Sejarah Kalimantan Selatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k Robot: Perubahan kosmetika |
Wagino Bot (bicara | kontrib) k minor cosmetic change |
||
Baris 45:
* [[1596]], [[Belanda]] merampas 2 perahu lada dari Banjarmasin yang berdagang di [[Kesultanan Banten]].
* [[14 Februari]] [[1606]], [[Ekspedisi]] Belanda dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin, karena perangainya yang buruk Michaelszoon tewas terbunuh.
* [[1612]], [[Belanda]] menembak hancur Istana Raja di [[Kuin]], sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjarmasin ke daerah [[Kayu Tangi]], kota baru ini diberi nama [[Martapura]] oleh Sultan Mustainbillah.<ref>{{id}} {{cite book|pages=86|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=sultan%20adam&pg=PA86#v=onepage&q=sultan%20adam&f=false
* 1620 – 1637, masa pemerintahan Ratu Agung dengan gelar Sultan Inayatullah (Raja V).
* 1634, VOC-Belanda mengirim 6 kapal dibawah pimpinan Gijsbert van Londensteijn kemudian ditambah beberapa kapal di bawah pimpinan Antonie Scop dan Steven Batrentz.
Baris 63:
{{col-css3-begin|2}}
* 1680–1700, masa pemerintahan Sultan Amrulllah Bagus Kasuma (Suria Angsa) kembali, sedangkan adiknya menjadi Sultan Negara (bekas Negara Daha) bergelar Suria Negara.
* [[1714]], Kapten [[Daniel Beeckman]] mengunjungi Banjar ([[Kuin]]).<ref>{{en}} {{cite book|pages=49
* 1720-an Banjarmasin memiliki pelabuhan perdagangan yang setara dengan Makassar.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=hDcoMjdAymwC&lpg=PA28&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA28#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{en}} G. J. Knaap, Heather Sutherland, Monsoon traders: ships, skippers and commodities in eighteenth-century Makassar, KITLV Press, 2004 ISBN 90-6718-232-X, 9789067182324]</ref>
* 1700–1734, masa pemerintahan Sultan Ilhamidullah (Sultan Kuning).
Baris 71:
* 1734, Puana Dekke meminjam tanah di wilayah Tanah Kusan kepada Sultan Tamjidullah I yang dinamakan kampung Pagatan, kemudian Sultan Sulaiman menganugerahi gelar kapitan (panglima) kepada Hasan La Pangewa, yaitu Kapitan Laut Pulo sebagai raja pertama [[Kerajaan Pagatan]].
* 1750, Ketua Dewan Mahkota Pangeran Suryanata (sepupu Sultan Sepuh) mangkat di Martapura, kemudian almarhum digantikan oleh puteranya, Pangeran Prabukusuma sebagai ketua Dewan Mahkota Kesultanan Banjar.
* 1759–1761, masa pemerintahan Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah dengan gelar Sultan Muhammadillah, mangkat tahun 1761.<ref>{{cite book|pages=72
* Tahun 1747, Belanda menduduki Banjarmasin.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=QtmeRZI7ejUC&lpg=PA95&dq=saidillah%20sultan%20banjarmasin&pg=PA95#v=onepage&q=saidillah%20sultan%20banjarmasin&f=false {{id}} Edi Songo, Genius Senior, WahyuMedia ISBN 979-795-092-1, 9789797950927]</ref><ref>[http://books.google.co.id/books?id=0q_r9aYSF_MC&lpg=PA82&dq=1747%20banjarmasin&pg=PA82#v=onepage&q=1747%20banjarmasin&f=false {{en}} David Bulbeck, Southeast Asian exports since the 14th century: cloves, pepper, coffee, and sugar, Institute of Southeast Asian, 1998 ISBN 981-3055-67-7, 9789813055674]</ref>
* 1761–1801, masa pemerintahan Sultan [[Tahmidullah II]]/Sunan Nata Alam.
Baris 87:
* 20 November 1794, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] tentang penyerangan yang diderita dari orang Pasir dan Kutai. Banyak rakyat dibunuh, yang lain dipaksa mendirikan benteng. Sultan menanti perintah dari Kompeni. Harapannya agar Gur. Jen. menulis surat kepada Sultan Pasir untuk mengajak damai. Kalau ditolak, rencananya Pasir akan diserang dari laut oleh Belanda dan dari darat oleh Banjar. Juga diberitahukan tentang kebun lada yang sedang dikerjakan.
* 17 Mei 1796, Sultan [[Sunan Nata Alam|Sulaiman I]] mengirim surat kepada Gubjen. [[Willem Arnold Alting]] tentang pemberitahuan bahwa Sultan sudah menerima bingkisan, yang isinya didaftarkan satu per satu.
* 1797, Pangeran Antasari dilahirkan.<ref>{{id}} {{cite book|pages=
* 1801–1825, masa pemerintahan Sultan [[Sulaiman dari Banjar|Sulaiman Saidullah II]].
* 19 Mei 1809, Gubjen. Hindia Belanda [[Herman Willem Daendels]] memerintahkan meninggalkan Banjarmasin karena dianggap tidak menguntungkan.<ref>{{nl}} (1861){{cite book|pages=226|url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=Iets%20Over%20De%20Munten%20Van%20Bandjarmasin%20En&pg=PA226#v=onepage&q=Iets%20Over%20De%20Munten%20Van%20Bandjarmasin%20En&f=false
* 1815–1816, Inggris menguasai [[Maluka Baulin, Kurau, Tanah Laut|Maluka]], [[Liang Anggang, Bati-Bati, Tanah Laut|Liang Anggang]], [[Kurau, Kurau, Tanah Laut|Kurau]] dan Pulau Lamai dibawah [[Alexander Hare]] yang menjadi ''Resident-commissioner'' sejak 1812. Kelak dinamakan [[Distrik Maluka]]<ref>{{id}} {{cite book|pages=137|url=http://books.google.co.id/books?id=nLOhIR3-TiMC&lpg=PA137&dq=borneo%20selatan&pg=PA137#v=onepage&q=borneo%20selatan&f=true
* 7 Oktober 1823, [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] mengirim surat kepada Gubjen. [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] menyatakan bahwa Mangkubumi bersedia diangkat sebagai kepala pemerintah Banjar dan telah bersumpah sesuai dengan perjanjian antara Kompeni dan negeri Banjar.
* 1823, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Husin dengan gelar [[Pangeran Mangkoe Boemi Nata]] sebagai mangkubumi menggantikan [[Ratoe Anom Ismail]].
Baris 100:
* 1835, [[Zending]] dari Jerman mulai bekerja di selatan Kalimantan.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=ox_pTpB9AjQC&lpg=PA188&dq=kalimantan%20selatan&pg=PA188#v=onepage&q=kalimantan%20selatan&f=true {{id}} Th. van den End, Ragi Carita 1, Jilid 1 dari Ragi carita: sejarah gereja di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 1987, ISBN 979-415-188-2, 9789794151884]</ref>
* 1841, Pangeran Mangku Bumi (Gusti Ali) menjabat raja Sampanahan sebagai kerajaan mandiri setelah mangkatnya atasannya Raja Aji Jawi.
* 1842, Pemerintah pusat Hindia Belanda melantik Pangeran Noch dengan gelar [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] sebagai mangkubumi Kesultanan Banjar.<ref>{{nl}} (1861){{cite book|pages=70
* [[1846]], Daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai [[Dependensi Borneo]].<ref>{{en}} {{cite book|pages=160
* 1849, Berdasarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 dibentuk wester-afdeeling van Borneo dan zuid-ooster-afdeeling van Borneo<ref>{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false |authors=Nederlandisch Indië|title=Staatsblad van Nederlandisch Indië|publisher= s.n.|year=1849}}</ref>
* 1851, [[Ratoe Anom Mangkoeboemi Kentjana]] mangkat digantikan Pangeran Tamjidullah II sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).
* 1852, [[Abdur Rahman dari Banjar|Sultan Muda Abdul Rahman]] mangkat karena diracun diduga atas perintah [[Pangeran Prabu Anom]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=41
* 1852, Surat Sultan Adam kepada [[Hidayatullah II dari Banjar|Gusti Andarun]] tentang pemberian ''tanah badatu'' (tanah lungguh) dan penunjukkannya sebagai pengganti almarhum [[Sultan Muda]] [[Abdur Rahman dari Banjar|Abdul Rahman]]. <ref>[http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/13/surat-wasiat-sultan-adam-untuk-pangeran-hidayatullah/ Surat Wasiat Sultan Adam Untuk Pangeran Hidayatullah ]</ref>
* 8 Agustus 1852, pemerintah kolonial Hindia Belanda (dengan sengaja secara salah) melantik Pangeran Tamjidillah II sebagai [[Sultan Muda]] Kesultanan Banjar, dan sekaligus tetap menjabat [[Mangkubumi]]. Pelantikan ini ditolak Sultan Adam yang mencalonkan Pangeran Hidayatullah II sebagai [[Sultan Muda]] dan Pangeran Prabu Anom sebagai mangkubumi.
* 1855, Secara diam-diam Sultan Adam melantik [[Pangeran Prabu Anom]] sebagai [[Raja Muda]] Kesultanan Banjar dan memecat Pangeran Tamjidillah II sebagai mangkubumi.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=275|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA276&dq=balangan&pg=PA275#v=onepage&q=balangan&f=false|fisrt=Marwati Djoened
* 1855, Pemekaran dan pembentukan beberapa afdeeling baru<ref>{{nl}} {{cite book|pages=241
* 30 April 1856, Belanda menerima konsesi tambang batu bara yang ditandatangani Sultan Adam.
* 9 Oktober 1856, Pemerintah kolonial Hindia Belanda melantik Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi, sedangkan Sultan Muda tetap Pangeran Tamjidillah II.
* [[1 November]] [[1857]], [[Sultan Adam]] wafat.<ref>{{nl}} (1866){{cite book|pages=47
* 3 November 1857 – 25 Juni 1859, masa pemerintahan Sultan Tamjidillah II yang disetujui Belanda sebagai raja Banjar.
* 3 November 1857, pertemuan rencana perang melawan Belanda di Martapura, antara Pangeran Hidayatullah, Pangeran Prabu Anom dan Nyai Ratu Kamala Sari (permaisuri Sultan Adam).
Baris 125:
* 2 Februari 1859, kedatangan bantuan tentara Belanda dengan Kapal Arjuna, namun 3 hari kemudian dipulangkan lagi ke Batavia.
* Februari 1859, Ratu Kemala Sari dan anak-anaknya menyerahkan kerajaan dengan Pangeran Hidayatullah.
* [[18 April]] [[1859]], pecahnya [[Perang Banjar]], Pasukan Antasari dengan 300 prajurit menyerang tambang batubara milik Belanda di [[Pengaron, Banjar|Pengaron]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=54
* 29 April 1859, tambang batu bara Oranye Nassau diserbu.
* 1 Mei 1859, pasukan Antasari menyerang tambang batu baru Juliana Hermina, serangan di Kalangan, Banyu Irang dan Bangkal dipimpin Pangeran Arya Ardi Kesuma.
Baris 174:
* November 1860, pertempuran di masjid Jati, dipimpin Tumenggung Diparaksa.
* 1 November 1860, Belanda mendinamit bangkai Kapal Onrust di Lontontour.
* 10 Desember 1860, Sultan Hidayatullah II membuat surat yang berisi pelantikan Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda dan 3 orang lainnya untuk melancarkan Perang Jihad melawan Belanda.<ref>{{nl}} {{cite book|pages=162
{{col-css3-end}}
Baris 185:
* 21 April 1861, Pertempuran benteng [[Amawang]], 2 tahun Perang Banjar, dipimpin Tumenggung Antaludin dan Demang Lehman, tewasnya Von Ende.
* 23 April 1861, serangan di [[Bincau, Martapura, Banjar|Bincau]].
* April 1861, penangkapan dan hukuman mati untuk Pangeran Kasuma Ningrat (paman Pangeran Hidayat), Kyai Nakut dan Pambakal Matamin serta pertempuran di [[Binuang, Tapin|Binuang]], Tumpakan Mati, Karang Jawa, Kandangan dan [[Distrik Negara|Nagara]].<ref name="Verzameling">{{nl}}{{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=Os9SAAAAcAAJ&dq=DJAIJA%20PAMENANG&hl=id&pg=PA13#v=onepage&q=DJAIJA%20PAMENANG&f=false
* [[4 Mei]] [[1861]], pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan Belanda.
Baris 229:
* 28 februari 1862, Pangeran Hidayatullah masuk Martapura menemui Ratu Siti di pendopo ''Regent'' Martapura.
* 3 Maret 1862, Pangeran Hidayatullah dibawa dengan Kapal Bali menuju Batavia, dikawal ''Kontrolir'' Kuin Letnan Verstege.<ref>[http://kerajaanbanjar.wordpress.com/2008/02/11/sekilas-riwayat-hidup-pangeran-hidayatullah/ Sekilas Riwayat Hidup Pangeran Hidayatullah ]</ref>
* [[14 Maret]] [[1862]] (13 Ramadhan 1278 H), [[Pangeran Antasari]] dinobatkan sebagai [[Panembahan]] Amiruddin Khalifatul Mukminin, sebagai kepala pemerintahan, pemimpin agama, dan panglima tertinggi pengganti [[Sultan Banjar]].<ref>{{id}} {{cite book|pages=17
* 11 Oktober 1862, wafatnya Pangeran Antasari di Tanah Kampung Bayan Begok Sampirang, Murung Raya.<ref>{{id}} {{cite book|pages=6
* 1862 – 1905, masa pemerintahan Sultan Muhammad Seman.
* 19 Oktober 1863, tertangkapnya Sultan Kuning.
Baris 270:
* 1937, Dewan rakyat terdapat di Banjarmasin dan Barabai<ref>{{en}} (2007){{cite web|url=http://www.indonesianhistory.info/map/councilnei1937.html?zoomview=1|title=Representative councils in the Netherlands Indies, 1937 |publisher=Robert Cribb|date= |work= Digital Atlas of Indonesian History|accessdate=30 August 2011}}</ref>
* 1938 – 1942, masa Gubernur Borneo dr. [[A. Haga]].
* 1938: Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas ''eilandgewest'' yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.<ref>{{id}} {{cite book|pages=38
* [[25 Desember]] [[1941]], Jepang membom [[Lapangan Terbang Ulin]]
* [[21 Januari]] [[1942]], Jepang menembak jatuh pesawat Catalina milik Belanda di [[sungai Barito]] perairan [[Alalak, Barito Kuala]].
Baris 363:
{{col-css3-begin|2}}
* 1968–1970, masa Gubernur Jasmani.
* 23 Maret 1968, pemberian Gelar [[Pahlawan Nasional]] untuk Pangeran Antasari.<ref>{{id}} {{cite book|pages=12
* 1970–1980, masa gubernur Subarjo Sosroroyo.
* 10 November 1974 - Oktober 1979, pembangunan [[Masjid Raya Sabilal Muhtadin]].
Baris 372:
* [[10 November]] [[1991]], peresmian [[Museum Wasaka]] oleh [[Gubernur]] Kalimantan Selatan Ir. H. [[Muhammad Said]].
* 23 April 1997, peresmian [[Jembatan Barito]] oleh Presiden [[Soeharto]].
* [[23 Mei]] [[1997]], peristiwa [[Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997|Jum'at Kelabu di Banjarmasin]], kampanye pemilu yang berakhir kerusuhan bernuansa SARA/partai.<ref>{{id icon}}{{cite book|pages=185|url=http://books.google.co.id/books?id=bwe42GHDMfIC&lpg=PA197&dq=orang%20banjarmasin&pg=PA185#v=onepage&q=orang%20banjarmasin&f=false
* 1995–2000, masa Gubernur Gusti Hasan Aman.
* 2000–2005, masa Gubernur [[Sjahriel Darham]].
|