Zhang Han: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, replaced: dimana → di mana, mengijinkan → mengizinkan
Baris 7:
Setelah membebaskan Xianyang dari kepungan, Zhang memimpin pasukannya ke timur dan berhasil mengalahkan pasukan pemberontak di berbagai front. Pada awal tahun [[208 SM]], Chen Sheng tewas dibunuh oleh kusirnya sendiri, [[Zhuang Jia]], dalam pelarian. Kematian Chen Sheng ternyata tidak menyelesaikan segalanya karena pemberontakan itu telah memicu pemberontakan lain yang dipimpin oleh para bangsawan dari bekas negara-negara bagian taklukan Qin. Zhang menyerbu negara [[Wei]] dan mengepung rajanya, [[Wei Jiu]] di [[Linji]]. Ia juga mengalahkan pasukan [[Qi]] yang datang membantu, raja Qi, [[Tian Zhan]], tewas dalam pertempuran itu. Wei Jiu dipaksa menyerah dan tak lama kemudian bunuh diri.
 
Selanjutnya, Zhang menyerang jenderal Qi, [[Tian Rong]]. Tian meminta bantuan dari [[Xiang Liang]], bangsawan dari [[Chu]], untuk menghadapi pasukan Qin. Zhang kalah oleh pasukan gabungan Qi dan Chu, namun ia segera membalas kekalahan itu tak lama kemudian dalam sebuah pertempuran di [[Dingtao]], [[Shandong]] dimanadi mana pasukan Chu mengalami kekalahan besar dan Xiang Liang gugur.
 
Tahun [[207 SM]], Zhang memimpin pasukannya menyeberangi [[Sungai Kuning]] untuk memerangi negara Zhao. Ia menduduki ibukota Zhao, [[Handan]] dan mengepung rajanya, [[Zhao Xie]], di Julu (sekarang barat daya [[Pingxiang]], [[Henan]]). Dalam keadaan kritis itu, pasukan Chu di bawah pimpinan Xiang Yu, keponakan Xiang Liang, datang membantu. Zhang mengalami kekalahan dari Xiang Yu sebanyak sembilan kali. Zhang mengutus asistennya, [[Sima Xin]], ke ibukota untuk meminta bantuan. Namun saat itu istana telah dikuasai oleh si [[kasim]] jahat, [[Zhao Gao]]. Zhao tidak mengijinkanmengizinkan Sima bertemu kaisar dan bahkan mengirim pembunuh untuk menghabisinya. Sima berhasil lolos dari upaya pembunuhan itu dan kembali ke medan tempur memberitahu Zhang Han mengenai situasi di ibukota. Xiang yang mengetahui Zhang tengah terpojok mengirim surat padanya, ia mengatakan pada Zhang bahwa istana kini telah dikuasai oleh orang-orang jahat, ia akan dihukum mati bila kalah dan bila menang pun, Zhao Gao akan mencari-cari alasan lain untuk membunuhnya.
 
Zhang merasa kata-kata Xiang Yu masuk akal dan tidak ada harapan lagi akhirnya menyerah padanya. Namun Xiang tidak percaya pada pasukan Qin, walaupun Zhang dan beberapa perwira tinggi dibiarkan hidup, ia memerintahkan 200.000 pasukan Qin itu dihukum mati secara massal dengan cara dikubur hidup-hidup. Setelah Dinasti Qin runtuh tahun [[206 SM]], Xiang Yu menganugerahi Zhang gelar Pangeran Yong dan tanah di sebelah barat Guanzhong. Dua pemimpin besar yang tersisa di Tiongkok saat itu adalah Xiang Yu dan [[Liu Bang]], Raja Han. Tahun itu juga Liu Bang menyerbu Guanzhong dan memukul mundur Zhang hingga ke Feiqiu (sekarang [[Xingping]], [[Shaanxi]]). Tahun berikutnya pasukan Han menyerbu Feiqiu, mereka membujuk Zhang agar menyerah, namun ia menolak karena telah bersumpah tidak akan menyerah untuk kedua kalinya. Zhang bunuh diri dengan menggorok leher ketika pasukan Han berhasil menyerbu masuk ke kota itu.