''PoVonju Tevo'''”
Baris 104:
* Baligau dipegang oleh keluarga Tatanga
* Sisanya diatur oleh Pue Nggari sendiri
Pue Nggari Memerintah selama kurun waktu antara 1796-1805.
=== MAGAU I Dato Labugulili ===
Setelah Pue Nggari mangkat, ia digantikan oleh Madika Malolo Labugulili dari keluarga Silalangi Dolo. Keluarga Silalangi menjabat sebagai Madika Malolo pada masa pemerintahan Pue Nggari. Labugulili kemudian di kenal dengan sebutan ''I Dato Labugulili''. Ia merupakan anak Pue Nggari dari istri kedua. I Dato Labugulili merupakan Raja perempuan pertama di Kerajaan Palu ia memerintah selama kurun waktu antara tahun 1805-1815. Selama masa pemerintahan Labungulili, pusat pemerintahan masih berada di Besusu.
=== MAGAU Malasigi Bulupalo ===
Setelah Labungulili wafat kemudian digantikan oleh Malasigi yang bergelar ''Malasigi Bulupalo''. Malasigi merupakan anak dari ''Panjororo'' (Pue Bongo) dengan ''Dei Bulava''. Pue Bongo adalah Raja Di Daerah Bangga (Masuk dalam Wilayah Kerajaan Sigi Biromaru) yang merupakan anak dari Bulava Lembah dan Yenda Bulava. Yenda Bulava merupakan anak dari Pue Nggari dan Pue Puti. itu artinya Malasigi adalah cicit dari Pue Nggari.
Malasigi memerintah dalam kurun waktu antara tahun 1815-1826. Pada masa pemerintahannya, pusat Kerajaan Palu tetap berada di Besusu. Tetapi kawasan Panggovia ([[Lere, Palu Barat, Palu|Kelurahan Lere]] sekarang) mulai ditempati dan dikembangkan.
=== MAGAU Daelangi ===
Malasigi kemudian digantikan oleh Daelangi dari kelurga Besusu (Keturunan Pue Nggari dari istri pertama ''Vua Pinano'') yang memerintah antara tahun 1826-1835.
Daelangi merupakan raja perempuan kedua di Kerajaan Palu.
 
=== MAGAU Yololembah ===
Kemudian Daelangi digantikan oleh anaknya yang bernama Yololembah yang memerintah selama 15 tahun yaitu antara tahun 1835-1850.
 
=== MAGAU Lamakaraka ===
Setelah Yololembah, tahta Kerajaan Palu dipegang kembali oleh keluarga Silalangi Dolo (Keturunan Pue Nggari dari istri kedua ''Pue Puti'') yang bernama Lamakaraka. Lamakaraka adalah anak dari Malasigi dan Indjola. Lamakaraka bergelar ''Madika Tondate Dayo''. Lamakaraka mempunyai istri bernama ''Dei Donggala''. Perkawinan ini dikaruniai empat orang anak yaitu:
* Suralembah
* Panundu
* Yodjokodi
* Bidadari
Lamakaraka memerintah selama 18 tahun antara 1850-1868. Pada masa pemerintahan Lamakaraka, pusat pemerintahan tetap berada di Besusu.
 
=== MAGAU Radja Maili ===
Setelah Lamakaraka, yang menduduki tahta Kerajaan Palu adalah Radja Maili (Mangge Risa). Ia merupakan anak dari Suralembah dan merupakan cucu dari Lamakaraka. Raja Maili memerintah selama 20 tahun antara tahun 1868-1888. Pada masa pemerintahan Radja Maili inilah Belanda pertama kali berkunjung ke Palu untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1870. Namun seiring berjalannya waktu pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi berkhianat terhadap Rada Maili yang telah memberi mereka perlindungan, bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tempur, Gubernur Belanda tiba di Kerajaan Palu untuk menyerang Kayumalue. Radja Maili yang merasa telah di khianati Belanda tidak tinggal diam, Dia pun mengumpulkan bala tentara untuk menghadapi Belanda yang dipimpin sendiri oleh Radja Maili.
 
Namun karena perang yang tidak seimbang dari segi persenjataan dan personil akhirnya Pasukan Kerajaan Palu dapat dikalahkan, Kayumalue pun jatuh ketangan Belanda, sedangkan Radja Maili sendiri terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu.
 
Radja Maili mempunyai istri bernama ''Timamparigi'' dan seorang putri bernama ''Mpero'' (Mpero inilah yang nantinya di nikahkan dengan ''Idjazah'' dan melahirkan "Tjatjo Idjazah" Raja Terakhir Palu). Pasa masa pemerintahan Radja Maili pusat Kerajaan Palu masih berada di Besusu.
Baris 168:
* Tjatjo Kodi Parampasi
 
Parampasi memerintah selama 15 tahun dalam kurun waktu antara tahun 1906-1921.
 
=== MAGAU Idjazah ===
Baris 189:
Magau Djanggola mempunyai istri 10 orang yaitu Tina Yoto, Daratika, Tina Yodi, Tina Tjinowera, Tina Dg. Mangiri, Tina Raka, Tina Lipa, Tina Dei, Andi Wali Parampasi, dan Andi Ratu Parampasi. dengan anak yang berjumlah enam belas (16) orang.
 
Salah satu cucu keturunan Magau Djanggola dari istri pertama Tina Yoto bernama [[Longki Djanggola|Drs. H. Longki Djanggola, M.Si]] (Sekarang menjabat sebagai [[Gubernur Sulawesi Tengah]])
 
=== MAGAU Tjatjo Idjazah (Raja Terakhir Kerajaan Palu) ===
Baris 227:
== Souraja/Banua Oge (Istana Kerajaan Palu) ==
[[Berkas:Souraja.jpg|thumb|280x280px|Istana Kerajaan Palu]]
Di setiap daerah atau penguasa mempunyai keunikan tersendiri yang kemudian dijadikan contoh teladan, disakralkan, bahkan dikeramatkan oleh rakyatnya. Di Palu, Souraja dijadikan sebagai pusat pemerintahan, semakin menambah kesakralan dan kekeramatan seorang raja. Dalam pemikiran-pemikiran tradisional dikatakan bahwa tempat bersemayamnya seorang raja, baik berupa tempat tinggal atau istana pemerintahannya merupakan tempat suci pilihan penguasa langit. Raja adalah keturunan penguasa langit ("To Manuru" Menurut Suku Kaili) yang diturunkan ke bumi untuk memerintah rakyat yang terpilih.
 
Melihat sisi fungsi ganda Souraja, maka proses efisiensi dan efektifitas bangunan menjadi perhatian tersendiri, karena bangunan ini semakin megah, mewah, dan sakral, namun kecil. Sehingga timbul satu asumsi bahwa Souraja merupakan cermin dari luas kekuasaan yang dimiliki oleh kerajaan palu yang begitu kecil dan sempit.
 
Dewasa ini masih ditemui sisa-sisa bangunan yang didirikan oleh Raja-Raja Palu, ketika